EM-DASH 12

790 150 24
                                    

Ini aneh.

Hanya teko yang melayang ke punggungnya. Bukan batako. Tapi kenapa nyerinya bertahan hingga malam hari?

Aksara merintih dalam tidurnya. Nyeri di punggung membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Dalam keheningan tengah malam, dia terisak tanpa suara. Insiden siang tadi begitu membekas dalam benaknya. Tentang Chocho dan Husky yang kini tiduran di bawah kakinya, bergelung di bawah selimut yang sama, tentang Vero dan Axel yang tidak pernah memenuhi ekspektasinya. Serta teko giok yang melayang. Pecahnya teko itu persis seperti perasaan Aksara. Remuk redam.

Jam menunjukkan pukul satu. Gelap gulita menetap ke sepenjuru ruangan. Tangis Aksara sudah terhenti beberapa menit yang lalu, tetapi sembab di pipi dan napasnya masih sesegukan tidak teratur. Dia juga masih terjaga saat derit pintu terdengar. Terbuka perlahan. Menyisakan suara yang menggema, langsung membuat Aksara siaga. Tangannya mencengkram erat selimut yang membungkus sampai dagunya. Posisinya yang membelakangi pintu membuat Aksara bisa melihat secercah cahaya samar menyoroti tubuh jangkung yang masuk dengan langkah mengendap-endap tanpa suara.

Dari proporsi tubuhnya, mungkin Vero. Mungkin.

Aksara enggan menebak-nebak sesuatu yang membuatnya kembali kecewa.

Dan ada bayangan lain di belakangnya. Entah itu Axel atau Akra.

Manik mata Aksara membola dalam kegelapan.

Dua sosok yang masuk disusul oleh eksistensi lain. Kali ini jelas dia bisa melihat tiga orang memasuki kamarnya.

Tetapi kenapa? Apa mereka mengira Aksara sudah tidur?

Satu yang Aksara tahu; dia hanya harus diam sampai ketiganya pergi. Entah apa yang akan mereka lakukan.

| SEDIKIT CERITA |

Sentuhan seringan kapas membuat bulu kuduk Aksara berdiri.

Sebuah tangan besar mencoba membalikkan tubuhnya agar tidak membelakangi pintu. Itu artinya; sang tangan dari salah satu orang yang masuk itu menuntun Aksara agar telentang.

Bagaimana ini?! Aksara panik sendiri. Bagaimana kalau dia ketahuan belum tidur? Bagaimana kalau--ini perkiraan terburuk--tiga orang yang datang ternyata berniat macam-macam?!

Aksara ingin memastikan siapa mereka. Tetapi dia takut memancing kecurigaan.

Kala bahunya dituntun lembut agar berganti posisi, Aksara melenguh samar. Aksara berani bertaruh ini bukan rencananya untuk mengeluarkan suara seperti itu. Dia refleks. Salah satu tulang rusuknya yang sakit terasa ditarik. Meski pelan, nyerinya menyebar sampai Aksara dibuat meringis sedetik kemudian. Dua detik setelahnya, suasana hening. Tiga detik berlalu tanpa ada yang beraksi. Dan di detik kelima, ada pergerakan di belakangnya. Tahu-tahu, sebuah tangan mengelus punggungnya. Tangan itu bergerak turun dari kerah piyama yang Aksara kenakan, menarik serta kain yang menutupi bagian punggungnya. Lebam di punggung Aksara menjadi pusat perhatian tiga sosok itu.

"Pasti sakit," gumam salah seorang di antara mereka.

Aksara menegang. Suara Akra.

Tunggu!

Apa--

"Daddy jadi teringat saat Aksara bayi."

Vero!

Tiga orang yang masuk; Vero, Akra, dan tentunya ada Axel di sana. Mustahil pria satu itu tidak ikut andil.

EM-DASHWhere stories live. Discover now