EM-DASH 7

1K 154 31
                                    

"Nggak mau pulang?"

Angin membawa bisik lembut Zeus ke ruang rungu Aksara. Di depannya, Zeus sudah nangkring di atas motor, meminta Aksara untuk naik. Di SMP, satu-satunya yang melanggar aturan bahwa remaja di usia minor--di bawah tujuh belas tahun--tidak boleh membawa sepeda motor, Zeus malah dengan bengal membawa Kawasaki Ninja H2 Carbon kepunyaannya yang merupakan satu dari 120 produksi terbatas di dunia.

"Aksa," desis Zeus. "Mulai ngeyel, hm?"

Kalau Aksara boleh mengaku; Zeus mulai keterlaluan. Pemaksa. Menakutkan. Hanya saja Aksara tidak bisa menjauh sedikit pun. Zeus selalu mengikis jarak lebih dekat jika Aksara menghindar selangkah.

Ragu, Aksara mendekat ke arah Zeus.

"Kayaknya Aksa dijemput Pak Adi, deh, Kak. Aksa nunggu Pak Adi aja, ya?"

Zeus memicingkan matanya. Netra tajam yang memang sudah setajam pisau itu kini menghujam mata Aksara tepat. Zeus membuang napas kasar sampai Aksara sendiri yang mendengarnya dibuat berjengit.

"Gue nggak suka pembangkang," kata Zeus, tajam.

Dari balik helmnya, Zeus mengulas senyum iblis. Kesayangannya mulai nakal ternyata.

| AMPERSAND |

"Kak! Aksa mau pulang!"

Apartemen Zeus tidak lebih baik dari rumah. Aksara tidak pernah benar-benar tahu apa itu tempat berpulang. Zeus yang menawarinya tadi. Kalimat pertanyaan nggak mau pulang? ternyata tidak cukup dipahami oleh Aksara kalau kasusnya seperti ini.

"Nanti gue antar. Ini juga pulang, kan?"

Zeus memencet kode password unitnya. Di belakang punggungnya, Aksara sibuk menggerutu. Meski tidak bisa melihat ekspresi wajah macam apa yang ditunjukkan oleh Aksara, Zeus bisa membayangkan betapa lucunya saat bibir Aksara mengerucut sebal, tatapannya yang mirip kucing liar bisa tampak begitu sukar untuk ditaklukan.

"Maksudnya pulang ke rumah Aksa sendiri, Kak!"

Pintu terbuka. Zeus melangkah tanpa membalas perkataan Aksara.

"Kak Zeus kenapa tiap kali mencet password nggak ditutupin, sih? Aksa jadi hafal loh. Kalo mendadak Aksa nongol di depan pintu, masuk ke dalam unit tanpa sepengetahuan Kakak terus nyuri sesuatu gimana?" Aksara berceloteh, pada akhirnya dia mengekori Zeus memasuki ruangan mewah yang sudah menjadi tepat tinggal Zeus sejak dua tahun terakhir.

Anak SMP tinggal sendirian di apartemen? Faktualnya, iya. Zeus masih butuh satu tahun lagi untuk mencapai usia legal--tujuh belas tahun--namun sisinya yang seenaknya memang persis remaja yang sedang mencari jati diri.

Zeus terkekeh. "Sengaja. Justru biar lo bisa masuk sendiri."

"Apa? Kenapa?"

"Gue nggak bakalan nangis-nangis biarpun lo ngambil barang yang ada di sini."

Zeus berbalik. "Paham, bunny?"

Tidak tahukah kalau senyum seorang berandalan itu illegal?! Zeus yang kasar, sering miscommunication, mengekspresikan diri sendiri secara berlebihan, sekaligus tak tersentuh itu memasang senyum?! Buru-buru Aksara mendengus. Mau semanis apa pun perlakuan Zeus, sifatnya yang pemaksa tetap saja membuat Aksara keki.

"Mau makan?" tawar Zeus.

Dia melepas seragam sekolahnya, menyampirkannya ke sandaran sofa kemudian melangkah menuju dapur yang menyatu dengan ruang tamu, hanya dibatasi sekat berupa meja pantry.

EM-DASHWhere stories live. Discover now