EM-DASH 5

996 162 16
                                    

Meet Aksara Galatea Kartawinata. Usianya baru menginjak tiga belas tahun, tapi tahun ini akan lulus SMP. Saat dideskripsikan tak sampai setinggi dagu Akra, wajar saja mengingat Aksara adalah bocah dengan tinggi badan 143 cm.

Di rumah, dia bisa menjadi sosok dewasa yang pengertian. Tetapi di sekolah, dia adalah adik semua orang.

"Aksa! Gue bawa bekal. Panggil gue abang, baru gue mau bagi."

Jayendra, anak kelas sebelah yang superior. Usianya lima belas tahun, terdeteksi sebagai orang yang paling gencar mendekati Aksara.

Aksara menatap Jayendra yang nyengir di depannya.

"Gue tau lo nggak bawa bekal," ujar Jayendra lagi.

"Jay tau dari mana? Aksa bawa, kok!"

Bohong.

Bekalnya tumpah di kepala Aksara, kan, tadi pagi?

Jayendra mendengus keras. "Lo nggak bawa! Tas lo kosong, nggak ada kotak bekal."

"Jay buka-buka tas orang?!" Aksara melotot.

"Dikit, gue lihat ada permen susu di tas lo. Heran, lo sekolah niat jualan atau apa sampe permennya menuhin tas?"

"Nggak sopan!" ketus Aksara, jutek.

Vian dan Abi, dua teman Jayendra menggelengkan kepala seraya bersedekap dada.

"Gue nggak peduli, tuh!"

"Aksa punya privasi!"

"Lo bertingkah seolah gue ngintip lo bukannya ngintip tas lo," kata Jayendra, ia merengut.

"APA?!"

"JAY?!"

"WHAT THE FUCK!"

"Jaga batasan lo, sialan!"

Teriakan menggema dari selasar koridor. Tahu-tahu, Aksara merasakan tubuhnya ditarik dan dipeluk dari belakang. Sebuah pelukan posesif yang begitu mengkhawatirkan Aksara.

"Jangan macam-macam sama adek gue," kata seseorang yang memeluknya.

Si adik semua orang.

| ADIK SEMUA ORANG|

"Taruh dulu hpnya, jangan makan sambil nonton," tegur Zeus.

Siswa enam belas tahun yang pernah sempat tidak naik kelas itulah yang tadi memeluk Aksara di koridor. Zeus bisa dibilang sangar. Tak jarang, dia juga bersikap semena-mena, senioritas. Mungkin efek samping dari usianya yang lebih dewasa, membuatnya merasa harus disegani. Selain sangar, Zeus juga galak dan pemaksa. Sosok dengan bekas luka di bibir itu adalah teman satu bangku Aksara.

Zeus Pradipta Yaksa.

Cowok dengan bekas luka di bibir bawahnya itu dengan telaten menyuapi Aksara.

"Iya, maaf," Aksara berkata saat mulutnya penuh.

Tangannya yang mungil mengembalikan benda elektronik pipih kepunyaan Zeus.

"Telan dulu," ucap Zeus, dingin.

Tak urung meski cemberut, Aksara menurut. Dekat dengan Zeus bukan berarti Aksara bisa menjinakkan cowok satu ini. Justru kesabarannya yang diuji. Zeus benar-benar menjaganya dalam rating berlebihan. Tidak bisa dibantah sama sekali.

"Kenyang," Aksara menolak suapan berikutnya. Yang ada dia malah sakit perut kalau makan di bawah intimidasi kaku Zeus. Menelan makanannya saja susah.

EM-DASHDonde viven las historias. Descúbrelo ahora