1. Mulai Terobsesi

275K 4.9K 54
                                    

Darka melirik perempuan pemalu yang melintasinya dengan menunduk dan agak tergesa itu. Sudah hampir setengah tahun dia melihatnya yang begitu.

"Bun," panggil Darka tanpa lepas menatap ke pergian gadis yang menyewa salah satu kosan milik keluarganya.

"Ya?"

"Apa bunda yang terima dia?" tunjuk Darka pada gadis yang tengah mencari kunci yang sepertinya lupa menyimpan di saku sebelah mana bahkan merogoh tasnya.

"Bukan, Demian yang terima soalnya dia teman sekampusnya Demian, dia dari kota X,"

Darka terus menatap tingkah gadis ceroboh itu. Mencari dengan tergesa seperti itu akan sangat sulit menemukan barang yang tengah di cari.

Apa dia takut melihatnya dan bunda yang tengah melihat tukang bangunan memperbaiki kolam ikan di depan rumah mereka yang menghadap tepat ke arah kosan?

"Memangnya kenapa?"

Darka melirik bundanya sekilas. "Apa dia memang seaneh itu? Melihat anak bunda seperti ketakutan," jawabnya dengan kembali melihatnya yang tak kunjung menemukan kunci.

"Dia pemalu, teman Demian yang satu itu terlihat sangat pemalu, suaranya terdengar kecil, entah memang malu atau tidak percaya diri, bunda kurang tahu," lalu dia melihat ke arah pandang anaknya.

"Dan satu lagi, anak itu ceroboh, pasti lupa menyimpan kuncinya lagi," Denada pergi ke dalam rumah untuk mengambil kunci cadangan.

Melihat itu Darka memilih mendekati gadis yang tidak berani menatapnya itu.

"Apa yang lo cari?" Darka berdiri di belakang tubuh kecil nan kurus gadis itu.

"A-anu, kunci." cicitnya dengan gelisah dan menolak menatap lawan bicara.

Darka menatapnya beberapa detik. Apa ini yang di maksud gadis cupu dari desa? Walau penampilannya sederhana, berkepang dua dan memakai kacamata tetap saja terlihat manis dan menarik.

Kulitnya putih bersih terlihat alami apalagi wajahnya yang tidak terpoles alis palsu, maskara dan sebagainya.

"Gue bantu-"

"Ga usah!" gadis itu menjadi panik, begitu canggung.

Darka merasa aneh melihatnya. Selama ini di sekelilingnya banyak perempuan yang ingin berdekatan, ini malah menjauh dengan panik.

Darka tidak menggodanya atau melakukan apapun.

Darka meraih tas gadis itu agak kasar. Dia jengkel melihatnya yang sibuk sendiri seperti dikejar-kejar hantu.

Gadis itu hanya mendunduk tanpa berani menyuarakan ketidak sopanan Darka.

"Delin, kuncinya ada?" suara Denada muncul dengan ramah menghampiri keduanya.

"Ini yang lo cari?" Darka mengangkat kunci dengan gantungan kecil yang nyelip di bukunya itu.

"Ah iya," Delin terlihat bersemu malu. "Maaf, tante, emm kakak," cicitnya ragu pada Darka.

"Darka, udah lama jadi penghuni tapi ga tahu sama gue," ketus Darka entah kenapa jadi kesal.

Dia pikir walau pun pemalu dan sering mengabaikannya tetap saja tahu minimal nama.

"Oh iya," suara Delin begitu pelan.

"Sudah," Denada mengajak Darka untuk kembali memantau tukang bangunan.

***

Semenjak hari itu entah kenapa Delin sering bertemu Darka, berpapasan dengan canggung hanya tersenyum tanpa menatap matanya.

Darka yang jadi sering melihat entah kenapa jadi tertarik. Dia ingin tahu bagaimana aslinya gadis itu.

"Yan," Darka memanggil adik yang hanya beda satu tahun itu.

Demian menoleh yang awalnya asyik dengan ponsel. "Apa?" balasnya malas.

"Delin, lo deket sama dia?"

Demian sontak menatap Darka cepat. "Ga! Jangan penasaran atau apapun itu! Dia bukan lawan yang cocok!" tegasnya.

"Gue jadi tertangtang kalau gitu," lalu tersenyum penuh obsesi.

Demian panik di tempatnya. Dia terus mengoceh agar Darka tidak bertindak lebih jauh.

Darka terdiam dengan tatapan lurus misterius. Bayangannya meliar, begitu kotor. Gadis pemalu jika diajak ke atas ranjang apakah akan tetap seperti itu? Lucu sekali.

"Ka! Woy! Awas ya lo!" peringat Demian.

Darka malah tersenyum menantang lalu mengejek adiknya itu. Dia akan tetap maju meraih yang dia inginkan.

Dengan cara apapun.

***

Delin menatap kaget pakaiannya yang aneh tiba-tiba ada di patung yang ada ditengah kolam pemilik kosan yang bersebrangan dengan rumah pemilik dan kosannya itu.

Delin berusaha meraihnya dengan sebatang kayu dan ternyata kesulitan. Tangannya yang pendek membuatnya tak sampai saat mengulurkan kayu itu.

Delin terlihat panik, takut ada yang melihatnya dan lebih takut berpapasan dengan keluarga pemilik kosan kecuali Demian.

Tuhan, datangkanlah Demian.

Delin melotot saat tubuhnya oleng lalu byur! Dia menyatu dengan para ikan mahal itu, beruntungnya mereka tidak jahat menggigitnya.

Delin mencoba berdiri yang ternyata kolam itu mampu menenggelamkannya. Entah sedalam apa. Dia pikir hanya sebatas lutut.

Delin meraih pinggiran kolam, beruntungnya tidak membuat tenggelam. Hingga seseorang menjulang tinggi muncul.

"Lo ngapain?" suaranya terdengar dingin namun bibirnya tertarik miring.

Delin mengerjap syok. Dia pikir Demian. Kenapa harus Darka yang kata Demian harus dia jauhi, sangat jauh!

"To-tolong," dengan terpaksa Delin meminta tolong. Dia tidak akan bisa naik ke darat sendirian. Tubuhnya memang sangat lemah.

"Apa yang akan lo kasih kalau gue tolongin? Oh iya, di sini ada ikan jahat, gue kasih darah setetes mereka akan langsung serang lo," Darka kian tersenyum kejam namun sangatlah tampan.

Bersikap manis tidak cocok dengan kemaskulinan Darka.

"Ja-Jangan!" panik Delin lalu dengan ragu berteriak tolong. Teriak yang begitu lemah dan ragu.

Darka mendengus lalu menarik Delin dengan begitu mudah ke daratan.

Air bercucuran, pakaiannya yang basah menjiplak tubuh kecil Delin yang berisi di bagian yang pas.

Indah. Darka jadi semakin tertarik.

Delin bergegas memeluk tubuhnya sendiri lalu berterima kasih dengan cepat dan pergi begitu saja dengan tergesa.

Darka melihat kepergiannya lalu menatap pakaian Delin yang sengaja dia lempar ke kolam itu.

Darka sepertinya tengah gabut.

Dark Obsession (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang