5. Di Kenalkan

82.8K 3.3K 31
                                    

"Lukanya kering, bagus kalau langsung di kasih obat," Demian dan Delin keluar bersama dari area rumah dan kosan.

"Ki-kita mau kemana dul—" suara pelan Delin terpotong suara seseorang yang muncul dari belakang.

"Kemana?"

Demian dan Delin menoleh. Delin melotot samar lalu menunduk dengan berusaha mengatur dirinya agar tenang dan tidak menimbulkan kecurigaan.

"Mau cari buku buat bahan presentasi," Demian menjawab tanpa curiga sedikit pun dengan yang terjadi.

Demian justru mendengus dalam hati. Dia tahu kalau Darka sedang ingin mendekati Delin.

"Tentang apa? Kalian bisa cari buku bekas gue,"

Demian mendengus. "Sombong amat! Mentang-mentang lo lulus cepet! Gue juga, liat aja, kita cepetin ya, Del.." disenggol pelan Delin.

Darka sontak menatap kian tajam adiknya.

"O-Oke, kita cari diruang baca kak Darka aja, Lin. Banyak banget koleksi dia, dulu S1nya satu jurusan kayak kita," Demian menjelaskan.

Delin terlihat ragu walau pada akhirnya mengangguk tanpa bisa menolak saat menangkap tatapan Darka yang mengancam.

"Bagus," Demian merangkul Delin, berjalan lebih dulu tanpa peduli tatapan laser dari Darka.

Sepertinya menyembunyikan Delin bukan ide yang bagus. Oke, dia hanya perlu satu bulan sebagai waktu normal untuk memperkenalkan Delin sebagai miliknya.

***

Satu bulan berlalu...

Delin tidak tahu akan sesering itu Darka membuatnya merasa menyedihkan. Delin tidak tahu akan sejauh ini Darka membuatnya terpuruk setiap harinya.

Delin menutup mulutnya saat dari belakang sana Darka begitu kasar menampar kiri dan kanan.

Delin terdongak sambil menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan isakan atau desahan. Sebelah tangannya yang menopang tubuh sudah tidak sanggup dan ambruk.

Delin membenamkan suaranya di bantal. Darka tak kunjung berhenti padahal kaki Delin sudah sangat tidak sanggup.

Darka melenguh penuh kelegaan tanpa bisa menahan suaranya.

Darka melepaskannya, membiarkan Delin menggelinjang menikmati sisa-sisa hasil kerja kerasnya.

Darka merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yang berantakan. Ada bagusnya Demian satu kelompok terus dengan Delin. Membuat Delin banyak alasan bisa masuk ke ruang bacanya yang terhubung dengan kamar.

Darka menampar pelan paha Delin hingga siempunya tersentak pelan, kaget.

"Benerin, bersihin, pulang terus minum obat," Darka mendudukan tubuhnya sambil mengangkat Delin yang lemas agar duduk juga.

Darka mengecup bibir Delin yang bergetar menahan tangis. "Ntar malem dandan, gue mau kenalin lo sebagai pacar di depan kelu—"

"Engga!" Delin sungguh membenci ide itu.

Dia tidak tahan harus membenci Darka bagaimana lagi. Bersama dengannya? Delin tidak mau!

"Dan lo maunya hubungan kita partner ranjang?"

Delin menjatuhkan air matanya. "Kak, aku mohon.. Niatku ke kota ini untuk kuliah, lulus dan bekerja untuk keluarga," bibir Delin bergetar penuh permohonan.

Dark Obsession (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang