|05| Murid Indigo?

23 4 0
                                    

Halo semuanyaaaa 👋👋

Gimana nih kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat terus ya. Aminnn

Chapter 05 udah update nih. Udah siap baca?

Oh ya, aku mau tanya TAU CERITA INI DARI MANA?

Makasih buat yang udah mampir dan baca. Aku mau ingetin lagi jangan lupa vote, komen, dan follow serta share ya. Terima kasih orang baik❤

Nb: paragraf miring= flashback/masa lalu

Selamat membaca

Chapter VMurid Indigo?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter V
Murid Indigo?

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇

Malam itu, langit seakan tidak bersahabat dengan bumi. Segerombolan air turun dari awan menghujam daratan amat deras. Petir dan guntur pun turut serta saling beradu. Menimbulkan ketakutan bagi siapa saja yang mendengar. Namun, tidak dengan dua orang pria di satu ruangan.

"Cepat, lakukan secepat mungkin! Jangan lelet!"

Satu pria tua buncit memegang pinggangnya sendiri. Ia hanya berdiri memperhatikan kerja bawahannya. Pria tua tersebut tampak menoleh ke kiri dan kanan, ia lebih takut akan kedatangan orang lain ketimbang suara petir dan hujan di luar.

"Sabar, Pak. Bapak kira ini semudah yang bapak bayangkan?" Pria yang lebih muda berkata gusar. Tubuh yang berkeringat tak membuat ia menyerah dalam menimbun sesuatu di lantai.

Usai menimbun dan menutup dengan semen serta keramik, pria muda itu menghentakkan sekop guna memegang benda itu. Ia mengusap peluh di dahi. Kemudian pria muda berbaju training merah ini menatap serius pria tua buncit.

"Sudah cukup saya terlibat dalam urusan bapak. Saya tidak ma--" Tiba-tiba suara petir menggelegar tidak seperti biasa.


"WOYYY, BANG ROY! BANGUN! NANTI TERLAMBAT KE SEKOLAH LHO!"

Sedari tadi Tedy mengguncang tubuh seorang pria yang terlelap di sofa ruang tamu. Remaja berjaket biru tua itu tampak kesal dibuat sang kakak. Lantas, ia meraih gelas berisi air dan mencipratkan air bening tersebut ke tubuh sang kakak.

"Arghhh! Apa-apaan ini?" Sang kakak alias Roy terbangun. Pria itu terlihat murung, tetapi marah.

Tedy memutar bola mata malas. Kedua belah bibirnya pun melontarkan decakan. Sesudah meletakkan gelas tadi, Tedy melipat tangan di dada.

"Aku tau kau guru di sekolahku dan bisa datang jam berapa aja. Tapi aku mohon, aku masih siswa. Kalau aku terlambat aku bakal dihukum lari keliling lapangan!" Jelas Tedy panjang lebar.

"Lalu?" balas sang kakak sambil mengucek mata. Tingkahnya membuat Tedy membulatkan bola mata.

"Njir, jadi abang gak peka! Ya ibu kan nyuruh kau antar aku ke sekolah!"

SIURUPANWhere stories live. Discover now