|07| Sebuah Rasa

16 4 0
                                    

Halo semuanya 👋👋👋

Update lagi nih,

Yuk, yuk, yuk ramaikan.

Jangan lupa vote, komen, follow, dan share y biar banyak yang baca:)

Selamat Membaca

Selamat Membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Chapter VII
Sebuah Rasa

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇






"Aduuuh. Pelan-pelan, Sat!"

Sepanjang lorong sekolah yang sepi, dua anak adam tengah berjalan menuju perpustakaan. Satunya berjalan cepat sambil menenteng beberapa buku, sementara satunya berjalan lambat sembari mengomel. Lelaki berkacamata itu tampak kesal dengan temannya. Ia terlihat berusaha berjalan cepat, menyamakan langkah kaki dengan sang teman.

Setibanya di depan perpus, Ian menepuk pundak Satria yang hendak masuk.

"Tunggu dulu, capek banget ini!" Tubuh Ian menekuk, kedua tangannya bertumpu pada masing-masing paha. Sesudah mengontrol deru napas Ian berdiri tegak. Muka Ian sudah masam, terlebih menangkap raut polos tak bersalah milik Satria membuat Ian menggeram.

"Lagian situ yang disuruh Bu Henny, kok ngajak-ngajak aku minta temenin?!" kata Ian sedikit ngos-ngosan.

Satria memutar bola mata malas. "Apa salahnya sih bantu kawan? Ck, udahlah, aku masuk dulu."

Satria berbalik, menciptakan semburat kebingungan di wajah Ian. Lelaki berkacamata itu melayangkan protes maupun sumpah serapah. Namun, tak ada balasan atas protes tersebut. Sesudah sang teman menghilang dari pandangan, Ian menarik napas lalu mengembuskan. Matanya menangkap keberadaan bangku di depan ruang perpus dan memilih untuk duduk. Niatnya ingin menunggu daripada ikut masuk ke dalam.

"Ian!" Sewaktu Ian memandang keadaan sekitar, ia sedikit kaget melihat keberadaan Sadam. Lelaki berkulit sawo matang itu mendekat, tapi tak duduk.

"Di sini sepi, gak ada orang. Ngapain di sini sendirian?" tanya Sadam, kedua tangan lelaki itu tersimpan di masing-masing saku celana.

"Ohh, itu. Aku lagi nunggu Satria. Dia disuruh Bu Henny nganterin buku, ekh, tuh anak kerbau minta ditemenin. Udah gitu pake maksa lagi," jawab Ian sambil melipat kedua tangan di dada.

Jawaban Ian seketika menimbulkan kerutan di dahi Sadam serta mulut sedikit terbuka dan mata agak melotot. Lelaki berompi hitam itu menoleh ke belakang, membuat Ian ikut terheran kala menatapnya.

"Bukannya Satria itu, ya?"

Sadam menunjuk lelaki yang sedang membawa buku di kejauhan. Kepala Ian pun ikut bergerak ke arah orang yang ditunjuk Sadam. Sontak kedua mata Ian membola besar dengan mulut menganga.

SIURUPANWhere stories live. Discover now