|12| Siap Membantu

16 2 0
                                    

Halo semuanya👋

Jangan lupa y vote, komen, and follow

Selamat membaca


Chapter XIISIAP MEMBANTU

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter XII
SIAP MEMBANTU

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇



"Pak, kita harus berbuat secepatnya. Sekolah kita sudah tidak aman kalau begini. Banyak anak yang diganggu, bahkan kesurupan. Beberapa orang tua pun banyak mengadu dan protes!"

Seorang pria muda berseragam kuning kecoklatan melontarkan suara. Ia duduk di hadapan seorang pria tua buncit. Pria tua itu memberi tatapan remeh, bola matanya pun berputar seratus delapan puluh derajat, seakan ogah mengurus masalah terkait. Pria tua berkemeja biru muda tersebut menyandarkan tubuh ke punggung sofa sambil melipat kedua tangan di dada.

"Roy, sudahlah. Tinggal kita diamkan saja pasti semuanya bakal kembali tenang."

"Tenang apanya, Pak?! Bahkan ini semakin runyam dan susah dikendalikan! Saya sudah menuruti saran bapak untuk pergi ke dukun itu, tapi apa? Nggak ada perubahan, malah semakin hancur!" hardik pria bernama Roy. Dadanya kembang kempis. Kedua tangan pemuda itu terkepal erat, tetapi tak bisa dilihat si pria tua.

"Ck. Kamu ini bikin saya repot saja! Untuk masalah ini kamu urus saja! Terserah mau pake dukun kek, pesugihan kek, apa kek, itu urusanmu. Lagian saya sudah bayar juga!"

Pria tua buncit itu bangkit dari duduk. Ia hendak melangkah keluar sebelum ucapan pria muda di belakangnya menghentikan langkah kaki. Roy turut serta beranjak dari sofa. Pemuda itu berdiri tegap dengan amarah berada di ubun kepala, tetapi ia tahan. Dengan lantang penuh tegas ia  bersuara.

"Ini bukan masalah bayaran, Pak! Tapi kita sudah terlalu jauh, harusnya tidak seperti ini! Kalau kita tidak melakukan itu dua bulan lalu saya rasa tidak akan semengerikan ini!"

Lantas si pria tua segera berbalik. Ia mendekati Roy yang menggerakkan rahang mulut. Kemudian pria muda ini bisa merasakan hawa panas menjalar ke pipi kiri dan bagian wajah lainnya. Ia bisa melihat tangan atasannya itu berada di dekat pipi.

"SUDAH BERAPA KALI SAYA BILANG? INI URUSAN KAMU! LAGIAN KAMU JUGA YANG MEMBERI SARAN PADA SAYA WAKTU ITU! JADI SIAPA YANG SALAH?" teriak si pria buncit.

"Saya gak mau tau, kamu beresin ini sendiri!"

Setelah adegan panas tersebut, tinggalah Roy di dalam ruang seorang diri. Pria muda berkumis tipis ini berusaha mengontrol deru napas walau tangan terkepal kuat. Dengan sorot mata tajam ia menatap kepergian pria tua tersebut.





Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






"Jadi, kakakmu Jason, menghilang dua bulan lalu? Kalian sudah mengadu ke pihak sekolah, tapi tidak digubris dan mereka tidak tau menau akan kehilangan muridnya?"

Di rumah keluarga Diva, tepatnya di ruang keluarga, Sadam memberikan pertanyaan pada adik kelasnya itu. Gadis berambut pendek ini mengangguk kecil dengan pandangan menurun ke bawah. Sadam memperhatikan lamat si adik kelas, seolah ingin tau segalanya.

"Yang bikin janggal lagi, kehilangan Kak Sadam bertepatan di mana salah satu gedung di ruang D terbakar. Kami selalu menanyakan ke pihak sekolah ditambah bantuan polisi, tapi nihil, Kak. Gak ada yang tau, bahkan kehilangan kak Jason seolah angin lalu saja."

Diva kini menunduk penuh. Tiba-tiba tubuh gadis itu bergetar, sebulir dua bulir cairan mata kini mengalir deras membasahi wajah gadis itu. Ia tak kuasa menyembunyikan tangis dan sedih.

"Ayah dan Mamah se-se-benarnya masih mencari-cari keberadaan kak Jason, ta-ta-tapi gak pernah berhasil. Sampai-sampai mereka jadi pendiam dan pemurung. Da-dan ...."

Tangis Diva tak terbendung. Entah dorongan dari mana, ia memeluk Sadam erat-erat. Seakan Sadam adalah sosok kakak yang dirindu.

"Aku rindu kak Jason ...," lirihnya.

Sadam sendiri semula terkejut mendapat pelukan mendadak dari Diva. Namun, ia mengerti akan perasaan gadis tersebut. Alhasil Sadam membalas pelukan Diva, seolah memeluk adik kandung sendiri. Tangan Sadam pun aktif menepuk dan mengelus pundak si adik kelas.

"Diva," ucap Sadam ikut lirih. Ia masih memeluk erat sang adik kelas.

"Sepertinya aku bisa membantu kalian mencari keberadaan Jason."

Sontak Diva melepas rangkulan Sadam. Ia menatap nanar sang kakak kelas. Seperti menemukan sebuah lotre. Sedangkan Sadam, lelaki itu menghapus senyum ramah miliknya menjadi senyum tipis penuh makna.




Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Langit kini tak menampakkan cahaya menyilaukan. Tak pula memberi celah bagi matahari untuk bersinar. Membiarkan bulan 'tuk memancarkan aura dan kehangatan. Udara dingin pada malam itu pun seakan menyatu menyejukkan hati.

Di satu rumah, seorang remaja lelaki berkacamata tengah asik membaca banyak buku. Lelaki itu asik membaca dengan rebahan di kasur. Buku-bukunya pun bertema "kumpulan mitos" walau sesekali membaca buku tentang ramalan Zodiak.

"Wah, ngeri juga, ya. Masa iya kalau cukur alis bisa nengok hantu. Tuyul pula tuh," gumam Ian membalikkan halaman.

"Ini lagi, nyangi lagu " Lingsir Wengi" bisa manggil Mbak Kun. Ekh, tapi ini katanya ada yang bisa sih," kata Ian membaca satu per satu kalimat.

Di sela-sela menatap dan meng-imajinasikan tiap mitos di kepala, perhatian Ian terhenti dan berpusat pada satu kalimat. Tertulis bahwa "Menyisir rambut di tengah malam tepat di depan cermin akan membuat orang itu bisa melihat hantu". Kalimat itu menakutkan, tetapi menarik bagi Ian. Entah keberanian dari mana lelaki itu tak sengaja menatap cermin di dekat tempat tidur. Ditatap pula sisir yang tergeletak di meja cermin. Kini, pandangan Ian tertuju pada bayangannya di cermin.

"Ian, apa kau sudah tidur?" teriakan ibunya membuat Ian menoleh ke arah pintu kamar.

Namun, bayangan Ian di cermin tak mengikuti gerak si pemilik seperti dunia nyata. Malahan, bayangan Ian tak menoleh dan mengukir senyum sinis menatap lelaki berkacamata di kasur.



Bersambung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bersambung

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇

SIURUPANWhere stories live. Discover now