|08| Gangguan Massal

15 2 0
                                    

Hawloooo semuanya👋

Ketemu lagi nih sama author kece nan badai ini. Wkwkwk

Gimana nih? Udah siap untuk baca?

Oh ya, TAU CERITA INI DARI MANA?

Jangan lupa juga ya vote, komen, dan follow. Serta ajak juga teman, kakek, nenek, pacar, selingkuhan, tante, dedek, semuanya lah untuk baca cerita ini. Hehe, biar akunya juga rajin update lho


Nb: paragraf miring: flashback/masa lalu

Selamat membaca


Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter VIII

Gangguan Massal

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇








"Ambilkan bulan, Bu ...."

"Ambilkan bulan, Bu ...."

"Yang s'lalu bersinar di langit ...."

Malam penuh hawa sejuk, tenang, dan damai seorang wanita tengah duduk tiduran di kasur. Di kepalanya seorang anak kecil laki-laki sedang berusaha memejam mata, tak lupa robot mainannya dipeluk erat-erat. Wanita itu menepuk-nepuk punggung sang buah hati agar terlelap sambil menyanyikan sebuah lagu.

Sewaktu buah hatinya terlelap penuh, ia tersenyum tipis seraya menaikkan selimut. Setelahnya ia mengecup kening si kecil. Kemudian ia melanjutkan bait terakhir dari lagu tersebut sebelum ikut terlelap.

"Di langit, bulan benderang, cah'yanya sampai ke bintang .... Ambilkan bulan, Bu, untuk ...."




"Untuk menerangi ... tidurku yang lelap di malam gelap ...," ucap seorang remaja lelaki menyelesaikan lagunya. Ia bersenandung lembut sambil memetik senar gitar. Lelaki itu duduk sandaran di atas kasur sambil memegang alat musik berdawai enam.

Melodinya seolah menyatu dengan suasana malam. Bahkan kunang-kunang tengah menari-nari di luar. Nada-nada yang ia lontarkan seakan menusuk relung jiwa. Petikan dan suara pemuda itu seakan mampu membius.

Sesudah memetik senar gitar terakhir, pemuda itu meraih sebuah foto dari atas meja di samping kasur. Lama ia tatap foto berisi seorang wanita dan pria beserta anak laki-laki dan anak perempuan.

"Mah, Ayah ... kalian jangan khawatir ya, bentar lagi abang pulang."

Tanpa lelaki itu sadari sebulir air bening mengalir mulus dari sudut mata. Bulirannya melintas melewati pipi. Merasa waktu sudah larut, ia mengembalikan foto ke tempat semula. Gitar pun diletakkan di samping tempat tidur. Setelahnya ia merebahkan diri sesudah mematikan lampu.




SIURUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang