|15| Mimpi yang Sama

11 2 0
                                    


Senang deh rasanya kalau yang baca menyempatkan diri untuk memberi minimal Vote. Pengen banget 👉👈🥺



Selamat Membaca semua



Selamat Membaca semua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter XV

Mimpi yang Sama

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇






"Pagiii, Pak Roy!"

Sewaktu pria berkemeja biru tua datang sambil menenteng tas dan buku, ia disambut dengan teriakan satu penghuni kelas. Tanpa memberi ekspresi ramah maupun memahat senyum, ia hanya berdeham sebagai balasan. Bahkan raut muka pemuda itu terlihat murung. 

"Baik, buka halaman sembilan puluh. Kerjakan soalnya di selembar kertas. Bapak akan mencatat kata kunci untuk menjawab soalnya agar kalian lebih mudah," kata Roy bernada lesuh sesaat ia meletakkan peralatan mengajar di meja guru. 

Lantas, pria berkumis tipis itu meraih alat tulis dari meja lalu mendekati papan tulis. Semula Roy berusaha mengalihkan perhatian dan membuang pikiran buruknya dengan fokus mencatat di papan tulis. Namun, kali ini suara bisik para murid yang perlahan berubah bagaikan suara pasar membuat Roy risih. 

Alhasil, Roy berbalik cepat menatap seisi kelas. Seketika hawa dingin menyeruak menguasai medan. Tak ada keributan dari para anak didik. Justru para remaja itu memasang raut bingung akan tingkah guru mereka. Langsung saja Roy menggeleng kecil, menepis pikiran buruknya. Kemudian pria muda itu kembali mengarahkan tangan ke papan tulis. 

Di sela-sela asik menulis kata demi kata di papan tulusy, Roy kembali mendengar suara bising dari anak didiknya.

"BERHENTI BERMAIN-MAIN DENGAN BAPAK! KALIAN BISA TE--"

Saat berbalik, naas pemuda itu harus menelan malu. Para murid tengah fokus mengerjakan soal dan menyalin kata kunci dari yang ditulis Roy. Teriakan pemuda itu malah membuat seisi kelas menaruh tatapan bingung dan heran padanya. 

"Pak, maaf, Bapak kenapa? Dari tadi gak ada yang ribut, semuanya sibuk ngerjain soal."

Salah seorang murid bersuara kikuk, mencoba memberi pembelaan. Roy sendiri tergagap dan pandangan menurun. Lantas pemuda itu mengangguk, tak lupa meminta maaf. Setelahnya Roy berniat berbalik ke arah papan tulis untuk melanjutkan kegiatannya. Namun, saat bergerak pelan, matanya melotot kala melihat sosok hantu bermulut robek tengah berdiri di ambang pintu kelas. 

"Hihi, mau kemana kau?" Sosok itu melempar tawa kecil seraya memiringkan kepala dengan wajah rusak. Mata yang tercongkel berlumurkan darah membuat Roy berteriak keras dan berlari ke pojok depan kelas. 

"PERGI! PERGI DARI SINI! JANGAN GANGGU AKU!" kata Roy masih berteriak. Kini, pemuda itu berjongkok di sudut depan kelas dengan mata terpejam erata serta tangan seolah mengusir. Tingkahnya sudah pasti menciptakan kegaduhan di antara murid. 

SIURUPANWhere stories live. Discover now