|11| Lembaran Penting mulai Terbuka

14 2 0
                                    

Halo semuanya

Tau cerita ini dari mana?

Nb: jgn lupa VOTE, KOMEN, DAN FOLLOW YA


Selamat Membaca



Chapter XILembar Penting mulai Terbuka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter XI
Lembar Penting mulai Terbuka

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇



"Mah, aku pulang!"

Diva sedikit meninggikan suara setibanya di rumah. Gadis berambut pendek berambut coklat gelap ini memasuki rumah dan menelusuri seisinya, berniat mencari keberadaan sang ibu. Namun, sosok yang dicari tak kunjung datang. 

"Akh, Mamah gak ada, Kak. Kayaknya mamah masih di toko, kalau enggak, ya paling di pasar doang."

Diva berbalik menghadap seorang remaja lelaki lebih tinggi. Sementara Sadam seketika menolehkan kepala ke arah adik kelas kala dirinya dipanggil. Lantas ia memberikan sebuah senyum tipis dengan lesung pipi terpahat. Mereka berdua kini berada di dekat pintu rumah yang terbuka. 

"Ya sudah, bagaimana ka--"

"Sudah pulang, Nak?" 

Ucapan Sadam terpotong kala suara wanita paruh bayah menginterupsi dari belakang. Sadam belum berbalik menghadap wanita tua itu, tetapi Diva justru menghampiri sang ibu. Gadis itu meletakkan tas di meja dekat pintu lalu mendekati sang ibu berniat menyalim. 

"Siapa anak muda itu, kenapa berdiri kayak patung?" tanya si wanita tua lembut seraya memberikan kantong belanjaan. 

"Aah, dia kakak kelasku, Ma. Kak Sadam namanya."

Langsung saja Diva memanggil sopan sang kakak kelas agar berbalik dan mendekat. Tak butuh waktu dan tenaga ekstra 'tuk memanggil, Sadam segera membalikkan tubuh secara perlahan. Sorot mata datar miliknya berubah menjadi tatapan lembut nan sayu. 

Sadam memberi senyum seraya mengangguk kecil sambil menyapa wanita tua tadi. Namun, hal tersebut malah membuat ibu Diva membuka mulut sedikit lebar dengan mata pun sedikit melotot. 

"Mah! Mamah kenapa? Kok bengong gitu?" Diva menoel pundak sang mama beberapa kali hingga si wanita tua mendekat lalu memegang pipi Sadam. 

"Ka-kamu ....?" 

Semula kedua mata Sadam membola lantaran bingung dengan tingkah ibu adik kelasnya. Namun, bukan risih maupun memberi penolakan Sadam justru memegang kembali secara erat tangan si wanita tua. Lelaki berompi hitam ini memahat seutas senyum dan membalas tatapan hangat si wanita. Namun, rasa yang tersalur pada kedua insan malah hilang sekejap kala Diva melerai. 

SIURUPANWhere stories live. Discover now