|19| Terjebak

7 2 0
                                    

Hai semuanya 👋

Udah siap membaca? Hehe, yuk siapkan diri👻👻

Eittts, jangan lupa tinggalin jejak berupa vote, komentar, dan follownya ya. Terima kasih orang baik

Nb: Paragraf tulisan miring=  flashback masa lalu


Selamat Membaca


Selamat Membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter XIX

Terjebak

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇




Jarum pada benda bundar di dinding kian bergerak hingga menunjukkan pukul tiga sore lewat. Seorang pemuda baru saja mengganti baju dan sekarang berada di kamar. Ia menggunakan handuk untuk mengeringkan rambut lalu meletakkan handuk tersebut ke tempatnya. 

Saat Roy hendak meraih Handphone dan merebahkan tubuh di kasur, terdengar suara ketukan pintu. Refleks pria berkaos biru tersebut menoleh cepat dan berjalan membuka. Namun, tak ada siapa-siapa saat tangannya berhasil membuka pintu. 

"Ma! Mama!" Roy berteriak sambil kepala bergerak ke kiri juga kanan. Naasnya, tak ada sahutan. 

Tak mau berprasangka buruk Roy mengedikkan bahu. Lantas ia kembali menutup dan berjalan mendekati kasur. Seusai meraih handphone dan mendekati ranjang, langkah pemuda itu terhenti. Dahinya mengkerut kala menemukan secarik kertas usang. Alhasil Roy mengambil kertas tersebut dan membaca dalam hati. 

'MENGAKU ATAU MATIII!'

Entah kenapa degup jantung Roy mendadak berdetak dua kali dari sebelumnya. Tiba-tiba sebulir dua bulir keringat melintas di dahi. Hawa sejuk pun mendadak menusuk di kulit. 

Di sela-sela keterdiaman pemuda itu, dering handphone membuat Roy kaget. Saking kagetnya ia sampai menjatuhkan handphone sendiri ke kasur. Sesaat melihat siapa penelepon ia mengusap-usap dada. Langsung Roy mengambil benda tersebut usai tahu sang adik menelepon. 

"Halo, Tedy, kenapa belum pu--"

"Bang Roy! Bang Roy! Tolong cepat je sekolah. Jemput kami! Kami kejebak! Gak bisa keluar!"

"Emang kalian di mana? Gak ada satpam yang le--"

"Di gedung D!"

Seketika bola mata Roy membesar. Handphone pemuda itu kembali mendarat halus di kasur. Semula suara Tedy terdengar memanggil sang kakak hingga akhirnya panggilan terputus begitu saja. 

"Cepat selamatkan adikmu atau nyawa taruhannya, hihi ...." Sebuah bisikan entah dari mana sontak membuat Roy tersadar. 

Tak mau berlama-lama, Roy segera meraih handphonenya, memakai jaket, dan keluar dari kamar. Cepat-cepat ia berjalan keluar rumah sampai suara sang ibu menginterupsi langkahnya. 

SIURUPANWhere stories live. Discover now