3

31 2 0
                                    

Pagi hari yang cerah menyambut kedatangannya saat Cia membuka mata dengan perlahan. Udara pagi yang segar memasuki ruangan, memberikan kesegaran pada napasnya yang perlahan kembali mengalir. Dengan perasaan yang ringan dan pikiran yang jernih, Cia merasakan tubuhnya yang terasa begitu bugar setelah tidur yang nyenyak semalaman.

Dengan langkah yang ringan, Cia bangkit dari tempat tidur dan merasakan energi yang mengalir dalam dirinya. Ia meraih secangkir air putih yang menanti di nakas sebelah temoat tidurnya, menikmati setiap tegukan dengan penuh kenikmatan. Melangkah ke jendela, Cia melihat matahari pagi yang mulai menyinari langit, memberikan semangat baru untuk memulai hari dengan penuh semangat.

Dengan langkah ringan, Cia menuju dapur, mengikuti jejak aroma yang menggoda. Di dapur, Cia melihat masakan yang sedang dimasak dengan penuh kehangatan oleh tangan terampil. Bau rempah-rempah dan bumbu-bumbu yang meresap dalam masakan itu memikatnya, membuatnya semakin lapar.

"Hmm, yang sedang kalian masak di sini? Bau masakannya sungguh menggugah selera!" Cia bertanya kepada tiga pelayan yang tengah memasak di dapur.

"Kami sedang memasak beberapa makanan, sekarang kami sedang menyiapkan bumbu untuk membuat semur daging Ndoro. Apakah Ndoro mau ikut membantu?" Celetuk salah satu pelayan melihat keantusiasan Cia.

"Tentu, aku senang bisa membantu! Apa yang harus aku lakukan?" Cia menjawab dengan antusiasnya. Cia mencoba tidak menggunakan bahasa formal ketika tengah bersama para pelayan.

"Bisakah Ndoro Ayu memotong bawang bombay dan bawang putih? Mbok juga akan membutuhkan sedikit jahe yang diparut halus" jawab pelayan tersebut.

"Baiklah, akan aku potong dan parutkan. Ada yang lain yang perlu aku lakukan?"

"Baiklah, akan aku potong dan parutkan. Ada yang lain yang perlu aku lakukan?" Cia bertanya lebih lanjut.

"Saat ini belum, tapi nanti Mbok mungkin akan meminta bantuanmu untuk mencicipi rasanya sebelum disajikan." pelayan tersebut menjawab.

"Tentu, aku siap membantumu dengan apa pun yang diperlukan. Aku senang bisa berkontribusi dalam proses memasak ini, Terutama bagian makannya!" Cia menjawab dengan semangat di sertai senyuman lebarnya.

"Haa, apa itu ber...berk..." salah satu pelayan menimpali ucapan Cia sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal tapi karena bingung dengan kosa kata yang di ucapkan Cia barusan.

"Ah, maksudku aku senang bisa membantu Mbok semua memasak" Cia menjawab dengan cengirannya.

Para pelayan yang mengira Cia adalah gadis manja yang tidak bisa melakukan apa-apa. Namun, yang terjadi malah membuat mereka kagum. Cia dengan cekatan mengupas bawang dengan mudah dan cepat, tanpa ada tanda-tanda kesulitan. Begitu juga dengan memarut jahe, Cia melakukannya dengan mahir dan efisien.

Setelah semua Bahan siap, entah angin dari mana tiba-tiba Cia berkeinginan untuk memasak semur daging tersebut sendiri.

"Mbok Bolehkah aku yang memasaknya sendiri? tapi nanti mbok yang menuntunku ya?" Cia memohon kepada pelayan untuk memasak sendiri dengan mata Puppy eyes nya Cia memohon.

"Hmm, tapi nanti kalau ketahuan oleh Ni Sara kami akan dimarahin Ndoro" ujar salah satu pelayan yang khawatir akan permintaan Cia tersebut.

"Mbokk, ku mohonn" Cia kembali memohon dengan suara minta di kasihani.

"Ya, baiklah-baiklah. Sini Ndoro kemarilah" salah satu pelayan tersebut membawa Cia mendekati tungku tradisional yang digunakan untuk memasak pada zaman dulu.

Cia bak seorang koki amatir dengan antusias memasak semur daging. Cia memulai dengan menyiapkan bahan-bahan utama: potongan daging sapi, bawang bombay, bawang putih, jahe, dan rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh, dan kapulaga.

"Sekarang tuangkan minyak ke dalam wajan, kalau sudah panas baru tumis bawang-bawangan nya" pelayan tersebut menjelaskan dengan telaten kepada Cia.

Dengan hati-hati, Cia memanaskan minyak dalam panci besar. Begitu minyak panas, dia menumis bawang bombay, bawang putih, dan jahe hingga harum. Kemudian, dia menambahkan potongan daging sapi dan menggorengnya hingga berubah warna menjadi cokelat keemasan.

"Nah sekarang tambahkan air secukupnya" perintah lanjut sang pelayan melihat daging yang di masak Cia sudah mulai berubah warna.

Setelah daging matang secara merata, Cia menambahkan air secukupnya dan memasukkan rempah-rempah, seperti kayu manis, cengkeh, dan kapulaga, serta garam dan gula secukupnya untuk memberi rasa. Dia membiarkan semur itu mendidih dengan api kecil hingga daging menjadi empuk dan bumbu meresap.

Setelah beberapa jam proses memasak, semur daging itu akhirnya siap disajikan. Dengan bangga, Cia menyajikan semur daging tersebut di atas piring, diiringi dengan nasi hangat. Aroma semurnya yang harum dan daging yang lembut membuat siapapun yang mencicipinya pasti ingin kembali lagi.

...

Di ruang makan

"Ayu, Ibu dengar kamu tadi bantu masak Mbok-Mbok di dapur ya?" Tanya Ni Sara pada Cia seraya memyendokkan nasi ke piring sang suami.

"Iya Ibunda, tadi Ayu membantu sekalian karena ingin belajar memasak" jawab Cia Seadanya karena masih belum terbiasa dengan nama barunya.

"Hmm, dari baunya saja sudah pasti enak ini" ujar Ni Sara memuji masakan Cia.

"Memang enak Ni, coba saja kamu makan" Ki Ageng menimpali perkataan sang istri setelah memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya.

"Sepertinya Ayu memang ahli dalam memasak yaa, untuk ukuran pemula namun rasanya enak sekali seperti orang yang sudah mahir saja. semurnya enak banget ya tadi. Terimakasih sudah masakkan semur untuk makan kita hari ini." Ni Sarah memuji kelezatan masakan Cia.

"Ah, Ibu dan Ayah bisa saja memujinya" Cia menyanggah pujian kedua orang tersebut yang sudah dianggap seperti orang tuanya.

Hal ini wajar karena di dunia modern Cia sebenarnya Selain hobi membaca Cia juga memiliki hobi memasak. Iya seringkali membantu ibunya memasak di dapur.

"Ayo, sekarang biarkan Mbok yang membersihkan meja dan cuci piring.  Sekarang, kita bisa duduk di ruang deoan dan lanjutkan obrolan ringan sambil menikmati waktu bersama."

Setelah makan bersama, Ki Ageng dan Ni Sara bangkit dari meja makan, diikuti oleh Cia dengan riang. Mereka berjalan bersama ke ruang depan, langkah mereka penuh kehangatan dan kebersamaan. Di ruang depan, mereka duduk di kursi yang nyaman, siap untuk melanjutkan momen bersama setelah makan. Mereka duduk berdampingan, suasana ruangan dipenuhi dengan kehangatan keluarga. Ternyata hidup di sini tidak terlalu buruk, Cia merasa aman dan dicintai. Mereka saling tersenyum, menikmati momen kebersamaan sederhana setelah makan malam yang lezat.

Destiny? (SELESAI)Where stories live. Discover now