9

20 1 0
                                    

Dari pertemuan tersebut yang awalnya hanya sekedar ingin mengucapkan ucapan terima kasih, Raden Arya dengan Ayu semakin dekat. Mereka mulai saling mengirim surat, berbagi cerita tentang kehidupan sehari-hari, saling memberi dukungan, semangat, dan inspirasi.

Waktu pun berlalu, dan hubungan mereka semakin dalam melalui surat-surat yang mereka kirimkan.

Di surat terakhir yang dikirimkan oleh Raden Arya, Raden Arya menuliskan bahwa ia akan menjemput Ayu alias Cia besok untuk pergi ke pasar besar untuk berjalan-jalan. Cia pun menyetujui ajakan tersebut, karena tidak enak jika menolak.

....

Keesokan harinya Raden Arya menjemput Ayu di kediaman Ki Ageng Pandu.

Tok...tok..

Raden Arya mengetuk pintu utama kediaman Ki Ageng pandu lalu dibukakan oleh Cia.

"Ayu udah siap?" Tanya Raden Arya.

"Sudah Raden, kita akan jalan sekarang?" Jawab Cia

"Tunggu dulu, Saya akan meminta izin dulu kepada ayahmu sebelum kita jalan. Masa mau bawa anak gadisnya jalan tampa izin. Nanti saya dikira menculik kamu" ujar Raden Arya di sertai kekehannya.

Senyuman itu...

Senyuman itu bagaikan mantra yang membuat Cia terpesona dan terpikat.

"Hey,,, Ayu ada apa dengan mu?" Raden Arya berujar sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Cia karena melihatnya terbengong.

"Ehh, tidak apa Raden. Sebentar yaa Ayu panggilkan Ayah dulu" dia tersadar dari keterpesonaannya dan segala berlalu pergi ke belakang menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu.

Setelah berpamitan dengan Ki Ageng Pandu. Mereka kemudian memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke Pasar Besar karena jaraknya yang tidak jauh dari kediaman Ki Ageng Pandu.

Ketika mereka tiba di Pasar Besar, suasana keramaian dan kegembiraan seketika menyambut mereka. Ada berbagai penjual makanan, kerajinan tangan, dan atraksi yang memukau di sepanjang jalan.

"Wahh" gumam Cia dengan pandangan yang berbinar-binar dan mulutnya terbuka lebar karena merasa kagum dengan suasana pasar besar tersebut.

Raden Arya yang masih mendengar gumam Cia tersebut memandangnya dengan senyuman, Cia terlihat sangat menggemaskan di matanya.

Raden Arya dan Cia berjalan berdua, tertawa riang, sambil berbagi cerita satu sama lain.

Di tengah perjalanan mereka menyusuri Pasar Besar tersebut. Tiba-tiba saja langkah Cia berhenti di depan pedagang kerajinan tangan aksesoris. Matanya langsung tertuju pada sebuah kalung, ia terpana memandang kilauan batu-batu kecil rubi merah yang tersemat di rantai kalung itu, yang tampak bersinar.

Pedagang tersebut melihat ketertarikan Cia pada kalung itu dan bertanya. "Apakah kamu tertarik dengan kalung itu, Diajeng?"

Sarah mengangguk malu-malu. Sang pemilik tersenyum ramah, lalu membuka etalase dan mengambil kalung itu.

"Ini adalah kalung sederhana, tetapi karena bentuk yang sederhana itulah yang membuatnya terlihat Anggun apalagi ketika dipakai" terang pedagang tersebut mencoba peruntungan pada pelanggannya.

"Kamu menyukainya? Saya akan membelikannya untuk kamu" niat Raden Arya karena melihat ketertarikan Cia pada kalung itu.

Cia terkejut dan menolak, dia tidak bisa menerimanya begitu saja. Dia kemudian segera berlalu pergi berjalan ke depan meninggalkan tempat pedagang kerajinan tangan aksesoris tersebut.

Melihat hal tersebut, Raden Arya kemudian berkata kepada pedagang tersebut "Bungkus yang ini ya Bu"

"Ohh, baik Raden" pedagang tersebut segera membungkuskan kalung tersebut dan memberikannya kepada Raden Arya yang mengeluarkan beberapa keping koin perak untuk membayar kalung tersebut lalu berjalan menyusul Cia yang sudah berada agak sedikit jauh di depan sana.

Destiny? (SELESAI)Where stories live. Discover now