10

21 1 0
                                    

Ayu alias Cia dan Raden Arya, yang tak pernah menyangka bahwa takdir akan mengaitkan mereka menjadi satu.
Raden Mas Arya Prabuwardhana, yang adalah Abdi Dalem seorang pejabat Kerajaan Majapahit yang tangguh, dan Dyah Ayu Laksmi Cahyaratri alias Valencia Bramantyo, merupakan seorang gadis muda yang terjebak zaman Kerajaan Majapahit memiliki jiwa penuh semangat, pertemuan mereka terjadi secara tidak sengaja akibat insiden di pasar tiga tahun lalulah yang mempertemukan mereka.

Raden Arya yang langsung terpikat oleh keceriaan Ayu alias Cia, tanpa ragu mendekatinya. Keduanya mulai berbincang-bincang, dan dari situlah awal kisah cinta mereka dimulai. Mereka saling tertarik satu sama lain, dan tak lama kemudian, mereka mulai menghabiskan banyak waktu bersama.

Hingga suatu hari, di bawah pohon yang rindang, terhampar sehelai kain berwarna hitam sebagai alas bagi sepasang insan yang sedang dimabuk asmara. Angin sepoi-sepoi menari-nari, memainkan rambut panjang Cia yang tergerai indah di atas bahunya. Matanya yang berbinar-binar penuh cinta memandang pria di hadapannya dengan penuh harap.

"Saya sudah lama menyimpan perasaan ini, dan hari ini, di tempat yang indah ini, saya ingin mengatakannya. Saya mencintaimu Ayu, lebih dari apapun" Raden Arya dengan tulus dan lantang, menyatakan perasaannya yang telah lama terpendam. Dengan suara yang bergetar namun penuh keyakinan, ia menjelaskan betapa besar cintanya pada wanitanya. Tatapannya tajam memandang mata sang wanita, mencari kepastian dari tatap baliknya.

Cia terdiam, matanya berkaca-kaca. Tak bisa dipungkiri, hatinya juga telah lama terikat pada pria di depannya. Namun, takdir sepertinya baru mengizinkannya untuk mengetahui perasaan ini sekarang.

"Ayu juga merasakan hal yang sama. Ayu mencintaimu kangmas, dengan segenap hatiku"dengan gemetar, Cia mengungkapkan rasa cintanya yang sama, dan dengan panggilan sayangnya ia kemudian merangkul pria itu erat-erat.

Mereka saling berpelukan di bawah pohon yang saksi bisu dari ungkapan cinta mereka. Suasana sekitar menjadi semakin haru, seolah alam turut merayakan kebahagiaan mereka. Di saat itulah, pohon rindang itu menyaksikan janji cinta yang tak akan pernah pudar di antara sepasang insan yang sedang dimabuk asmara.

Setelah melepaskan pelukan keduanya, Raden Arya mengatakan sesuatu yang membuat hati Cia rapuh seketika itu juga.

"Sebernarnya Mas diamanat sang raja untuk pergi ke kerajaan seberang guna mempererat hubungan diplomatik antar kerajaan, makanya saya ingin segera Ayu tahu mengenai perasaan Mas"
...
Flashback (kilas waktu) saat di istana.

"Arya, engkau adalah pejabat ksatria terbaik di kerajaanku. Aku membutuhkanmu untuk menjalankan tugas penting di negara seberang. Persiapkan dirimu untuk perjalanan yang panjang."

Raden Arya kemudian berlutut di depan raja "Ampun, Tuanku. Aku akan melaksanakan tugas ini dengan setia.
...

Cia tahu bahwa ini adalah panggilan tugas yang harus diterima Arya, tapi hatinya tak bisa menerima kenyataan bahwa mereka harus berpisah untuk waktu yang lama.

"Padahal baru saja jadi kekasih, Mas malah akan meninggalkan Ayu" ucap ayu dengan tergugu menahan tangis.

"Ayu, maafkan Mas. Ini adalah panggilan tugas yang harus Mas lakukan. Mas berjanji akan kembali ke sini, ke pelukanmu, setelah tugas ini selesai." ujar Raden Arya pada Cia.

Akhirnya air mata yang Cia berusaha tahan dari tadi meluap juga "Ayu tahu, Mas. Tapi sepertinya akan terasa sulit berpisah denganmu."

Raden Arya menghapus air mata Cia dengan lembut "Jangan khawatir, cintaku. Mas akan selalu membawa bayanganmu di dalam hatiku selama Mas pergi. Dan Mas akan kembali untuk Ayu, janji."

"Janji?" sambil menjulurkan jari kekingkingnya meminta kepastian janji tersebut.

"Iya, Mas Janji. Kalau perlu sekembalinya Mas nanti, Mas akan datang ke Kediaman Ki Ageng Pandu untuk meminang Ayu" ucap Raden Arya sambil menautkan kedua jari kelingking mereka.

Pada saat yang sama, Arya bertekad untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik agar bisa kembali sesegera mungkin.

Kemudian keduanya berpelukan erat di bawah pohon rindang itu, mencoba menahan rasa sedih yang melanda. Meski berpisah, cinta mereka tetap bersinar terang, menguatkan hati masing-masing untuk menunggu kembali kebahagiaan bersama setelah waktu yang sulit itu berlalu.

....

Cia tiba di rumah dengan wajahnya terlihat murung dan penuh kesedihan, kontras dengan biasanya yang ceria dan bersemangat. Dia segera menuju ke ruang depan dan duduk di kursi tamu.

Pelayan pribadinya, Mbok Nimas, yang selalu setia menemani Cia, melihat ekspresi sedih di wajah majikannya. Mbok Nimas mendekat dengan cemas.

"Maaf, Ndoro Ayu, apakah semuanya baik-baik saja? Ndoro terlihat sangat sedih" Mbok Nimas mengkhawatirkan Cia.

Sambil menghela nafas panjang Cia berkata "Mbok, Ayu baru saja menemui Raden Mas Arya, ia baru saja menjadi kekasihku. Namun, dia akan pergi ke negara seberang untuk menjalankan tugas penting bagi kerajaan."

Mbok Nimas terkejut akan pernyataan Cia barusan"Duh Gustu. Itu pasti berat bagi Ndoro Ayu. Bagaimana perasaan Ndoro?" tanya Mbok Nimas prihatin.

Tanpa di sengaja air mata Cia kembaki meluap "Ayu sangat sedih, Mbok. Ayu merindukannya bahkan sebelum dia pergi. Tapi Ayu harus kuat. Ayu harus menjadi pendukungnya seperti yang selalu dia lakukan untuk Ayu" putusnya sambil mengusap air matanya.

"Ndoro Ayu adalah wanita yang kuat. Raden Arya pasti akan kembali dengan selamat, dan kalian akan bersatu kembali dengan cinta yang lebih besar" ucap Mbok Nimas menyemangati Cia.

Cia mengangguk ringan "Terima kasih, Mbok. Ayu tahu, Ayu bisa mengandalkan Mbok untuk memberikan Ayu dukungan dalam waktu sulit ini."

Dengan dukungan Mbok Nimas, Cia merasa sedikit lega. Meskipun hatinya hancur karena kepergian Raden Mas Arya, dia tahu bahwa dia tidak sendiri dalam menghadapi cobaan ini. Dengan tekad yang kuat, dia berjanji untuk menunggu kekasihnya kembali dan bersatu kembali dengan cinta yang tak pernah pudar.

....

Di dalam kamar yang redup, Cia berbaring di atas ranjangnya yang empuk, tetapi tidur sepertinya tak kunjung datang. Dia terus berguling-guling di atas kasur, mencoba mencari posisi yang nyaman, tetapi pikirannya terus menerus melayang pada kepergian kekasihnya, Raden Mas Arya, yang akan berangkat ke negri seberang untuk menjalankan tugas kerajaan.

Cia memejamkan mata dan mencoba untuk meredakan kegundahannya. Dia ingat saat-saat indah bersama Arya, senyumnya yang hangat, dan janji-janji masa depan yang mereka buat bersama. Tetapi pikiran itu selalu kembali pada kenyataan bahwa mereka akan berpisah untuk waktu yang cukup lama.

Setelah sekian lama bergumul dengan pikiran, Cia akhirnya merasa kelelahan. Dia mengambil bantal dan memeluknya erat-erat, mencoba menenangkan diri dengan bayangan
Arya di benaknya. Dia berharap bisa tidur dan menghilangkan rasa gundahnya untuk sementara.

Lama kelamaan, Cia merasakan dirinya mulai tenggelam dalam tidur. Dia tahu bahwa kepergian Arya adalah hal yang tak bisa dihindari, tetapi cintanya padanya tetap abadi. Dengan pikiran yang tenang, Cia akhirnya terlelap dalam tidurnya, menanti hari kedatangan Arya kembali ke pelukannya.

Destiny? (SELESAI)Where stories live. Discover now