11

19 1 0
                                    

Cia memutuskan untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Ia mengalihkan rasa sedihnya dengan cara setiap pagi, dia akan bangun dengan tekad baru untuk membantu warga desa, terutama yang kurang mampu. Dia mengunjungi orang-orang yang sakit dan membawa makanan untuk yang lapar.

Walaupun kadang-kadang air matanya tak terbendung saat mengingat Taden Mas Arya, Cia tetap bersikap kuat di depan orang lain. Dia tahu bahwa tugasnya untuk membantu orang lain tak bisa diabaikan, bahkan dalam keadaan hatinya yang sedang rapuh.

Setiap kali Cia berhasil membuat senyum di wajah orang lain, dia merasa sedikit lega. Dia tahu bahwa meskipun Arya jauh darinya, tugasnya sebagai seorang peramu pengobatan tradisional, dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Ketika Cia berkunjung ke desa Keriangan mendengar kabar bahwa seorang anak di desa itu sedang sakit demam. Tanpa ragu, Cia segera mengambil bekal pengobatan tradisionalnya dan menuju rumah anak tersebut. Rumah itu sederhana,

Sesampainya di rumah itu, Cia melihat seorang ibu yang sedang cemas merawat anaknya. Dengan lembut, Ibu itu mengucapkan terima kasih kepada Cia karena sudi untuk datang melihat kondisi anaknya "Terima kasih sudah datang Ndoro. Anak saya masih demam tinggi, sudah beberapa hari ini. Saya sudah tidak tahu harus bagaimana lagi."

Cia memberikan pengobatan tradisional yang telah dipersiapkannya. "Tenang, Bu. Saya bawa beberapa ramuan tradisional yang mungkin bisa membantu menurunkan demam anak Ibu" Cia menenangkan ibu itu, memberikan instruksi tentang cara merawat anaknya, dan memberikan semangat agar tetap tabah.

"Wah, terima kasih banyak, Ndoro Ayu. Semoga ramuan itu bisa membantu menyembuhkan Anak saya" ucap Ibu itu dengan penuh harap.

"Mari, kita berdoa semoga anak Ibu cepat sembuh" ujar Cia sembari menegelus punggung tangan Ibu tersebut.

"Terima kasih, Ndoro. Ndoro seperti malaikat bagi rakyat keci seperti kami ini" ucap Ibu itu sambil memandang dia dengan tatapan haru.

"Sama-sama, Bu. Ini tugas saya untuk membantu sesama" Cia membalas dengan senyuman tulusnya.

Cia dengan tulus selalu membantu sesama, Cia ingin menyatakan bahwa kebaikan hati dan keahlian bisa menjadi obat yang menyembuhkan bagi mereka yang membutuhkan.

Setelah berhari-hari berada di Desa Keriangan untuk membantu mengobati warga dengan ilmu pengobatan tradisionalnya, akhirnya tiba saatnya bagi Cia untuk kembali pulang ke rumahnya. Desa Keriangan adalah desa yang penuh kehangatan dan kebaikan hati, di mana penduduknya selalu menyambutnya dengan tulus.

Dengan hati yang penuh suka cita karena telah dapat membantu banyak orang, Cia bersiap-siap untuk pulang.

"Kalau begitu saya pamit ya Bapak Ibu, terima kasih atas sambutan hangatnya selama saya berada di sini" Cia berpamitan pada warga desa yang telah menjadi seperti keluarganya sendiri selama beberapa waktu ini.

"Kami yang seharusnya mengucapkan terima kasih berkat bantuan Ndoro kami yang rakyat kecil ini bisa menikmati pengobatan tanpa perlu memikirkan biaya. Ndoro bagaikan malaikat yang dikirim sang Gusti untuk menolong kami" para warga desa memberikan ucapan terima kasih yang tulus atas bantuan dan kebaikan Cia.

Di perjalanan pulang, Cia memikirkan semua kenangan indah yang dia alami selama di Desa Keriangan. Dia merasa bahagia bisa memberikan manfaat dan kebahagiaan pada orang lain dengan ilmu yang dia miliki. Setidaknya hal itu bisa mengalihkan sedikit rasa gundahnya karena ditinggal sang kekasih.

....

Sesampainya di rumah, Cua disambut hangat oleh keluarganya di kediaman Ki Ageng Pandu. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian cerita dan pengalaman gadis itu selama di Desa Keriangan. Meskipun kembali ke kehidupan sehari-hari, kenangan dan pengalaman yang Cia dapatkan di desa tersebut akan selalu membekas di hatinya, mengingatkannya akan arti sejati dari kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama.

Setelah bercerita, Cia memutuskan untuk pergi ke kamarnya untuk beristirahat karena lelah setelah menempuh perjalanan pulang kemari.

Kemudian dia bangun ketika tiba waktunya untuk makan siang. Karena merasa lapar Ia memutuskan untuk pergi ke ruang makan.

Setibanya Cia di ruang makan, di meja makan telah tersedia hidangan lezat makanan favoritnya.

Cia tersenyum bahagia melihat hidangan itu, terharu dengan usaha keluarganya untuk menyambutnya pulang. Dia duduk di sebelah meja, dan Ki Ageng Pandu dan Nu Sara  pun duduk bersama.

Setelah selesai makan, gadis itu bangkit dari kursinya, menatap kedua orang tuanya dengan penuh kasih. "Terima kasih, Ayah dan Ibu, sudah menyambut Ayu dengan hangat dan membuatkan makanan kesukaan Ayu. Selama di sana Ayu merindukan masakan rumah. Ayu sangat bersyukur memiliki keluarga seperti kalian," ucapnya sambil tersenyum haru.

Ki Ageng Pandu Dani Sarah tersenyum bahagia mendengar ucapan itu.

"Tidak masalah Nduk, Ayu kan sudah melakukan perjalanan cukup jauh, pasti kelelahan dan membutuhkan asupan makanan untuk mengembalikan energi" ujar Nisa ra sambil mengusap kepala Cia.

Mereka merasakan kehangatan dan cinta yang mengalir di antara mereka. Gadis itu merasa sangat beruntung bisa memiliki keluarga yang selalu mendukung dan menyayanginya. Bersama keluarga tercinta, dia merasa betul-betul pulang.

Setelah selesai makan siang Cia memutuskan untuk pergi ke ruang baca untuk membaca buku di sana sambil menghabiskan waktunya sampai nanti malam.

....

Cia merasa sangat lelah dan ingin segera beristirahat ketika malam sudah menjemput. Setelah selesai makan malam, Cia merasa perutnya kenyang dan hangat.

Dengan langkah lembut, Cia berjalan menuju kamarnya. Dia membuka jendela sedikit agar udara segar bisa masuk ke dalam ruangan.  Cia kemudian memutuskan untuk sikat gigi dan membasuh wajahnya sebelum tidur.

Cia mengenakan pakaian tidurnya dan bersiap untuk tidur. Dia berbaring di atas tempat tidur yang nyaman, menarik selimut hingga ke dagunya. Dalam keheningan malam, Cia merasakan tubuhnya yang mulai rileks. Dia merasa bersyukur atas hari yang telah dia lalui, dan berharap esok hari akan menjadi hari yang lebih baik lagi.

Dengan pikiran yang tenang, Cia pun tertidur pulas di dalam pelukan malam yang sunyi.

Destiny? (SELESAI)Where stories live. Discover now