7

20 1 0
                                    

Di tengah senja yang mulai meredup, langkah Cia terhenti di depan pintu kediaman Ki Ageng Pandu. Matanya memandang lantai, hatinya berdebar kencang. Baru saja dia melakukan kesalahan besar. Dia tahu, saat dia melangkah masuk, dia akan dihadapkan pada kemarahan dua orang yang dia sudah anggap seperti orang tuanya.

Dengan langkah gemetar, dia membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Suasana hening, hanya terdengar detak jam di dinding. Ki Ageng Pandu dan Ni Sara duduk di ruang tamu, wajah serius. Mereka menatapnya dengan tatapan tajam. Cia merasa seperti sedang tenggelam dalam rasa bersalah.

"Duduklah," kata Ni Sara dengan suara dingin.

Cia kemudian duduk di depan mereka, menundukkan kepalanya.

"Kami mendengar apa yang terjadi dari tetangga. Apa yang kamu pikirkan, melakukan hal seperti itu? Pergi berkeliaran di pasar tanpa pengawasan Mbok Nimas"

Cia mengangkat wajahnya, mata berkaca-kaca.

"Maafkan Ayu, Ayu tidak bermaksud membuat kalian khawatir. Ayu benar-benar menyesal," ucapnya pelan.

"Apa yang kamu lakukan sangat berbahaya, Nduk," kata Ki Ageng Pandu dengan suara berat.

"Kamu harus lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan bertindak. Kami sangat khawatir."

Cia meneteskan air mata. Dia merasa begitu kecil di hadapan orang tuanya. Namun, Cia juga merasa lega karena dapat mengungkapkan penyesalannya. Cia berjanji untuk lebih berhati-hati di masa depan.

Sepasang suami istri itu melihat ekspresi penyesalan di wajah Cia. Mereka tahu, meskipun Cia telah melakukan kesalahan, dia belajar dari pengalamannya. Mereka memeluknya erat, memberikan dukungan dan cinta yang tak terbatas.

Namun, setiap kesalahan pasti akan mendapatkan ganjarannya, Ki Ageng Pandu tetap mendisiplinkan perbuatan sembrono Cia tersebut.

Cia dilarang berjalan keluar dari area pekarangan kediaman Ki Ageng Pandu.

Akhirnya yang Cia lakukan hanya makan dan tidur saja, karena di zaman ini tidak ada handphone, andaikan saja ada Cia tidak akan merasa akan mati kebosanan seperti ini.

Cia merasa bosan dengan rutinitasnya yang monoton akibat hukuman yang di jalaninya. Ia memutuskan untuk mencari sesuatu yang bisa menghiburnya, lalu terlintas di pikirannya untuk pergi ke ruang baca kecil yang ada di sudut kediaman Ki Ageng Pandu. Ditemani oleh cahaya senja yang memasuki jendela, Cia memilih sebuah buku dari rak, buku tersebut berjudul "Rahasia Pengobatan Tradisional". Cia kemudian mulai tenggelam dalam bacaannya.

Buku "Rahasia Pengobatan Tradisional" adalah kumpulan pengetahuan turun-temurun tentang ramuan-ramuan alami dan teknik pengobatan dari berbagai suku dan budaya di seluruh dunia. Buku ini berisi rahasia-rahasia yang telah diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi, dan sebagian besar tidak pernah tertulis sebelumnya.

Setiap bab dalam buku ini didedikasikan untuk suku atau budaya tertentu, mengungkapkan berbagai macam cara mereka mengobati penyakit dengan bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar mereka. Misalnya, ada bab tentang penggunaan tanaman obat oleh suku-suku di Amazon, yang menjelaskan bagaimana mereka menggunakan daun, akar, dan buah-buahan untuk mengobati berbagai penyakit.

Buku ini juga berisi pengetahuan tentang teknik pengobatan alternatif, seperti akupunktur, pijat refleksi, dan terapi herbal. Setiap teknik dijelaskan secara detail, beserta dengan panduan langkah demi langkah tentang bagaimana melakukan teknik tersebut dengan benar.

Namun, yang membuat buku ini begitu istimewa adalah bab terakhirnya, yang berisi tentang "Rahasia Pengobatan Terlarang". Bab ini berisi pengetahuan tentang pengobatan mistis dan spiritual yang diyakini memiliki kekuatan menyembuhkan yang luar biasa. Meskipun kontroversial dan sering kali dianggap tabu, pengetahuan ini telah membantu banyak orang yang putus asa dan tidak mendapatkan bantuan dari pengobatan konvensional.

Secara keseluruhan, buku "Rahasia Pengobatan Tradisional" adalah harta karun pengetahuan kuno yang dapat memberikan harapan dan solusi bagi mereka yang mencari pengobatan alami dan holistik.

Setelah Ia menyelesaikan membaca buku tersebut. Ia kemudian keluar dari ruangan tersebut.

Ketika di perjalanan menuju ke kemarnya Cia bertemu dengan Ki Ageng Pandu.

"Ayah, Ayu menemukan sebuah buku menarik di ruangan yang penuh dengan buku tadi. Buku itu berjudul "Rahasia Pengobatan Tradisional". Tidak apa kan kalau Ayu buku itu?" Cia meminta izin, padahal Ia sudah membacanya.

""Rahasia Pengobatan Tradisional"? Itu adalah buku yang berisi tentang pengalaman dan pengetahuan nenek moyang kita dalam pengobatan tradisional. Mereka meninggalkan catatan-catatan berharga mengenai pengobatan herbal dan teknik pengobatan lainnya yang telah terbukti efektif selama berabad-abad" ucap Ki Ageng Pandu menjelaskan pada Cia, padahal Cia sebenarjya sudah tahu juga karena sudah rampung membacanya.

"Wah, itu menarik sekali! Ayah, bolehkah Ayu mempelajari buku itu?"
Tanya Cia berpura-pura antusias, kurang ajar emang.

"Tentu, Nduk. Ayah akan membiarkanmu membacanya. Tapi, ingatlah bahwa pengobatan tradisional harus dilakukan dengan hati-hati dan pengetahuan yang cukup. Jangan mencoba-coba tanpa bimbingan yang tepat" Ki Ageng Pandu kembali mengingat kepada Cia untuk berhati-hati dalam dunia pengobatan tradisional tersebut.

"Terima kasih, Ayah. Aku akan membacanya dengan seksama" Cia berujar demikian sebelum berlalu pergi.

Setelah membaca buku tersebut tekadnya memuncak. Cia merasa bahwa dia harus belajar lebih banyak tentang pengobatan tradisional untuk membantu orang-orang di sini, terutama untuk orang-orang yang tidak mau untuk berobat.

Dia belajar tentang jenis-jenis tanaman obat, cara meramu ramuan, dan teknik-teknik pengobatan tradisional lainnya dari Ki Ageng Pandu langsung. Setiap hari, Cia akan menyelipkan waktu untuk mempelajari rahasia pengobatan tradisional dari mereka yang lebih berpengalaman.

Perlahan-lahan, pengetahuannya tentang pengobatan tradisional berkembang. Cia tidak hanya belajar tentang ramuan-ramuan dan teknik-teknik pengobatan, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam kearifan lokal tersebut. Dia belajar tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara tubuh dan alam, serta tentang kesederhanaan dalam pengobatan.

Dengan tekad yang kuat dan semangat yang membara, Cia menjadi seorang yang sangat ahli dalam pengobatan tradisional. Dia membantu banyak orang di desanya yang tidak mampu mendapatkan perawatan medis seperti di zaman modern. Baginya, pengobatan tradisional bukan hanya tentang menyembuhkan penyakit, tetapi juga tentang menjaga warisan budaya yang berharga dan melayani masyarakatnya dengan penuh kasih sayang.

Destiny? (SELESAI)Where stories live. Discover now