0. Tabrakan

248 23 17
                                    

Nefertian III bersumpah pada hari jasad pendahulunya ditemukan tewas mengenaskan di pinggir sungai tanpa satu pun petunjuk yang dapat membawa mereka pada pelakunya bahwa kota itu tidak akan pernah lagi mengalami konflik antargeng yang dapat berujung pada perang mengorbankan nyawa yang tidak perlu.

Nefertian III tidak tahu bahwa sumpah yang dia pegang teguh itulah yang akan membunuhnya.

***

Jalanan licin karena hujan yang terus menerus mengguyur kota sejak sore tadi, dan lalu-lalang mobil serta motor dari dan ke pusat kota membawa genangan dari sudut kota yang lain tidak membantu mengeringkan jalan raya. Musik dan tawa serta suara obrolan menggema keras dari tiap kafe, kelab, dan tempat makan yang Nefer III lalui di atas motornya.

Kepala gadis itu dipenuhi hal lain selain bersenang-senang di akhir pekan. Seharian ini, dia telah sibuk ke sana kemari, mendatangi tiap rumah besar kelompok-kelompok yang memiliki potensi bahaya masing-masing di kota itu, dari kelompok-kelompok kecil yang hendak beraliansi menggulingkan kekuasaannya sampai kelompok-kelompok besar yang setara menjadi tandingan kelompoknya sendiri. Dia datang bukan untuk mengibarkan bendera perang; malah sebaliknya, Nefertian III ingin meredam gejolak itu selama mungkin sampai dia dapat menemukan solusi yang tepat untuk memadamkan gejolak itu secara tuntas.

Sayangnya, sampai saat ini satu-satunya solusi yang tepat adalah kehilangan lehernya, dan dia tidak mau itu.

Lagipula, begitu dia tumbang, pemimpin lainnya akan naik, jadi, sungguh, sebenarnya yang kelompok-kelompok kurang ajar itu inginkan adalah agar Femme Fatale runtuh.

Tidak akan terjadi, pikirnya sambil melambatkan laju motor ketika mendekati lampu merah. Mereka gila kalau mereka pikir itu bakal terjadi.

Gadis itu menjejakkan satu kakinya yang dibalut bot kulit coklat berlapis besi di atas aspal, tubuhnya tegak di atas motor dan salah satu tangannya memainkan cincin yang terpasang di telunjuk tangan kanannya yang telanjang. Aku harus mengontak Man, dia mulai mendata hal-hal yang harus dia lakukan. Kirim orang untuk mengawasi Rian. Panggil semua anggota, suruh mereka meningkatkan kewaspadaan. Peringatkan supaya tidak mencari gara-gara. Astaga, Rum. Aku lupa soal cewek itu. Mungkin aku harus suruh orang untuk mengawasi dia juga.

Lampu lalu lintas di atasnya berubah kuning, dan Nefer III memasukkan gigi, matanya menatap lurus ke depan dari balik kaca helm yang dia kenakan. Jangan sampai ada konflik yang tidak perlu. Pertumpahan darah harus dihindari.

Nefer III memacu motornya, terlalu tenggelam dalam benaknya sendiri hingga tidak memerhatikan suara gaduh yang datang dari sebelah kanannya. Baru ketika dia sampai di tengah perempatan dan jeritan melengking tinggi dan suara klakson yang keras membuyarkan lamunannya, Nefer III menoleh.

Tapi semuanya sudah terlambat.

Sebuah mobil telah kehilangan kendali di jalan protokol yang berpotongan dengan jalur yang Nefer III lalui, mengacaukan lalu lintas dan menabrak dua motor dan satu mobil lain sebelum akhirnya menabrak tiang lampu jalanan, mengirimkan satu mobil berisi pengemudi yang panik dan kehilangan kendali, ditambah jalanan yang licin dan ban yang gundul langsung ke arah Nefer III.

Hal terakhir yang gadis itu lihat adalah sepasang bola mata terbelalak lebar yang berisi ketakutan serta keterkejutan sebanyak yang dia rasakan.

[ID] Femme Fatale | Novel: Old Version, CancelledWhere stories live. Discover now