10. Astuti

55 10 3
                                    

"Selamat pagi, selamat datang di—" sapaan Nefer berhenti saat ia melihat siapa yang berjalan melewati pintu masuk minimarket tersebut. "Oh, halo. Aku gak tahu kamu udah balik."

"Rum ngasih aku laporan lengkap soal kejadian Jumat lalu," Mutny nyaris meluncur menuju meja kasir, mencondongkan tubuh ke arah Nefer. "Dengan tambahan dari Skorpeon. Sov—apa kamu udah gila?"

"Begitukah caramu berbicara dengan Nefermu?" tanya Nefer dengan suara mendesis. Matanya melirik Jerry yang sedang menyusun ulang stok beberapa lorong jauhnya dari mereka. "Aku lagi kerja. Kalau kamu mau bicarain soal hal ini, mending kamu tunggu sampai sifku beres sekitar dua jam lagi."

"Ap—" Mutny melambaikan tangannya pada isi minimarket yang kosong melompong. "Di tempat ini gak ada siapa-siapa!"

Jerry berdeham.

Mutny menoleh padanya dan mengangguk. "Hai Jer. Masih belum nemu pekerjaan yang lebih bagus? Atau gelar sarjanamu itu emang kamu kejar buat memperindah nama?"

Pria itu mengacungkan jari tengah pada Mutny.

"Dengar," Mutny kembali menatap Nefer dan berbicara rendah, "aku tetap menghormati kamu sebagai Neferku—"

"Bagus deh, karena aku belum berminat menendangmu keluar."

"—Tapi, duel?"

Nefer mengabaikan Mutny dan mulai mengelompokkan lembaran uang receh dari mesin kasir. "Nefer," desis Mutny, "Femme udah berdiri selama lebih dari ... gak tau deh, sekitar dua puluh tahun, dan kita enggak pernah, enggak pernah melakukan duel antarsesama."

"Sampai Jumat lalu."

"Sampai Jumat lalu." Mutny tampak seolah akan meledak. "Sovia!"

Nefer mengelus memar di rahangnya. "Aku berani sumpah kamu kedengaran kayak ibuku banget sekarang—seandainya aku ingat kayak gimana ibuku atau bahkan kalau dia peduli padaku."

Baru kali itu Nefer melihat seseorang menampar wajahnya di dunia nyata. Tindakan tersebut tampak amat komikal sampai nyaris membuat Nefer geli. Nefer menyegel kelompok uang receh pertama dengan karet dan mulai mengelompokkan uang receh lainnya dalam nilai lima puluh ribu. "Man, aku minta maaf kalau aku merusak tradisi Femme atau apalah, tapi ...," ia menghembuskan napas keras. "Cewek-cewek nolak aku sebagai Nefer."

"Apa yang kubilang soal diplomasi—"

"Banyak hal yang terjadi selama kamu keluar kota," potong Nefer. Sudut-sudut matanya mengerut saat ia melihat Mutny sedikit tersentak. "Sori. Aku tahu aku sendiri yang nyuruh kamu untuk pergi keluar kota, dan apa yang terjadi selama kamu gak ada bukan masalah atau tanggung jawab kamu, cuma...."

Nefer memiringkan mulutnya, jemari berderap di atas konter kasir yang dingin. "Silakan," ujar Mutny. "Bilang aja. Kamu harus bisa percaya sama Mutny-mu."

Nefer kembali mendesah. "Keadaan internal memburuk. Aku berusaha bikin Cewek-cewek merasa produktif dengan nyuruh mereka menjaga mata tetap terbuka dan bahkan melaporkan siapa pun yang mereka anggap mencurigakan, dan di hari pertama ponselku sampai nge-lag karena kebanjiran pesan. Hari-hari berikutnya frekuensi laporan mereka—yang, kalau aku boleh jujur, seringkali enggak ada korelasi penting sama sekali—berkurang, tapi kepercayaan mereka padaku juga berkurang, dan ...," Nefer mengedikkan bahu, "... entahlah."

Mutny menanti. "Kemudian ternyata Skorpeon ke-gap oleh Greendogs," lanjut Nefer saat Jerry masuk ke dalam gudang untuk mengambil stok. "Dan aku dibawa ke sana sama anak buah Rian. Ternyata ada Cewek Femme juga, dan aku berusaha ngasih dia pesan, tapi sebelum aku sempat, dia udah menghilang duluan. Dan berikutnya Cewek-cewek menerobos kelab Greendogs."

[ID] Femme Fatale | Novel: Old Version, CancelledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang