4. Lokitty

42 11 3
                                    

Interior bar tersebut didominasi oleh kayu: lantai kayu, bar kayu, meja dan kursi booth kayu, kusen-kusen kayu, bahkan kipas angin-kipas angin yang menempel di langit-langit beraksen seperti kayu. Dan dengan humor garing, pemilik tempat tersebut memberinya nama Woodland ketika tempat tersebut pertama kali berdiri. Saat ini tempat itu sepi, hanya diisi beberapa orang yang datang untuk sarapan pagi sekaligus makan siang, dan Nefer berjalan menghampiri bar.

"Kopi," pintanya. "Tanpa gula, seperempat krim. Juga sandwich BLT."

Pelayan di balik meja bar mengetuk jendela dapur di belakangnya. "BLT," katanya keras. Ia mengeluarkan muk kopi berwarna cokelat dengan motif kulit kayu dan menaruhnya di bawah mesin kopi, memprogram kopi hitam dan mencampurkan krimer dingin ke dalamnya, mengaduk kopi itu dan menyerahkannya pada Nefer.

"Makasih."

Pelayan itu mengunyah permen karet dan menatap jaket kulit Nefer dengan tertarik. "Naik motor?"

Nefer meniup kopinya yang menghangat. "Yeah."

"Enggak takut?"

"Kenapa harus takut?"

Pelayan itu memutar bola mata, rambut ekor kudanya terus bergerak sementara ia berinteraksi. "Masa gak tahu? Kemarin malam ada yang kecelakaan naik motor. Cewek. Ketabrak mobil. Untung yang lain enggak ada yang kenapa-napa."

Genggaman Nefer pada muknya mengencang. "Kayaknya aku tahu. Tiga motor, bukan?"

"Dua," jawab gadis pelayan itu. "Dua motor, tiga mobil."

"Oh, iya. Sori, aku belum nonton berita seharian ini."

"Sama sekali?" gadis pelayan itu menaikkan alis. "Beritanya di mana-mana, lho. Semua orang juga sibuk ngomongin kecelakaan itu."

"Hmm," Nefer menyesap kopinya. "Aku penasaran kenapa."

Gadis pelayan itu mencondongkan tubuh dari belakang meja bar. Namanya tersemat di dada kiri: Lia. "Tahu gak? Ada yang bilang kayaknya ada yang iseng di jalan waktu itu nyebar paku, jadi mobil pertama pecah ban dan hilang kendali terus duar, duar, duar. Ngek," gadis itu menaikkan jari telunjuknya horizontal di depan leher. "Konspirasi lain bilangnya cewek yang jadi korban itu mata-mata pemerintah, jadi kecelakaan semalam itu kayak film-film gitu deh."

"Dan kamu percaya?"

"Kamu gila? Gini-gini logikaku jalan. Mana mungkin pecah ban mobilnya bisa ngilang."

Gadis itu memiliki perhatian Nefer kini. "Maksudnya mobil hilang?"

"Doh." Gadis bartender itu memutar bola mata. "Kamu betul-betul gak ngikutin berita, ya. Korban tabrakan beruntun itu dua motor tiga mobil, tapi ada satu mobil yang ngilang dari TKP waktu orang-orang panik, kayak, bruk bruk bruk, cekiiit, 'Oh my God!', bye-byeee."

Salah satu alis Nefer terangkat tinggi. "Gitu ... ya?"

Lia mengambil gelas dan mengelapnya. "Kurang-lebih. Tapi memang mencurigakan, sih. Lagian cepat banget itu mobil ngilang, mungkin disetir sama Flash."

"Aku lebih suka Wonder Woman."

Nefer menyesap kopi dan Lia menatapnya dengan mata yang bulat bercahaya. "Penggemar DC?" bisiknya.

"Aku cuma pernah nonton kartun Justice League, sebenarnya ... sori," ujar Nefer saat raut wajah Lia melayu.

"Gak masalah juga," Lia mengedikkan bahu, mencondongkan tubuh ke arah Nefer. "Aku bisa ajarin kamu soal universe DC kalau kamu mau, soalnya akhir-akhir ini yang tenar banget itu Marvel."

Seorang pria Kaukasia gemuk berjalan keluar dari dapur dan meletakkan sepiring sandwich BLT di depan Nefer. "Your gay is showing." Secepat munculnya, pria itu kembali menghilang di balik pintu dapur, meninggalkan Lia dan Nefer yang terdiam canggung.

[ID] Femme Fatale | Novel: Old Version, CancelledWhere stories live. Discover now