2. Sovia

92 14 0
                                    

Nefer IV membuka mulut, dan seisi ruangan berisi setidaknya lima puluh orang gadis dari berbagai kalangan dan usia menahan napas.

"Kita enggak akan ngapa-ngapain."

Untuk sedetik, sepertinya semua orang begitu terkejut sampai-sampai waktu berhenti. Lalu antisipasi tersebut pecah menjadi keributan penuh amarah. Di sampingnya, Mutny terperangah. Sovia tidak melakukannya, kan? Memadamkan api yang Mutny kobarkan dan menggantinya dengan sulutan lain? Tetapi Mutny menggigit lidahnya keras. Ini bukan tempatnya untuk mempertanyakan Nefer.

Namun rupanya tidak semua anggota berpikiran serupa. "Kenapa?!" seru seorang gadis dari tengah kerumunan. "Kita semua juga tau kok ini bukan murni kecelakaan! Pelakunya pasti dari Greendogs kan?"

Nefer menatap gadis tersebut tajam. "Punya bukti?"

Pertanyaannya disambut hening. Nefer menjejakkan kakinya di atas lantai, sepatunya yang berat dan bersol tebal mengeluarkan suara keras ketika beradu dengan beton. Tubuhnya meluncur naik. "Kita marah," dia memulai. "Kita semua. Ini adalah kedua kalinya nyawa anggota kita melayang dalam kurun waktu lima tahun, dan keduanya, secara kebetulan, adalah Nefertian. Siapa pun yang ngira kedua hal ini enggak berhubungan antara tolol atau enggak mau buka mata."

Gadis itu berjalan maju, berhenti persis di hadapan salah seorang anggota Femme. "Ada yang tahu identitas Nefer, tapi gimana bisa mereka tahu?"

Nefer menatap cewek yang berdiri di hadapannya. Cewek itu lebih pendek darinya, paling tingginya tidak sampai 165 sentimeter, namun tatapan matanya yang membara dan dipulas celak membalas tatapan Nefer yang sedingin baja. "Ada informan ... ya kan?"

Cewek itu menyeringai keji, menunjukkan taring-taringnya yang tajam, tetapi tetap bungkam. Nefer mengangkat tatapannya dari cewek itu dan mengedarkannya pada para cewek-cewek garang yang menatapnya dengan mata disipitkan. "Siapa pun pelakunya," Nefer meninggikan suara. "Mereka punya informan di dalam Femme. Dan sebelum kalian saling tuding," suaranya menajam saat kasak-kusuk penuh rasa curiga mulai terdengar. Cewek-cewek Femme kembali diam, memerhatikan pemimpin mereka dengan saksama. "Aku mau kalian ingat ini: saudari di atas pribadi. Kalau kalian punya sesuatu yang mau kalian sampaikan, ngomong langsung denganku. Untuk saat ini, aku cuma punya satu permintaan: jangan cari gara-gara dan cari aman. Konflik ini bisa ditunda beberapa saat lagi. Kayak yang Nat mau."

Dengan itu, Nefer berbalik dan berjalan lurus ke arah Mutny, berhenti sejenak di sampingnya untuk memberikan perintah. "Cewek Dalam."

"Gak masalah," jawab tangan kanannya dari balik gigi yang terkatup rapat. "Mereka semua udah siap."

Nefer meliriknya dan mengangguk, memasuki satu dari dua pintu yang berada di belakang ruangan tersebut, melewati kerumunan Cewek-cewek Femme yang menyingkir begitu dia lewat. Begitu pintu tertutup di belakangnya, Nefer menghampiri meja panjang yang terbuat dari besi dingin, satu-satunya properti di dalam ruangan persegi panjang yang kosong itu. Beberapa kursi mengelilingi meja tersebut; beberapa merupakan kursi plastik dan beberapa lagi kursi kayu serta satu kursi merupakan kursi besi dengan sandaran kotak yang tersambung dengan lengan-lengannya yang dilas dengan kasar. Kursi kesayangan Nefer kedua yang tidak pernah dipindahkan atau dibuang. Kini, kursi itu miliknya.

Nefer IV menghempaskan tubuh di kursi itu, mendorongnya bertumpu pada dua kaki belakang dan menaikkan tungkainya ke atas meja. Tidak butuh waktu lama sebelum tiga orang cewek berjalan masuk, diikuti Mutny di paling belakang.

Sebelum seorang pun dari mereka berbicara, Sovia membuka mulut. "Aku gak mau jadi Nefer."

Salah seorang Cewek Dalam, Han, duduk di atas meja. "Bukan kamu yang milih, Say. Sayangnya."

[ID] Femme Fatale | Novel: Old Version, CancelledWhere stories live. Discover now