3.

5.2K 518 22
                                    

Alsa mengembuskan napas lega, menatap halaman sekolah yang belum cukup ramai oleh siswa siswi berseragam kotak dengan corak kombinasi maroon dan cream. Dia tersenyum sumringah, karena untuk hari ini, dia tidak akan bernasib sial seperti kemarin.

Langkah kakinya terasa ringan, seolah dirinya berjalan di bulan dengan ruang hampa tanpa gravitasi. Rasanya hari ini ingin tersenyum sumringah, berusaha beribadah kepada orang lain. Karena senyum baginya ibadah. Pribadi introvertnya sedikit berubah, karena keceriaan yang terlalu berlebih yang saat ini dia rasakan. Datang lebih awal, bangun disambut dengan senyuman Ibu, rasanya bahagia baginya. Sederhana memang, tapi senyuman Ibu bagi Alsa memang obat paling mujarab untuk menerbitkan senyum dan keceriaan pada dirinya. Rasanya, Ibu tersenyum hanya waktu-waktu tertentu dan Alsa baru saja melihat senyum itu pagi tadi. 

Alsa masih melangkahkan kaki, menuju ke kelas XI MIA 1. Menaiki tangga dengan mempertahankan senyumannya. Sesekali Alsa melemparkan senyum kepada teman-temannya yang berada di tangga. Tapi bukan balasan senyum yang sama manis seperti Alsa, namun tatapan bingung dan heran terbit dari raut muka mereka. Terasa Aneh saat Alsa si introvert yang pediam tiba-tiba ramah, tapi memang Alsa selalu aneh kan?

Alsa terus melangkahkan kaki, masih dengan senyum mengembang dibibirnya. Dia berhenti tepat di depan kelas 11 IPS 2, kelas yang bersebelahan dengan kelasnya. Alsa melihat seseorang yang kemarin dijumpainya. Alsa ingat sesuatu hal yang belum terbayarkan dan menjadi pengganggu tidurnya tadi malam.

Alsa lantas masuk menyelonong, menghampiri seseorang yang kemarin telah membantunya dalam kesengsaraan.

"Hei?! Kamu!!"

Teriakannya sontak membuat seisi kelas IPS 2 menatap Alsa heran. Merasa bingung dengan sapaan Alsa yang entah ditujukan kepada siapa. Karena seisi kelas merasa tidak pernah berteman dengan si aneh Alsa.

"Ih yang pake earphone!"

Sontak semua memandang  Azka yang duduk dibangku pojok sendirian dengan earphone yang menyumpal kedua telinganya. Kelas berubah menjadi hening, hanya dengan suara Alsa. Seolah penasaran siswa yang ada di kelas IPS 2 tetap mempertahankan tatapannya pada Azka.

Merasa dicueki, Alsa lantas melangkahkan kaki mendekati Azka. Dan entah kenapa seisi kelas berubah tatapan dari Azka ke Alsa. Seolah Alsa adalah tokoh utama dalam sebuah serial drama yang begitu menarik perhatian semua orang.

Alsa menatap Azka, tangannya terulur mencabut earphone yang Azka kenakan. Merasa ada yang mengganggunya, Azka berbalik arah yang semula menghadap jendela kini menghadap seseorang yang telah melepaskan earphonenya. Azka menatap Alsa dengan heran, bingung dengan kehadiran Alsa.

"Mau apa lag-"

Belum selesai kalimatnya sudah dipotong dengan uluran tangan Alsa yang memberikan koin seribuan baru bergambar angklung.

"Ini uang ganti air minum gelas yang 1000 di warung depan. Makasih ya, A-az-ka?" Ucap Alsa sambil mengeja nama Azka yang ada di nametag-nya

Alsa lantas pergi pegitu saja, sementara teman-teman Azka hanya bisa melongo melihat adegan tersebut. Detik selanjutnya setelah Alsa keluar mereka semua kompak menyemburkan tawa ke arah Azka.

"Ya ampun, gue kira apaan."

"Cuma ngasih duit receh ternyata."

"Kok dia aneh banget ya?"

"Itu beneran Introvert?"

Dan masih banyak lagi komentar yang dilontarkan teman-teman Azka.

Merasa jengkel karena harga dirinya yang hilang beberapa persen karena tertawaan teman satu kelasnya, Azka hanya bisa menampilkan raut kesal sekaligus keluar dari kelas.

"Sialan tuh cewek aneh, udah ngilangin beberapa persen harga diri gue?!"

***

Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Alsa masih tetap duduk diam di kursi, memandang satu persatu teman kelasnya yang mulai menjauh pergi ke luar untuk mencari udara segar di luar. Alsa masih diam, dia tersenyum dengan lebar lantas melangkah pergi ke luar.

Langkahnya lebar dan ringan, dengan senyum yang masih dia pertahankan. Alsa melangkah tanpa rasa malu, dia malah tersenyum ke arah semua siswa yang ada di sekitar koridor. Sedangkan mereka hanya memandang Alsa bingung, dengan ekspresi cengo yang mereka perlihatkan. Sedangkan Alsa tidak peduli dan terus melangkah menuju tempat yang dia inginkan.

Langkahnya terhenti pada pintu bertuliskan "Laboratorium". Dia tersenyum dan mulai memasuki ruangan yang khas dengan IPA. Dia melirik ke seluruh sudut laboratorium, meneliti adakah sosok lain di dalam laboratorium, dan nyatanya laboratorium ini kosong. Hanya berisi rangka tubuh tiruan, cairan-cairan yang masih tersisa di meja tempat reaksi, dan lemari tempat alat dan beberapa hewan eksperimen.

Alsa tersenyum lebar tatkala menemukan kodoknya yang belum juga mati.

"Kodok, besok kamu Alsa bunuh. Buat eksperimen. Maaf ya."

Alsa berkata sambil mengusap lembut punggung kodok eksperimennya, sambil menyuapi belalang kecil yang sengaja dia tangkap tadi. Sebenarnya Alsa merasa sayang terhadap kodok eksperimennya, tapi Ibu tidak suka kodok, jadi dia cukup menjadikan kodok sebagai eksperimennya dan peliharaannya untuk 3 hari ini.

"Semoga kamu masuk ke surga ya kodok,"

Harapnya di tengah keheningan laboratorium.

***

Up!
Jadi judulnya aku ganti jadi Introvert?
Karena mempertanyakan, Alsa benar Introvert atau kelainan?😆 karena makin hari tingkahnya makin absurd.

Sekian bye. Gak mau panjang lebar.

Introvert?Where stories live. Discover now