6.

3.7K 370 2
                                    

Minggu. Diar-Ibu Alsa-libur dari pekerjaan kantor yang melelahkan. Untuk hari ini, beliau benar-benar meliburkan diri. Tanpa ada pekerjaan rumah, mengurus proyek, menandatangani kontrak, dan kesibukan yang lain yang cukup membuatnya sedikit stress.

Alsa yang melihat Ibu tengah duduk santai sambil menonton TV menyunggingkan senyum tipis dari bibirnya. Rasanya ada sebuah hadiah istimewa sekarang. Walaupun sederhana memang.

Alsa mendekat ke arah Ibu, masih dengan senyum tipis. Dia bahkan melupakan niat untuk cuci muka, merapihkan rambut dan menggosok gigi. Dengan wajah kusut, rambut berantakan, juga senyum yang masih utuh dia tetap mendekati Ibu, ikut duduk dan diam menonton tv-walaupun acara yang ditonton tidak lebih menarik dari kartun.

"Ibu bener-bener libur kan?" Tanya Alsa memastikan.

Diar hanya mengangguk sambil tersenyum pada puterinya. Senyumnya berubah menjadi tawa ketika pandangannya mengarah tepat pada Alsa. Melihat penampilan Alsa yang cukup berantakan karena memang belum merapihkan diri sejak tadi.

"Ibu kok ketawa sih?" Tanyanya bingung dengan ekspresi super polos.

Diar mengelus rambut Alsa gemas.

"Udah sana cuci muka bersih-bersih biar cantik. Gak kaya genderuwo." Usir Diar dengan tangan seolah meminta Alsa cepat-cepat pergi menjauh.

Melihat itu, Alsa mengerucutkan bibirnya kesal. Tapi tetap menurut saja dengan permintaan Ibunya.

***

"Bu cepet dong! Ini Alsa udah memimpin di depan nih!!" Teriaknya keras pada Diar yang masih tertinggal jauh dari posisinya.

Diar hanya tertawa menanggapinya. Benar-benar menikmati weekend nya bersama Alsa. Kini, mereka berdua tengah melakukan joging mengelilingi komplek rumah. Diar yang jarang bergerak terlalu sulit menyeimbangi kegesitan anaknya yang sudah berlari jauh dari dirinya.

Alsa yang merasa berlari terlalu jauh memilih berhenti di depan rumah besar yang entah milik siapa. Punggungnya bersandar pada gerbang yang cukup tinggi. Walaupun sedikit tidak nyaman, tapi tak apa untuk menghilangkan sedikit rasa lelahnya.

"Huh ... kok laper ya? Ibu gak kelihatan lagi," gumamnya sedikit kesal dengan lapar yang tiba-tiba melanda, juga kelambatan Ibu berlari yang cukup membuatnya semakin kesal.

Saat masih nyaman bersandar, tanpa sadar pemilik rumah membuka gerbang tanpa aba-aba sehingga membuat Alsa otomatis terjungkal ke belakang. Jantungnya seakan copot karena kaget dengan terbukanya gerbang rumah tanpa diberi aba-aba sang empu. Kepalanya tepat berada di depan kaki sang pemilik rumah, tatapannya otomatis tertuju pada wajah sang pemilik rumah yang rasanya tak asing. Belum juga menemukan ingatan tentang sosok tersebut, Alsa dikejutkan kembali dengan suara decakan kesal yang sangat di kenalinya.

"Ck, Sa!! Lo tuh ya, ngapain pagi-pagi udah di sini?!"

"Haha maaf Dam, Alsa numpang istirahat. Habis joging tauk!"

Adam hanya bisa mengembuskan napas kasar dan ber oh ria sambil berjalan keluar membawa plastik kresek besar yang terlihat sangat penuh.

Alsa yang penasaran lantas mengikuti Adam. Cukup jauh Adam berjalan tanpa tujuan yang tidak Alsa tahu. Tak ingin rasa penasarannya gentayangan, Alsa memilih bertanya langsung pada Adam.

"Dam. Adam mau kemana? Itu bawa apa?!"

Adam berbalik, matanya terlihat jengah melihat Alsa yang sudah berada tepat di hadapannya lagi sekarang.

"Ngapain di sini lagi sih?! Gue mau buang sampah Alsa!!"

Alsa hanya ber oh ria membalas jawaban Adam yang telah menghilangkan rasa penasaran pada dirinya. Daripada bingung, Alsa memilih jalan berbalik pulang ke rumah, kembali berlari santai seperti sebelumnya.

Jalanan komplek masih lumayan sepi, mungkin semua orang masih sibuk bergelut dengan selimut yang sangat nyaman. Mentari sedikit malu-malu memunculkan diri, sehingga udara yang dirasa sekarang tidak begitu hangat.

Matanya tanpa sengaja melihat kodok yang meloncat-loncat disekitar jalan. Dengan antusias Alsa mendekat dan langsung membopong kodok tersebut layaknya kodok penelitiannya.

Mengingat sesuatu hal yang sedikit mengganjal. Alsa lantas lari, berbalik arah, kembali ke rumah Adam untuk menguak keganjalan dalam pikirannya sekarang.

***

"Adam!! Adam!!" Teriakan Alsa dari jauh pada Adam yang tengah membeli bubur ayam keliling yang kebetulan lewat di depan rumah. Tatapan mata Adam tentu sangat jengah melihat kedatangan Alsa kembali yang entah tujuannya apa lagi.

"Mau ngambil keringat yang tadi netes kali ya?" Gumam Adam sambil tersenyum membayangkannya.

Alsa yang sudah tepat berada di depan Adam, dibuat bingung dengan senyuman konyol Adam yang sukses membuat penasarannya kembali bergentayangan.

"Adam kenapa?" Tanyanya polos, sedikit melupakan tujuannya tadi.

"Eh?" Adam menggaruk kepalanya salah tingkah karena kepergok Alsa. Sadar Alsa tidak akan tahu apa yang dipikirkannya, dia memilih balik menanyakan mengapa Alsa kembali menemuinya lagi.

"Lo kenapa kesini lagi?"

Alsa lantas terperanjat, mengingat tujuannya. Dia lantas mencengkram kedua lengan Adam dengan erat sambil mengguncangkan tubuh Adam yang sedikit kurus itu.

"Adam!! Kodok penelitian Alsa udah dibunuh belum?!"

Ya, Alsa mengingat kodok penelitiannya yang harusnya dibunuh hari jumat sebagai bahan penelitian biologi. Tapi karena hari jumat dia sengaja membolos jadi dia tidak tahu lagi bagaimana nasib kodok kesayangannya. Untunglah tadi ada saudara kodoknya yang lewat dan berhasil mengingatkannya.

Adam mengernyit, mengingat kembali kejadian di hari selasa saat Alsa yang dekil memberi makan kodoknya tanpa tahu malu.

"Oh.. belum Sa kan jumat lo ga-"

Belum juga Adam menyelesaikan kalimatnya, Alsa sudah berlari entah kemana. Adam yang bingung hanya mengembuskan napas, mencoba sabar dengan takdir yang harus di jalaninya karena hidip berdampingan dengan sosok aneh bin ajaib bernama Alsa.

***

Masih ingat kodoknya Alsa kan?
Udah ah cuma mau ngingetin kodoknya masih hidup.🐸😆

Introvert?Where stories live. Discover now