26.

1.7K 198 22
                                    

Gak usah pusing mau pilih paslon 1 atau 2. Tinggal pilih gue aja yang nyata di depan mata, bakal selalu bisa mengayomi lo tanpa diminta.

-dari Adam untuk kalean😋

***

Adam merasakan pegal di pipi karena terlalu lama untuk tersenyum. Berekspresi datar sebentar takut-takut terkena omelan sang mama lagi. Bahkan tadi Adam mandi juga berpakaian rapi sudah terkena omelan, padahal belum mengucapkan kata pamit hendak keluar.

"Kamu duduk aja. Temenin adek kamu kek atau belajar biar tambah pinter. Kalau gak bantu-bantu mama. Libur jangan cuma ngluyur deh Dam." Mamanya menyindir dari dapur, berbicara sambil melirik Adam yang hendak mendekatinya.

Adam jadi urung untuk pamit. Memilih duduk bersama Riri di depan TV. Adiknya itu tengah menonton serial kartun entah apa, yang jelas, nada bicaranya selalu sama. Kartun itu cukup membosankan bagi Adam karena baginya tidak ada hal menarik di sana.

"Ri?"

Gadis kecil itu tak menggubris. Khusyuk menonton.

Dengan kejailan seperti biasa, Adam menoel-noel pipi tembam Riri. Riri melirik tajam ke arah Adam. Adam malah meringis, sedikit senang dengan hal remeh yang dilakukannya itu.

"Kamu enak ya jadi anak SD. Jam segini udah pulang. Nonton kartun mulu, gak belajar kayak abang."

"Kalau masih SD gak usah belajar kata mama, belajarnya kalo udah gede kayak bangadam." Jawabnya jujur tanpa mengalihkan pandangannya dari TV.

Adam lantas tersenyum. "Gimana adek gue gak kayak gue coba?? Mama aja nyuruhnya gini,"

"Euummmmm gini deh.. belajar aja yuk tiap sore. Pelajaran apapun yang kayaknya menurut kamu susah. Belajar itu gak melulu buat orang gede kayak bangadam, tapi kamu yang masih bocil juga perlu!!" Balasnya seraya menarik hidung Riri sedikit keras.

Gadis itu mengerang tidak terima. Tidak begitu peduli dengan ucapan abangnya yang terdengar membosankan.

"Tau ah abang. Gajelas!"

Dengan terpaksa Adam bertahan dengan tayangan membosankan yang Riri tonton. Tidak bisa menyelesaikan masalahnya hari ini. Andai mamanya bisa mengerti dirinya.

***

"Kriukkk kriukk kriuk ..."

"Woe anjirr ini lo keluar gue nanti nyerang bagian sana, anj- arghh!!! Mati mati matiii!!!!"

"Kriukk kriukk kriukk ... "

Rei yang sejak tadi diam tanpa HP bingung memandang kedua sohibnya. Tito, tentu kalian paham sedang menikmati apa. Dan Azka? Semenjak kejadian Alsa di rooftop, juga soal pembongkaran rahasianya, dia menjadi khusuk terhadap game online. Lebih tidak peduli dengan sohibnya. Memilih sibuk sendiri bahkan terkesan gila dengan game itu.

"To, to."

Tito hanya menggumam, melirik Rei sekilas. Masih tetap fokus menyemil tanpa henti-hentinya.

"Jemput Adam yuk. Paling dia lagi dikurung sama nyokapnya tuh. Kasihan taukk dia tuh kemaren mau ke rumah temen ceweknya gitu tapi gak tahu kelanjutannya. Doi belum kelar-kelar sama masalahnya Alsa." Pinta Rei dengan manja.

"Gue masih gak enak sama dia." Jawab Tito ragu. Dia masih merasa bersalah dengan umpatannya itu.

Memang harusnya dia tidak berbicara kasar. Cukup mendengarkan malah lebih baik mungkin bagi Adam, tapi dia malah??!!

"Woeee anjirrrr goblok lu!!! Ini gue mau- ehh-eh yaahhhhhh ang dasar ya gak bisa kerjasama lu goblok!!!!"

Keduanya kompak melirik ke arah Azka tidak suka. Mungkin wajar ya cowok bermain game dengan umpatan gajelasnya. Tapi tidak ada yang namanya game diantara keempatnya--harusnya gitu. Tapi entah Azka tengah dalam mode apa sehingga cowok itu menjadi khusuk dengan game online yang tidak menguntungkan itu.

"Ok gue cabut. Ikut lo!" Putus Tito dengan cepat.

Rei lantas melompat kegirangan. Langsung merangkul Tito dengan entengnya. Keduanya pergi meninggalkan Azka yang masih saja sibuk dengan umpatan tidak jelasnya.

***

"Wahh pas banget deh ketemu lo di sini,"

Sasa yang sejak tadi menunggu angkot lantas tersenyum bingung, lebih ke kikuk karena sedikit kaget dengan ucapan Adam.

"Kenapa ya dam?" Tanya Sasa bingung.

Adam lantas tersenyum. "Memang ya yang diam-diam tuh sebenernya nyembunyiin banyak banget rahasia."

"Eum ke rumah lo aja bisa? Gue mau ngomong lumayan lama." Pinta Adam dengan wajah datarnya. Sasa yang melihat hal tersebut jelas merasa aneh.

"Ok. Mau ngomomgin apa emang?" Sasa mulai berjalan lebih dulu. Menutupi rasa gerogi juga bingung. Benar-benar kikuk menanggapi obrolan Adam.

"Alsa. Juga Om Albar."

Sasa lantas membelalak. Langkahnya perlahan melambat, kemudian berhenti tepat di depan rumah. Tenaganya tiba-tiba seolah terserot karena nama itu. Sasa tahu akan kemana pembicaraan ini berjalan.

"Sa? Masuk ya? Gak sopan kalau gu-"

Belum juga selesai Sasa meninggalkan Adam begitu saja.

"Semua hampir selesai Sa."

"Ak-aku bawain hm min-numm ya?"

Adam tersenyum miring. Dugaannya mungkin benar.

"Gak usah. To the point aja, gue gak mau basa-basi."

"Lo tahu kan, kalau Om Albar bokapnya Alsa?"

Sasa terlihat terkejut. Tapi terlihat seperti dibuat-buat. Entah maksudnya apa.

"Ok. Gimana bisa Om Albar deket sama lo, keluarga lo juga?" Tanya Adam mengintimidasi.

Sasa menatap ke sembarang arah. Berusaha menghilangkan rasa takut juga gerogi agar semua tak akan pernah bisa terbuka. Seberusaha mungkin Sasa menghindari tatapan Adam, berusaha baik-baik saja. Padahal jelas-jelas keringat dingin muncul, dan itu cukup jelas memperlihatkan bahwa Sasa benar-benar gerogi juga takut karena pertanyaan Adam.

"Lo tahu gimana Alsa hancur? Mengubah jati diri demi bokap, tapi bokapnya ternyata malah lebih care sama anak orang yang belakangan deket banget sama dia?!"

Sasa berusaha mati-matian menyumpal pendengarannya. Tidak lagi mendengar fakta memuakkan yang sebenarnya sudah diketahuinya.

"Jawab Sa, ini demi semuanya. Mungkin emang nyakitin bagi Alsa. Tapi lebih baik gitu kan, dari pada dia sakit hati mendem beban tanpa tahu jawaban jelas dari semua masalahnya selama ini?"

Detik itu, Sasa menatap Adam. Mencari kejujuran juga ketulusan dari mata itu. Dan yah, dia kalah. Dia tak bisa lagi bersembunyi. Tak bisa lagi menghindar dari kenyataan bahwa semuanya akan terbuka sekarang.

***

Gantung ah.
Bye.💕🌻
Ini upnya telaatt :') harusnya tadi sebelum pencoblosan. Tapi apalah daya sumpah sinyal hp ilang-ilang mulu kayak doi :")

Maap. Author lagi mode galau

Introvert?Where stories live. Discover now