13.

2.5K 267 5
                                    

"Sejak kejadian itu, aku memilih menjadi pendiam. Berusaha diam agar Ayah tak lagi marah padaku. Jujur, aku sendiri tidak begitu tahu apa yang melatarbelakangi Ayah membeci karakter yang sebenarnya sudah melekat pada diriku sejak kecil. Yang jelas, aku berusaha menjadi anak baik yang tetap diam dan penurut.

Dan hari ini aku malah kembali menjadi sasaran amarah Ayah. Entah apa lagi kesalahanku sekarang. Dan ya, kali ini aku kalah. Aku memilih menutup diri dari Ayah yang berubah entah karena masalah apa yang sejujurnya tidak pernah aku tahu.

2015

B.A"

***

"Woy!! Sejak kapan lo hobi baca?! Buku TIK yang super tipis kaya laurier aja kayaknya males banget buat lo baca deh?"

Ucapan sohibnya sukses membuat jantungnya memompa darah lebih cepat. Tangannya otomatis menutup bukunya keras-keras. Matanya melotot, kesal dengan kedatangan makhluk yang hampir sejenis dengannya. Bukan apa-apa dia kesal, karena makhluk sejenisnya ini sama sekali tidak diundang untuk datang, dan dengan kurang ajarnya malah masuk ke dalam ruang pribadinya dengan sembarang.

"Lo kalau masuk tuh ketok pintu ngapa deh?! Kalau gue lagi bugil abis mandi gimana coba?! Mata lo entar ternodak!"

"Hel to the loo!! Bapak yang manis nan baiq hati!! Gimana saya mau ngetok pintu ya, pintu aja udah kebuka lebar-lebar seolah menyambut kedatangan sang raja yang gagah ini" balasnya dengan membusungkan dada, menunjukkan kegagahannya.

"Dan selanjutnya, buat apa eike takut ngeliat you lagi bugil-bugil? Kan kita juga pernah mandi bareng shay!" Lanjutnya dengan gaya bencis yang sangat berkebalikan dengan geriknya tadi.

Sementara itu, lawan bicaranya hanya bisa mencebikkan bibir layaknya seorang ciwi-ciwi yang lagi dongkol karena panggilannya di rijek, mirip-mirip janeta janet lah ya.

"Btw pertanyaan gue kok gak lo jawab ya?"

Dia lantas kembali menatap buku kecil digenggamannya. Dari depan buku itu terlihat sangan ceria dengan warna kuning cerah. Tapi asal kalian tahu, cover belakang buku justru berwarna abu-abu gelap. Entah apa maksudnya yang jelas dia menyukai buku itu. Bukan hanya covernya saja, melainkan juga isi dan inisial penulis di dalamnya. B.A

***

Alsa melangkahkan kaki pendeknya ke dalam gang. Mencoba mengistirahatkan pikirannya dari masalah yang bercabang kesana kemari tak henti-hentinya menghantui. Mungkin dia hanya butuh istirahat senjenak dari hal-hal yang lebih membuatnya lelah, seperti menyendiri di dalam kamar. Jadi, Alsa memutuskan untuk bertamu ke rumah Sasa. Ingin sekadar melupakan masalahnya sejenak.

Langkahnya berhenti tepat di depan rumah yang belum lama ini pernah disinggahinya sebagai tempat pelariannya. Dan kini, Alsa kembali. Kembali melihat salah satu contoh keluarga harmonis yang cukup membuatnya nyaman berada di dalam sana. Jari mungilnya mencoba menekan bel, tidak lagi berteriak kencang seperti Alsa yang lalu. Mungkin diam rasanya lebih nyaman untuknya.

"Eh? Alsa. Kok gak chat Sasa dulu sih Sa?" Tanya Sasa terkejut dengan kedatangan Alsa yang cukup mendadak.

"Maaf Sa, Alsa pengen main aja. Alsa gak ganggu kan?" Tanya Alsa dengan senyum tipis. Tak lagi terlihat ceroboh seperti biasanya.

"Eum.. kayaknya si gak deh."

Alsa lantas mengernyit bingung. Belum juga menyerap kalimat Sasa yang terasa aneh, Alsa juga Sasa dikejutkan dengan suara pecahan suatu benda yang mungkin saja berbahan kaca. Sasa yang sejak tadi sudah sedikit panik lantas masuk begitu saja meninggalkan Alsa. Alsa yang masih belum bisa mencerna, lantas memilih masuk tidak mempedulikan boleh atau tidaknya dia masuk ke dalam tempat nyaman ini.

Introvert?Where stories live. Discover now