14.

2.6K 241 1
                                    

Tuhan begitu ajaib ya menciptakan manusia. Begitu banyak membuat cerita panjang penuh drama pada setiap masing-masing pribadi. Dengan tingkat kerumitan yang berbeda-beda tentunya.

Tuhan juga begitu apik menciptakan manusia. Berbagai karakter dilekatkan. Latar belakang kehidupan ditakdirkan olehnya. Dan kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan berusaha mungkin memperbaiki semuanya. Dari yang kurang menjadi cukup, dan jika sudah cukup mencoba untuk terus bersyukur.

Dan kini, Alsa telah dirundung dilema yang benar-benar membingungkan. Ternyata mengenal dunia luar membuatnya belajar banyak. Bukan hanya dia yang merasa sakit dan terbebani dengan banyak masalah. Dan ya, ternyata dia memang belum bisa bersyukur menerima apa adanya.

Tapi, kata "tapi" terus saja keluar dalam benaknya, seolah dirinya membela diri dengan apa yang dilakukannya. Seolah Alsa belum bisa menerima kalau dalam posisinya sekarang, dia juga bersalah. Ya ... walaupun masalahnya memang masih samar layaknya sebuah bayangan jodohnya dimasa yang akan datang.

Semenjak kejadian kabur ke rumah Sasa karena kedatangan Ayahnya yang sama sekali tidak diundang, membuat hubungannya dengan Ibu merenggang. Ibu seolah menyibukkan diri dengan pekerjaan di kantor sementara Alsa juga merasa canggung sendiri jika bersama Ibu.

Kini, dalam malam yang dingin dan sepi, Alsa tengah menyandarkan kepalanya di pintu balkon. Menikmati angin juga pemandangan lampu yang sejujurnya tak seindah bintang di langit. Toh, sekarang bintang tak lagi mudah muncul, jadi matanya hanya bisa dimanjakan dengan kerlipan lampu bangunan kota. Angin malam yang katanya bikin masuk angin malah dinikmatinya sekarang, tidak peduli akan kedinginan, masuk angin, flu, atau penyakit apapun nantinya. Lagipula kalau tidak ada yang sakit nanti yang membeli berbagai macam obat yang dibuat pabrik siapa?

Alsa tersenyum sendiri dengan pemikiran konyolnya. Nyatanya, mengenal jauh tentang dunia luar itu mengerikan. Alsa belum begitu siap menerima berbagai macam kenyataan yang tersembunyi dari dunia luar. Kenyataan bahwa banyak orang lain yang kehidupannya lebih menyedihkan darinya.

"Tapi, Alsa gak bisa terus-terusan sendirian. Mengurung diri dari dunia luar." Matanya memejam membayangkan dirinya dewasa dan membuka diri terhadap dunia luar yang luas.

"Alsa juga gak selamanya bakal bareng kamu La," tangannya otomatis memeluk Lala erat.

Kini, kenangan tentang Lala berputar dalam benaknya. Hari dimana Alsa mendapatkan Lalanya.

***

Gadis kecil dengan gaun ulangtahun berwarna biru dengan lengan terbuka tengah sibuk wara-wiri di depan kaca, dengan sepatu hak yang bunyinya disukainya. Bibirnya terus saja menyunggingkan senyum lebar, menampilkan gigi putih yang cukup rapih, tidak rusak terkikis kandungan glukosa dari permen yang biasa dimakannya.

Dia Alsa. Alsa kecil yang menggemaskan dihari ulangthunnya yang ke-4. Pesta ulangtahun tengah berlangsung di rumah. Dengan teman-teman sekitar rumah juga anak-anak dari teman Ibu dan Ayahnta yang datang. Alsa sendiri memilih menemani bayangannya di kaca sambil terus menyengir bangga melihat dirinya yang cantik. Rambut hitam dikepang dengan bandana warna senada yang terpakai dikepanya, juga poni rambutnya yang menambahnya semakin terlihat imut.

Tiup lilin dan acara menyanyi sudah sejak tadi dilakukan, sekarang tamu undangan tengah sibuk memakan hidangan yang sudah di sediakan oleh Ibunya. Alsa tidak tertarik untuk makan kue. Dia hanya ingin menatap bayangannya yang cantik.

"Alsa telnyata cantikk!!" Pekiknya girang dengan kaki yang sama sekali tidak bisa anteng. Mulut cadelnya terus saja terkikik memuji dirinya sendiri.

"Alsa! Kok malah di sini? Ibu cariin dari tadi malah sibuk sama cermin."

Mata besarnya lantas menatap Ayahnya yang ada didepannya sekarang. Alsa lantas tersenyum dan kembali menghadap cermin.

Introvert?Where stories live. Discover now