19.1

2K 211 16
                                    

Rooftop sekolah ternyata tempat yang nyaman untuk menikmati pemandangan kota. Angin yang berembus juga membelai kulit, dingin tapi nyaman. Matahari juga sedikit menutup dirinya dengan awan, seolah membiarkan Alsa menikmati kesendirian di senin pagi ini. Yah .. si cewek yang berkepribadian tidak jelas itu tengah lari dari jam pelajaran. Salah? Tapi bagaimana bisa tenang jika dia di dalam kelas bersama dengan Sasa, cewek yang tengah berkonflik dengannya? Lagi pula pikirannya sudah bercabang, tidak akan bisa fokus terhadap pelajaran kali ini kan?

Kalau ditanya bagaimana keadaannya sekarang, tentu saja dia sama sekali tak baik. Setelah mengetahui fakta dibalik kepergian Ayahnya, bukannya mendapat pelukan dari sang Ibu, Alsa justru mendapati kesepian di rumah kemarin. Ibu seolah benar-benar menyibukkan diri dengan pekerjaan kantor. Semesta benar-benr jahat kemarin. Mana lagi bibi marah-marah gara-gara Alsa tidak mandi seharian.

Macam siapa saja, tahu masalah hidupnya saja tidak kan?!

"Argh!!!" Teriaknya lantang. Melepas rasa kesal yang tak kunjung habis sampai hari ini.

"Anjir!! Setan?!"

Alsa mengernyit bingung. Pandangannya meneliti segala arah disudut rooftop. Tidak ada seseorang di sana. Hanya ada dirinya sendiri. Lalu siapa yang memaki tadi?

"Woy!! Lo tuh ya?! Gak tahu apa kalau gue kagi tidur!!" Cowok itu mendekat. Dengan raut wajah kesal serta mata yang masih malas untuk membuka.

"Lah? Kan Alsa emang gak tahu kalau Azka tidur di sini." Jawab Alsa jujur, karena memang dia tidak tahu Azka ada di sekitar rooftop kan

"Lo tuh selaku bikin gue kesel tahu gak?!" Azka terbawa emosi. Entah kenapa setiap bertemu dengan si tulalit ini emosinya tiba-tiba memuncak, seolah Alsa ini pengisi daya amarahnya setiap saat.

"Dipikir cuma Azka aja yang kesel?!" Ucap Alsa dengan raut datar. Nada bicaranya terlihat lebih tegas dan jauh beda dari biasanya. Azka yang mendengar sontak membelalak sebentar, sedikit tidak percaya si tulalit akan menanggapinya seperti itu.

"Wahhh ... tulalit udah bisa marah ternyata," ejek Azka tanpa peduli dengan wajah Alsa yang benar-benar muram.

"Semua orang berhak marah. Dan inget ..." alsa mendekat ke arah Azka. Ditatapnya mata itu dengan lekat, masih dengan raut datar yang menyebalkan.

"Gue punya nama! Alsa. Dan gue harap lo gak panggil gue dengan status lo sendiri!"

Azka terkejut dengan gaya bahasa Alsa yang tiba-tiba berubah. Keterkejutannya tak lagi ketara karena seberusaha mungkin, Azka diam tanpa berkutik sedikitpun. Tapi entah, Alsa  tahu perubahannya itu atau tidak.

Sadar akan kalimat terakhir Alsa, Azka menampilkan senyum miring, meremehkan cewek pengisi daya emosinya itu.

"Maksid lo gue yang tulalit?!"

"Itu ngrasa! Inget, Alsa punya nama! Lebih bagus dari pada nama lo TU-LA-LIT! Atau TEM-PRA-MEN?"

Alsa lantas pergi meninggalkan rooftop. Meninggalkan Azka yang masih belum percaya bahwa ada sosok semunafik Alsa.

Memang ya, yang diam nyatanya tak mudah dipercaya.

***

"Eh chyin, lo kenapa deh? Uang sewa dari siapa yang belum dibayar?" Ucap Rei dengan gaya melambai mirip-mirip cowok tulen.

Tito yang sibuk mengunyah hanya mengangguk-anggukan kepala setuju dengan pernyatan Rei yang dibumbui dengan gaya bencis.

Azka yang memang terlihat memendam masalah hanya menatap datar mereka berdua. Ingin curhat tapi pasti diejek, gak curhat tapi uring-uringan. Tapi kalau curhat masalah ini pasti lebih-lebih diejek.

Masih dengan kepala uring-uringan, Azka menghela napas gusar. Bingung sendiri. Otaknya mendadak berhenti. Sadar dengan kalimat akhir yang diucapkan oleh Rei, Azka mendelik tajam.

"Anjir. Emang gue gigolo apa?!"

Rei dan Tito saling tatap. Kemudian tertawa bersama.

"Astagaa ini bocah satu pikirannya jauh banget ya chyin. Mana lagi itu ketularan tulalit ..."

"Anjay Rei, ini ketua geng kita bukan sih? Emang yang sewa-sewa itu serba gigolo apa?" Tito menanggapi lebih. Tak lagi sibuk dengan cemilan yang selalu ditangan.

Azka yang kesal sendiri menatap bawahannya garang. Kenapa harus bawa-bawa tulalit lagi?!

"Tuh. Sensi banget dia Rei kayak ciwi PMS, iya gak?" Tanya Tito. Rei yang melihat Azka bertingkah secara berlebihan itu lantas mengangguk setuju.

"Iya deh. Betul banget lo bro! Sedikit tempramen?" Rei kembali bertanya. Tito masih menimang-nimang jawabannya.

"Eumm hampir sih chyin," jawabnya dengan gaya bencis. Tertular Rei yang memang anak bencis.

Azka yang mendengar, bertambah murka. Kenapa pendapat mereka mesti sama dengan si tulalit?!

"Lo berdua kenapa selalu olok-olok gue sih?! Gue bukan tulalit dan gue bukan orang tempramen!!" Bentaknya kesal.

Rei dan Tito tertawa lebar. Bukannya takut mereka malah tertawa sama sekali tidak jelas,

"Tuh kann!! Gitu aja marahnya kayak pacar diembat orang. Ada masalah apa si mass," Rei berucap sambil mengelus dagu Azka gemas. Seolah menggoda. Benar-benar centil memang. Lagi-lagi jadi tulen kan?

"Lo tinggal cerita aja. Apa sih yang mau lo tutupin dari kita?" Imbuh Tito meyakinkan.

Azka menghela napas sebentar. Memikirkan kembali keputusannya. Dipikir-pikir memang ya, susah kalau bebannya tidak dibagi dengan orang lain. Pusing sendiri, dan yang pasti menyiksa diri sendiri juga.

"Ok gue cerita."

Rei dan Tito lantas duduk lesehan di tanah. Dengan tangan menopang dagu layaknya anak kecil yang menanti dongeng tentang cinderella.

"Gue tadi diomelin sama Alsa. Gak tau kenapa doi kayaknya kesel banget sama gue. Lebihnya lagi, kemarin Alsa nangis meluk Adam, sohib kita. Dan gue gak ngerti kenapa doi sebeda itu di depan gue. Ada rasa bersalah si 1,5% dari rasa bersalah gue biasanya. Tapi gue bener-bener penasaran. Apa alasan Adam bawa gue ketemu Alsa, kenapa Alsa nangis meluk Adam kemarin dan kenapa doi marah-marah dan kayak benci banget ke gue.

"Mungkin ya, terlalu lebay. Tapi gimana ya. Rasanya kayak lihat lo Rei yang tiba-tiba cuek. Atau lo To, yang biasa nyemil jajan tiba-tiba rahang lo gak gerak dan gak bunyi kriuk-kriuk kayak biasa.

"Lo paham kan?"

***

Hihi double up. But yang part sebelumnya palsuu. Suka banget ya malsuin part. Tapi gak apa. Sekali-sekali baca tentang cerita lain khaaannn..

Btw babang Azka galau nihh..

Ada yang mau puk-puk pundaknya? Atau peluk babang dengan sukarela?

Vote and comment kalian tak tunggu mbak ..
Lav💕

Introvert?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang