OL36 - HELP ME!

7.3K 381 2
                                    

Happy Reading
***

Wanita itu terbangun dengan kepala yang cukup memusingkannya, matanya mengerjap-ngerjap menyesuaikan dengan cahaya lampu yang menerangi ruangan ini. Ia memegang kepalannya yang masih saja pusing, pandangannya sedikit buram sehingga ia mengucek matanya pelan agar tidak merusaknnya. Ia mengarahkan pandangannya ke arah samping, dimana bayi tercintannya yang sedang tertidur pulang di samping kasurnnya, tepatnnya di keranjang bayi miliknnya.

Sebuah senyuman tanpa sadar terukir di bibirnya, melihat putranya tertidur begitu nyenyak membuat semua masalahnnya seakan hilang ditelan bumi. Sebenarnnya ia tidak mau menggangu Xavier tapi mungkin dia memang harus menggendongnnya, sebab sesaat sebelummnya Xavier telah membukannya dengan perlahan lahan membuat Cristy gemas sendiri.

Ia mencubit pelan dan mencium pipinya, wangi bayi tercium sangat pekat di hidungnnya. Cristy mengendong Xavier yang sedang asik bermain dengan jari miliknnya.

"Lucunnya anak mommy,"ucapnnya sambil memeluk Xavier yang hanya terkekeh pelan.

"Hehehehe,"ia menampilkan mulutnnya yang belum menampakkan sebatang gigi pun, dengan kata lain ia masih ompong.

Cristy bermain-main dengan Xavier yang meski hanya menjawabnnya dengan kekehan dan tawa kecilnnya namun itu sudah cukup untuk membuat hatinnya senang, sesekali ia mencium dan mengigit pipinnya dengan gemas.

Karena keasikan main ia sampai melupakan orang orang yang memperhatikannya dengan tersenyum, bahkan suara pintu terbuka tidak cukup ampuh untuk menyadarkannya. Hati mereka menghangat melihat tingkah konyol Cristy kepada anaknnya, senyum itu sepertinnha masih setia menemaninya setiap saat setiap waktu.

"Victoria, apa kau baik baik saja?"tanya Kenzie yang tidak memiliki tatapan dingin atau sinis yang biasaannya ia tunjukkan kepada Cristy.

Merasa ada seseorang yang berbicara kepadannya ia mengahlihkan pandangannya sejenak melihat lawan bicarannya,"kak Kenzie, aku sangat baik. Hanya saja kepalaku sedikit pusing,"ucapnnya jujurnnya.

Cristy melangkahkan tubuhnya kearah mereka yang sedang menunggunnya bermain,"maaf, aku tidak bermaksud mengabaikan kalian,"ia membungkukkan setengah badannya berulang kali sambil mengatakan kata maaf.

Brian memegang kedua bahu Cristy dengan lembut dan tersenyum,"tidak apa apa, kami mengerti."

Mendengar jawaban itu membuatnya sedikit lega, faktanya ia tetap harus meminta maaf jika ia berbuat salah.

"Apa perlu aku bawakan dokyer untuk mengecek situasimu?"tanya Kenzie yang sedikit khawatir akibat kejadian semalam.

Langsung saja Cristy menolak,"tidak perlu, aku hanya butuh istirahat lebih untuk memulihkan tubuhku ini,"jawabnnya sambil tersenyum menyakinkan Kenzie.

"Apa kau sudah mengingat semuannya Victoria?"sebenarnnya ia tidak mau menanyakan hal tersebut tapi cepat atau lambat pertanyaan itu pasti akan meluncur dari bibirnnya.

Sejenak Cristy terdiam, ia menarik nafas secara perlahan kemudian menghembuskannya dan kembali tersenyum,"aku mengingat semuanya paman, paman tidak perlu mengkhawatirkankku, aku baik baik saja."

Brian hanya dapat mengganguk-anggukan kepalannya. Tiba-tiba suara derap langkah kaki menuju kemari membuat semuannya terkejut setengah mati, akibatnya karena suara cempreng Rea yang sangat keras.

"TUAN PUTRI"ucapnya dari ujung ke ujung. Hanya suarannya yang terdengar, orangnnya masih jauh dari sana.

Rea berlari terbirit birit kearah mereka seperti sedang dikejar, dengan cepat cepat Rea memeluk Cristy dengan erat,"senangnnya tuan putri baik baik saja, jika tidak aku akan sangat menderita,"ucapnya pura pura nangis, tapi sebenarnnya di lubuk hatinya ia sangat menginginkan Cristy baik baik saja.

Dari arah yang sama suara Justin, Willy dan Steven melengking keras membuat seisi orang harus menutup telingannya,"tuan putri tolong lindungi aku,"mohon Rea kepada Cristy yang terkekeh melihat tingkah konyolnya.

"Aku akan menangkapmu,"ucap Steven dengan asap di telingnnya.

Mereka sampai dengan wajah garang yang menatap Rea dengan tajam. Tapi sepertinnya keberuntungan sedang tidak memihak kepada mereka, mereka menundukkan kepalannya, memberi hormat selayak seorang pengawal.

"Salam tuan putri,"ucap mereka serempak.

"Rasakan itu, jangan main main dengan Rea, dia itu pintar,"batin Rea dengan senyum seringainnya.

"Apa anda baik baik saja?"tanya Steven.

"Iya, kalian tidak perlu mengkhawatirkanku,"jawab Cristy dengan lembut. Satu persatu mata mengarah kearah Rea yang mengejeknya dari belakang, ingin sekali mereka membuangnnya ke jurang.

"Apa anda membutuhkan sesuatu?"

"Aku tidak membutuhkan sesuatu."

"Baiklah."

Mata Kenzie melirik tajam kearah Steven yang dengan santainnya menawarkan barang miliknya, aturan dia yang seharusnnya bertanya kepada Cristy apa yang sedang dibutuhkannya, sebab ini adalah istanannya.

Steven, Justin dan Willy menghiraukan tatapan itu, mereka tidak peduli,"apa?"tanya Steven.

Kenzie mendengus kesal dengan tingkah tidak tau diri mereka, ia harus bersabar menghadapi makhluk yang gila seperti mereka.

"Tidak apa apa,"ucapnya sambil tersenyum.

Brain mengerti keadaan saat ini, ia mengalihkan percakapan mereka dengan mengatakan,"sepertinnya kami harus pergi, mungkin kalian buruh waktu untuk berbicara berdua,"langsung saja mendapat sambutan hangat dari ketiga lelaki tampan ini,"benar, sepertinnya kami harus pergi jika tidak kalian akan merasa terganggu oleh seorang penggangu,"ucap Willy dengan penekanan kata di akhir kalimat.

"Mampus."

Kepala Rea langsung menggeleng geleng dengan kencang, tangannya melambai lambai dengan cepat🖐. Mulutnnya terus memohon kepada Cristy,"tuan putri tolong jangan tinggalin saya sendiri dengan mereka. Mereka ingin membunuhku tuan putri,"ucapnya dengan keringat dingin yang mengalir di pelipisnnya.

"Kami tidak akan membunuhnnya tuan putri, tapi mungkin akan ada sedikit kejutan untuknnya"ucap Justin dengan seringainnya.

Cristy hanya terkekeh dengan kecil,"pergilah, aku tidak ingin terlibat dengan masalah kalian,"dalam hati mereka bersorak gembira dan memberikan tanda Ok dari bentuk tangan dan dibalas oleh Cristy.

"Ayo kita pergi,"ajak Brian yang berlalu begitu saja.

Dengan cepat mereka menarik tangan Rea dengan kasar, dia terus meminta tolong kepada Cristy. Mau tak mau secara paksa mereka menyeretnnya keluar dengan keadaan kedua kaki di genggaman mereka dan kepalannya berada di lantai, ia tidak akan mati jika hanya sperti ini saja.

"TUAN PUTRI TOLONG AKU."

"TUAN PUTRIIIIIIII....."teriaknnya dari  ujung.

"Hahahah, mereka sangat lucu,"kekeh Cristy.

Kenzie hanya menatapnnya dengan datar, menurutnnya mereka itu tidak lucu tapi aneh,"mereka tidak lucu, Xavier lebih lucu dari mereka."

Cristy mengerucut bibirnnya sejenak mendengar kemudian menetralkannya kembali,"mulai sekarang kau harus memanggilku kakak dan aku akan memanggilmu Victoria, tanpa bantahan,"belum lagi Cristy mengeluarkan suarannya, Kenzie langsung membuat penegasan.

"Baiklah kakakku yang ganteng,"kata kata itu membuatnnya tersenyum.

"Bolehkah aku mengendong Xavier, aku belum pernah mengendong seorang bayi,"ucapnnya sejujur jujurnnya.

"Tentu saja kak."

Cristy memberikan Xavier kepada Kenzie dengan perlahan, dengan sangat hati hati Kenzie mengendongnya dan mengelus kepala Xavier dengan pelan, takut jika ia akan menangis.

"Aku tidak sabar menunggu dia besar, aku akan mengenalkannya pada dunia yang tidak buruk ini."

Our Luna ✔Where stories live. Discover now