[4]-Itukah kamu?

214 48 61
                                    

Di sini lah Fathan sekarang, digiring ke bangku memanjang sambil belum lepas dari jeweran Bundanya.

"Kamu tuh gak pernah berubah! Mau sampai kapan gangguin perempuan terus?!" omel Bundanya.

Fathan melirik orang yang menjadi akibat dari semuanya ini, Qeela. Perempuan polos itu cekikikkan di belakangnya. Sialnya, cekikikkan menyebalkan itu duet dengan Joheng—mantan supir rumahan yang sekarang tidak menghormatinya lagi.

"Diem lo!" Fathan melotot tajam.

Sadar tujuannya pada Joheng, Pak tua dengan kumis tebalnya itu langsung mingkem dan berhenti cekikikkan.

"Fathan yang sopan!" bentak Bundanya lagi, semakin bertambah kuatlah pelintiran itu sampai Fathan setengah menjerit sembari memukul punggung tangan Bundanya minta dilepas.

"A ... aaa ... Bun! Merah kuping aku!"

"Biarin!" Bunda Fathan mendelik pada anak laki-lakinya itu.

"Nak, kamu gapapa?" Bunda Fathan menatap Qeela.

Ditanya seperti itu Qeela segera menggeleng. Derai tawanya lambat laun mulai berhenti. Kasihan juga. Qeela melihat Fathan masih merengek pada Bundanya. Sepertinya memang sakit.

"Okay, Bunda lepas. Tapi jawab jujur!"

Akhirnya. Akhirnya penderitaan pada telinga Fathan sudah berakhir. Fathan mengusap-usap daun telinganya yang terasa panas.

"Kamu buat masalah apa sama perempuan cantik ini?" tanya Bundanya.

Bunda Fathan menarik lengan Qeela dengan sengaja lalu mendudukannya tepat di samping kanan. Bunda Fathan berada di tengah dan Fathan berada di samping kiri.

"Aku ngga buat masalah, dia yang buat masalah Bund!" adu Fathan.

Qeela mencebikkan bibirnya. "Enggak. Maaf kalau saya lancang Tante, Fathan yang tiba-tiba datang dan merebut kacang hijau milik saya!" papar Qeela. Lihatlah betapa Qeela tidak menyukai laki-laki itu. Egois dan tidak mau mengalah pada perempuan.

"Kacang hijaunya memang punya gue!" Fathan kembali bersuara kali ini terdengar membentak.

"Gu—saya! Kamu cuma ngaku-ngaku!"

Nih cewek Sjdhdj$$£#! Fathan mengumpat dalam hati. Ingin rasanya mengambil selatip hitam dan membungkam bibir perempuan itu yang masih belum menyerah mendebatnya.

"Udah-udah. Bunda pusing lihatnya. Jadi dari tadi itu kalian rebutan kacang hijau?" lerai Bunda Fathan sekaligus menanyakan kebenaran atas kesimpulan yang ia tarik.

Fathan dan Qeela mengangguk bersamaan.

"Mbok ... ya ampuuun. Jo!" Bunda Fathan mengibas tangan Pada Joheng yang berdiri anteng bak manekin pakaian di mall mall, "Sini!" perintahnya.

Joheng yang mengerti akan isyarat Majikannya langsung melangkah maju.

"Kamu cariin kacang hijau di luar ya. YANG BANYAK." Bunda Fathan menyerahkan uang senilai seratus ribu rupiah pada Joheng.

"Sisanya buat kamu aja. Bisa buat beli es cendol atau makanan kesukaan kamu yang buat gigi saya ngilu, gemblong." tambah Bunda Fathan.

Joheng tertawa malu-malu. Majikannya ini tergolong orang yang perhatian. Sebelum pergi Joheng melakukan rutinitasnya yang menjadi kebiasaan berpola. Memberi hormat pada Bunda Fathan. Saat Bunda Fathan membalas hormat darinya, barulah dia melenggang pergi. Garis bawahi. Masih dengan senyum malu-malu kucing karena dapat bonus dari Bunda Fathan.

Twins (Who Are You?)✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant