[14]-The Prophet Nabi Ibrahim AS

180 7 73
                                    

"Kamu harus tahu, bahwa yang rasional tidak selalu menemukan Tuhan."

Fitrah~

Fitrah~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Qeela sekali lagi menolak uang pemberian Bapak tua—pemilik kedai nasi goreng—di depannya. Senyum sungkannya belum juga luntur. "Saya ikhlas membantu Bapak," tolak Qeela.

"Tapi Mbak—" Bapak tua itu nampak bingung hendak membujuk Qeela dengan cara apalagi. "Kalau begitu tunggu sebentar."

Qeela menoleh pada Fathan. Yang masih setia menunggunya pulang hingga cukup larut. Laki-laki itu berdiri 3 meter dari tempatnya. Sedang menatap jalanan dengan satu tangan yang ia selipkan ke dalam kantung celananya.

Qeela melupakan sesuatu.

"Ini untuk Mbak. Tolong diterima, menolak rezeki itu tidak baik Mbak," ucap Bapak tua yang kini datang dengan satu bungkus nasi goreng.

Qeela tersenyum dan menerimanya. "Terima kasih Pak. Uhm ... itu, Bapak lihat hodie saya?" tanya Qeela.

"Oh, ada. Sebentar ya."

Qeela tersenyum menyaksikan Bapak tua itu masuk kembali ke dalam kedai untuk mengambilkan hodienya. Sambil menunggu Qeela pun melepas jaket milik Fathan dari tubuhnya.

***

BUKH!

Fathan dikejutkan dengan lemparan jaket yang berhasil ia tangkap. Ia menemukan sosok Qeela.

Qeela tertawa kecil sambil menenteng kresek putih berisi nasi goreng. "Pakai. Lo bisa sakit kalau kedinginan," kekeh Qeela.

Fathan mengulum senyumnya. "Itu dialog gue."

"Terserah." Qeela berjalan lebih dulu di depan Fathan.

Fathan mencoba menyejajarkan tubuhnya. "Lo kelihatan senang sekarang," terka Fathan setelah diam-diam mencuri pandangan Qeela dari samping.

"Lo bener. Ternyata jadi baik dan membantu orang lain itu menyenangkan," ujar Qeela.

Fathan mengangguk setuju. "Syukur deh. Gue nggak perlu lihat muka jelek lo lagi kalau nangis," ucapan Fathan membuat Qeela menoleh dan melotot tajam padanya. Fathan terkikik.

"Ini jam berapa?"

"Sepuluh," jawab Fathan.

"Oh sepuluh." Qeela mangut-mangut detik berikutnya suaranya bertambah 4 oktaf. "SEPULUH?!!!"

Fathan terkejut namun ia memaksakan kepalanya untuk mengangguk.

"Mati gue ... mati mati mati!"

Fathan tidak mengerti apa yang dipermasalahkan oleh Qeela.

Qeela mempercepat laju kakinya. Nyaris seperti berlari. Eh, benar. Qeela benar-benar berlarian.

Fathan mendengus. "Qeela!"

Twins (Who Are You?)✔Where stories live. Discover now