[15]-Minyak dan Air

282 16 78
                                    

"Menjalin kasih dan sayang. Seperti Adam dan Hawa, Khadijah dan Baginda Rasulullah SAW."

FATHAN~

***

Aqeel mengalungkan name tag-nya pada leher. Tenaganya terkuras untuk membenahi semua identitasnya di tempat kuliah.

Lihat saja kakinya yang saat ini masih gemetaran efek berlarian dari lantai dasar hingga lantai teratas.

Aqeel merasa lelah tetapi merasa senang. Ia seolah menjadi mahasiswa baru yang baru saja mendaftar dan menapakkan kakinya kembali di tempat ini. Karena itu, ia menjatuhkan tubuhnya pada sebuah bangku.

Siang yang panas tidak membuat sebagian mahasiswa enyah dari taman ini. Justru mereka memiliki cara untuk melewati musim panas ini dengan menikmati segenggam ice cream.

Aqeel merasa begitu lelah jadi ia bersandar sambil memukuli bahu belakangnya dengan tangan kanan. Sinar UV seolah tidak memaklumi keadaan mengenaskannya kini. Aqeel tidak punya pilihan lain selain mengaduk isi tasnya untuk mengambil sebuah buku catatan. Lalu menjadikan buku catatan itu sebagai tameng yang melindungi wajahnya dari terik matahari. Aqeel menumpu kepalanya pada sandaran bangku. Lama ia dalam posisi tersebut, ditambah dengan matanya yang ia biarkan terpejam, Aqeel tertidur secara tidak sadar.

Ketidak sadarannya masih berlangsung bahkan saat kedatangan seseorang yang mengambil tempat di sebelahnya. "Almayra Aqeela Syakir," gumam orang tersebut. Ia membaca name tag yang dipakai oleh Aqeel. "Jadi kamu nggak berbohong soal saudara kembar?" racaunya lagi. Namun tidak ada tanda-tanda adanya respons dari Aqeel.

"Ekhem ...." Cukup kencang ia berdeham namun lagi-lagi sama. Aqeel hanya diam dalam posisi duduknya yang bersandar itu. Membuat orang di sebelahnya resah karena tidak mendapat reaksi apa pun. Dengan penasaran, ia menarik buku yang menghalangi wajah Aqeel.

Tameng sinar matahari itu tersingkap dan membuat penghuninya melenguh. "Nggh ...." Aqeel mengerjapkan matanya. Kemudian duduk tegap. Menggesek kelopak matanya yang seperti direkat oleh lem. "Fitrah?" Saking terkejutnya, Aqeel hendak berdiri namun karena kakinya salah melangkah ... ia justru menginjak tali sepatunya sendiri dan jatuh pada jalan bebatuan. "Ash ...."

Fitrah yang tak kalah terkejut ikut berjongkok di sebelah Aqeel. "Aqeel, kamu—"

"Saya bisa berdiri sendiri," potongnya. Detik berikutnya dengan sisa tenaga juga sisa keberaniannya, Aqeel menegakkan tubuhnya untuk kembali mendudukan dirinya di atas bangku.

"Maaf ... gara-gara saya kamu jadi jatuh." Fitrah merasa bersalah. "Ini." Sambil menunggu Aqeel yang membetulkan tali sepatunya, Fitrah menyodorkan air mineral pada Aqeel.

"Ini ... tidak merepotkan?" Aqeel bertanya sebelum menerima pemberian Fitrah.

"Tidak. Saya senang kalau direpotkan oleh kamu. Sering-seringlah merepotkan saya, Almayra Aqeela Sya-kir ...." ujar Fitrah.

"Aneh, ya?" tanya Aqeel setelah mengambil air mineral itu. Aqeel membuka segel botol dengan sekali putar. Seolah tenaganya sudah kembali semua. Lalu secara perlahan ia pun mulai meneguk air tesebut. Merasakan bagaimana tenggorokan keringnya dilewati air yang menyejukkan. Cukup ampuh menghilangkan dehidrasinya yang belum memuncak.

"Nama kalian nyaris sama." Fitrah tertawa kecil. "Hanya ... saya nggak tahu bagaimana sosok Aqeel yang lain," tambahnya.

Aqeel menoleh ke arah Fitrah. "Kalau kami berdua disandingkan, kamu pasti nggak akan bisa membedakan ... mana Aqeel yang saat ini sedang duduk di sampingmu." Derai tawa Aqeel disambut baik oleh Fitrah.

Twins (Who Are You?)✔Where stories live. Discover now