[7]-Kompetensi bag 2

152 24 13
                                    


Kedatangan Bunda Qeela ke pesantren modern, merupakan kejutan yang tidak ditunggu juga tidak diharapkan. Bukan karena Qeela tidak suka Bundanya ada di sini. Jika Bundanya ada di sini, pasti sesuatu akan terjadi padanya.

Begitu pula dengan Fathan. Bunda Fathan baru saja tiba, namun seolah dua perempuan itu sudah 'kenal lama' keduanya langsung lengket untuk berbincang kecil diselingi bercanda ala 'ibu sudah beranak tapi masih merasa muda.' Kini mereka sedang beristirahat di kamar Fathan.

Qeela sudah dihubungi lewat salah satu tetangga kamarnya agar menyusul ke kamar Fathan.

Hingga detik-detik enam langkah mencapai pintu, kaki Qeela terasa kaku untuk meneruskan langkah berikutnya. "Gue nggak mau ke sana Bi." Air wajah Qeela sangat memelas. Kelihatan sangat bersungguh-sungguh tidak ingin menghadiri pertemuan antardua keluarga itu.

"Lo nggak boleh kayak gitu, ke sana dulu aja Qeel. Percaya sama gue, nggak akan ada yang aneh-aneh. Kalau adapun, kita beresin sama-sama," ucapan penenang dari Bia masih terngiang ditelinga Qeela. Qeela harap begitu. Tidak ada yang aneh-aneh.

"Wah, iya Bund. Ini konsepnya simple tapi wow gitu ya!" Suara Bunda Qeela terdengar dari balik pintu.

"Bunda jangan berlebihan."

Qeela bisa mendengar suara protesan milik Fathan dari dalam sana.

CEKLEK ....

Pintu terbuka. Qeela masuk. Semua kepala melihat ke arahnya.

"Eh mantu sayaaang sini Nak!" Bunda Fathan menepuk sisi tempat tidur yang masih kosong di sebelahnya. Qeela tersenyum tipis.

"Di sini aja." Giliran Bunda Qeela yang menunjuk tempat untuk Qeela.

"Eh iya deh. Biar adil ya." Bunda Fathan menyolek singkat lengan Bunda Qeela. Keduanya tertawa kecil. Menyiapkan ruang khusus di tengah-tengah mereka.

Qeela menatap Fathan yang juga sedang melihat ke arahnya.

Fathan mengukir senyum manis.

Qeela terhenyak sesaat. Sejak kapan laki-laki menyebalkan itu bisa tersenyum?

"Ekhem ... calon pengantin jangan dicuekkin dong Bundanya," sindir Bunda Fathan.

Qeela segera memutus pandangan itu. Ia berjalan menghampiri Bundanya dan Bunda Fathan. "Kenapa, Bund?" tanya Qeela. Entah mengapa Qeela merasakan aura tidak enak mulai menyelubunginya.

Bunda Qeela dan Bunda Fathan saling melempar pandangan. Tidak lama Bunda Qeela mengeluarkan sebuah majalah yang sengaja ia sembunyikan sebelum menyambut kedatangan Qeela.

"Bunda sama Bunda Fathan udah nemuin dekorasi pernikahan yang bagus buat kalian." Bunda Qeela menunjuk salah satu gambar desain dekorasi yang menjadi pilihannya. Tentu saja menjadi pilihan Bunda Fathan juga.

"Tante sepertinya , kita nggak harus bahas sampai sejauh ini," sergah Fathan.

Bunda Fathan memicing marah ke arah anak laki-lakinya. "Enggak dong sayang. Duh aduh. Kamu itu laki-laki makannya wajar menganggap hal ini nggak begitu serius. Beda sama perempuan. Kita harus persiapan dari jauh-jauh hari." Bunda Fathan menarik tangan Fathan agar posisi anak itu menjadi lebih dekat dengannya. "Nih, coba kamu lihat!"

Fathan mengangkat wajahnya dengan malas.

"Qeela juga harus liat," ujar Bunda Fathan.

Mau dan tidak mau, dua pasangan yang tidak berharap dipasangkan itu menjatuhkan pandangan mereka pada majalah tersebut.

Twins (Who Are You?)✔Where stories live. Discover now