Chapter 1

5.8K 170 16
                                    

Dalam suasana bulan ramadhan seperti ini saya jadi ingat cerita teman saya. bagaimana dia bisa mendapatkan hidayah yang merubah hidupnya gara-gara bertemu hantu. "Lah bukannya setan dikurung selama ramdhan opah ?" (Tanya upin dan ipin). Tunggu dulu, mungkin upin dan ipin, juga kalian harus mendengar dongeng saya hingga selesai. Mungkin teman saya yang berbohong, bagaimana bisa dibulan Ramadan ketemu hantu, tentulah itu melawan kodrat. Tapi kalau melihat dia berubah secara sikap apa gunanya dia mengarang cerita.

Temen saya itu perempuan, Namanya Dewi Kamulyaan, tapi biasanya saya dan teman-teman memanggilnya Kamu, biar tidak tertukar. Soalnya nama Dewi sudah terlalu banyak dilingkungan pertemanan saya. Pengalaman horornya terjadi saat dia masih semester 6 disebuah universitas cukup mentereng jurusan kebidanan di kota Bandung. Saat melakukan KKN disebuah desa terpencil dikota Banten.

Kamu bukan dari keluarga berada, hidupnya pas-pasan. Pas butuh ada tapi pas pengen tidak ada begitu kata Kamu kalau sedang membicarakan masalah keuangan. Ibunya punya toko beras dipasar tradisional, sedangkan bapaknya sudah lama meninggal.

Hubungan Kamu dan ibunya tidak terlalu akrab sebagai anak dan orang tua. Kamu karena masih muda, jadi jiwa pemberontaknya masih berapi-api, sedangkan ibunya yang berstatus single parent selalu bersikap protektif karena rasa khawatir yang berlebihan. Dua sikap yang berbeda itulah yang menyebabkan kerenggangan diantara mereka.

Puncaknya terjadi seminggu sebelum Kamu pergi KKN, Kamu dan ibunya bertengkar hebat. Penyebabnya bisa dibilang sepele, Kamu menolak diajak pergi berziarah ke makam bapaknya. Orang-orang biasanya sebelum memasuki bulan Ramadan akan pergi ke makam orang-orang terdekatnya untuk berziarah.

Oh iya, Saya belum menceritakan tentang bapak Kamu. Dulu Kamu dan ibunya hanya tahu bahwa bapaknya bekerja sebagai juru parkir dipasar, namun semuanya berubah setelah bapak Kamu tewas dihakimi masa karena ketahuan mencopet. Sejak Itulah perasaaan Kamu terhadap bapaknya berubah, campur aduk antara kecewa, marah,sedih, kehilangan, dan juga mungkin sayang yang kemudian ditunjukannya menjadi kebencian. Ibunya sudah lama memaafkan tapi Kamu tidak demikian.

Kamu berangkat KKN bersama ketiga teman perempuannya untuk magang disebuah puskesmas desa dikota banten. Berbeda dengan kedua temannya yang saat ke terminal diantar orang tua, Kamu datang sendirian, tapi walaupun begitu diam-diam ibu Kamu memasukan sejumlah uang kedalam saku jaketnya sebagai bekal.

.......................................................

Desa tempat Kamu magang adalah sebuah desa yang terisolir. Untuk sampai kesana Kamu harus naik ojek dua kali dari kantor kecamatan. Belum lagi untuk masuk ke desa tersebut Kamu harus melewati jembatan gantung, yang lebarnya hanya cukup untuk dua orang tapi panjangnya sama dengan panjang lapangan bola.

Kamu bercerita kepada saya, bagaimana mengerikannya saat berjalan diatas jembatan gantung tersebut. Pemandangan sungai yang tampak tenang dibawah tentulah sebuah jebakan, karena sungai yang tenang pertanda sangat dalam. Sedangkan setiap kali angin kencang datang jembatan itu akan sedikit bergoyang.

Menurut kepala desa yang menyambut kedatangan Kamu dan kedua temannya, jembatan itu sudah berusia sekitar 10 tahun. Sudah sangat tua, bahkan saat dilewati oleh 6 orang secara bersamaan terdengar bunyi decit dari talinya. Bapak kepala desa sudah beberapa kali melakukan pengajuan ke pemerintah kabupaten agar dibangun jembatan permanen tapi tidak pernah ada jawaban yang memuaskan.

Kamu dan temannya tinggal dirumah seorang Bidan. Lokasi rumahnya bersebelahan dengan puskesmas tempat dimana nanti Kamu bertugas. Bidan desa bernama Yuyun usianya mungkin sekitar 45 tahun, dia satu-satunya petugas medis yang berada didesa itu, selain bertugas membantu persalinan warga, Bidan Yuyun juga terkadang mengobati warga yang sakit.

SARANGKALAWhere stories live. Discover now