Chapter 13

1.4K 89 6
                                    

Suara tangisan bayi membuat Kamu, Sari dan Indah dengan cepat keluar kamar tanpa berpikir panjang lagi. Namun sayangnya cahaya dari ponselmu padam karena kehabisan baterai, sehingga membuat kamu meraba-raba sekitar ketika berjalan munuju ruang tengah.

"Pegang bajuku Ndah, saling berpegangan."

"Aku tidak mau, aku takut." Rengek Indah.

"Kamu dimana Ndah ?"

Tidak ada jawaban, yang terdengar hanya suara tangisan pelan yang coba ditahan. Suara itu berasal dari sebelah kanan bawah kamu, mungkin Indah sedang jongkok atau duduk kamu tidak bisa memastikan karena keadaan gelap gulita.

Suara tangisan si bayi terdengar semakin menjauh, hingga akhirnya tidak terdengar lagi.

"Sar, Ndah,, kalian dimana ?" Tanganmu berhasil memegang tembok lalu berjalan ke depan menyusuri tembok.

"Cepat keruang tengah aku khawatir dengan si bayi." Kata Sari yang tiba-tiba membuat Kamu kaget karena dia memegang pundak Kamu.

Kamu dan Sari berjalan sambil berpegangan menuju ruang tengah dalam keadaan tidak melihat apapun, meninggalkan Indah yang sedang menangis ketakutan di pintu kamar bu bidan. Kamu dan Sari merasa sangat khawatir karena mendengar tangisan si bayi dan kini lebih khawatir lagi karena suara tangisan itu secara perlahan menjauh dan akhirnya menghilang.

Semakin kamu berjalan kedepan semakin terdengar jelas suara hujan. Ketika ada cahaya kilat diluar kamu baru sadar bahwa ternyata pintu depan rumah bu bidan terbuka, Kamu dan Sari berdiri persis beberapa langkah didepan kepala anak-anak bu Warsih yang sedang tertidur lelap. Andai saja tidak ada kilat beberapa langkah lagi kamu akan menginjak kepala si cikal.

Hal yang membuat lebih kaget lagi saat cahaya petir kembali datang kamu melihat bayi yang tadi kamu letakan disamping si cikal tidak ada, hanya kain samping dan bantal kecilnya saja yang tergeletak disana.

"Sar..Sari.."

"Kenapa ?"

"Bayi bu Warsih ga ada Sar"

Sari tidak tidak bisa melihat sekitar, sehingga belum yakin apa yang dikatakan Kamu. Namun begitu Kamu tiba-tiba lari, Sari yang daritadi berada dibelakang kamu kaget karena tangannya tiba-tiba saja dilepas.

Kamu berlari keluar rumah, dengan arahan cahaya kilat tadi kamu berhasil berlari menuju lawang pintu yang terbuka. Kamu menerobos hujan, tubuhmu basah kuyup. Namun sayangnya diluar kamu tidak bisa melihat apapun, kecuali cahaya remang-remang dari beberapa rumah tetangga yang mungkin sedang menyalakan lilin atau lampu didalam rumahnya.

Rasa takutmu kini bukan lagi pada setan ataupun makhluk lain tapi pada pertanggung jawabanmu nanti didepan bu bidan yang telah memberinya tanggung jawab. kamu menangis sambil berteriak meminta tolong, entah kenapa didalam hatinya kamu yakin bahwa bayi bu Warsih ada yang membawanya. Kejadian-kejadian janggal yang sebelumnya dia alami dan hal yang paling aneh lagi adalah kamu ingat persis telah mengunci pintu rumah, bagaimana bisa setelah mendengar suara misterius didinding rumah tiba-tiba saja pintunya terbuka.

Kamu menangis, kamu berteriak meminta tolong tapi sayang suaramu teredam oleh suara hujan. Tapi kamu tidak kehilangan akal, kamu berlari menuju arah cahaya yang ada dirumah tetangga. Kamu tidak peduli jika kakinya menginjak sesuatu yang tajam atau bahkan terperosok kedalam lubang atau bahkan lebih mengerikan lagi menabrak pohon atau pagar kayu. Kamu hanya sedang ketakutan dan khawatir dengan bayi bu warsih.

Kamu mengikuti dimana cahaya berasal, hingga akhirnya kamu sampai didepan jendela kaca rumah tetangga. Kamu memukul-mukul kaca jendela sambil berteriak meminta tolong. Awalnya tidak ada respon, mungkin si pemilik rumah sudah tertidur lelap. namun kamu mencoba cara lain, masih dalam keadaan menangis kamu meraba-raba disekitar jendela kaca untuk mencari pintu atau sesuatu yang terbuat dari kayu sehingga bisa dipukul lebih keras dan menghasilkan bunyi yang lebih kencang pula.

SARANGKALAWhere stories live. Discover now