Chapter 11

1.4K 96 5
                                    

Pukul sepuluh pagi setelah kamu sampai dirumah untuk ganti baju, kamu mendapat telepon dari bu bidan. Dia memberitahu bahwa bu warsih sudah siuman, namun saat kamu bertanya kapan bisa pulang, jawabannya belum dalam waktu dekat.

Bu bidan menyuruh kamu untuk membawa bayi dan kelima anak bu warsih kerumahnya saja. mengingat bu warsih juga tidak ada keluarga dikampung itu. Kalaupun ada tetangga yang mau ikut menginap untuk menemani si bayi, bidan yuyun mempersilahkannya. bu bidan menyebut ditelepon merasa kasian pada Kamu, Sari dan Indah jika harus menyuruh mereka pulang pergi untuk mengurus si bayi.

"Bagaimana kalau suami bu Warsih pulang bu ?"

"Tidak apa-apa. Ibu sudah minta izin kepada pak lurah untuk membawa si bayi dan anak-anak bu warsih kerumah ibu." Jawab bu warsih ditelpon ketika Kamu bertanya.

"Apa nanti tidak akan jadi masalah bu ? saya takut."

"Ibu yang jamin kalau ada apa-apa, pak lurah juga tadi langsung rapat dengan beberapa warga dan RT mengenai suami bu warsih ini, untuk membuat laporan ke polisi untuk ikut mencari."

"Memangnya suami bu Warsih hilang bu ? bukannya terakhir kata bu warsih dia pergi dari rumah."

"Tidak tahu. Biarlah itu menjadi urusan pak lurah saja. kita fokus pada anak-anak dan kesembuhan bu Warsih."

"Memangnya apa yang terjadi dengan bu warsih semalam bu ?" Tanya kamu masih merasa penasaran.

Bu bidan tidak menjawab, dia beralasan bu warsih bangun dan minta diantar ke kamar mandi. Bu bidan mengucapkan salam kemudian telpon ditutup.

Tidak butuh waktu lama bagi Kamu, Sari dan indah untuk menetaskan rasa penasarannya. Didesa kecil sebuah kabar menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut, apalagi sebuah kabar buruk.

Adalah sari yang pertama mendengar kabar mengenai kebenaran yang terjadi dengan bu warsih itu. Saat dia pergi ke warung untuk membeli sabun cuci. Sari mendengar kabar dari ibu-ibu yang sedang berkerumun diwarung sambil memilih sayuran. Lantas ketika pulang sari menceritakannya pada Kamu dan Indah.

"Kamu denger semuanya ?"

"Iyah, aku pura-pura sudah tahu saja kejadiannya. Jadi mencoba bersikap biasa saja saat ibu-ibu membicarakannya. Padahal aku sedang menguping." Kata Sari yang kini jidatnya mulai berkeringat.

"Wi, kamu yang lebih dulu pergi ke kamar mandi kan ? terus aku dan Indah ga jadi mandi karena kamu juga tiba-tiba mengajak pulang untuk mandi dirumah bu bidan saja. apa karena kamu melihat hal ganjil ?"

Kamu melihat Indah dan Sari, kemudian dia menceritakan apa yang terjadi malam dari awal dia terbangun dan memergoki bu Warsih sedang menatapnya lalu minta diantar ke kamar mandi. Juga saat dia dilempar bumbu dapur dan piring kaleng. Dan terakhir saat hendak mandi dia melihat bercak darah di dinding bambu.

"Berarti kata ibu-ibu diwarung itu mengenai kejadian semalam mungkin hampir benar." Kata sari.

"Memangnya apa ?" Indah sudah tidak sabar.

"Semalam saat bu warsih dikeluarkan dari kamar mandi, salah satu tetanggnya melihat bu warsih dalam keadaan mengerikan. Bahkan dia menyangka bahwa malam itu bu warsih sudah menjadi mayat."

"Mayat ?"

"Iyah, orang-orang disana melihat bu bidan membungkus leher bu warsih dengan kain. Namun tidak bisa menutupi darah yang membasahi badannya. Bahkan sampai berceceran ke tanah. wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya sudah lemas tak berdaya, bahkan saat orang-orang mencoba mengangkatnya keatas motor darah terus mengucur membasahi orang yang membawa motor."

"Kamu tidak bercanda kan ?" Tanya indah, tentu saja kamu dan Sari menatap Indah, pertanyaan macam apa itu.

"Apa yang terjadi dengan bu Warsih ?" kamu bertanya.

SARANGKALAWhere stories live. Discover now