Chapter 6

1.7K 103 2
                                    

Semalaman Kamu tidak bisa tidur dengan tenang, begitu pula dengan Indah sepertinya. Sampai saat saur tiba, Kamu tidak tertarik untuk ikut bangun dari ranjang, bukan karena kamu tidak bersemangat untuk ikut bergabung tapi karena pikiranmu sedang dihinggapi banyak kegelisahan.

Keesokan paginya, bidan Yuyun menyuruh kamu untuk pergi ke rumah bu Warsih berdua saja dengan Indah pada awalnya, namun Indah menolak yang akhirnya digantikan dengan Sari. Karena bidan Yuyun pagi ini akan pergi ke posyandu untuk mempersiapkan hari vaksinasi untuk anak-anak.

Kamu sedikit merasa tenang karena harus ke rumah bu Warsih, hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja, namun perasaan kamu yang lain merasa gelisah dan takut. Sari tampak baik-baik saja, karena Kamu maupun Indah belum menceritakan kejadian kemarin kepada siapapun.

'Semuanya baik-baik saja ?"

"Kenapa ?" Kamu balik bertanya.

"Dari kemarin aku liat kamu tidak banyak bicara. terlebih lagi Indah, dia seperti bukan dirinya yang ceria. apa ada yang kalian sembunyikan ?"

"Baik. Aku akan berbagi rahasia ini denganmu. Aku tidak tahan lagi, menyimpan ini sendirian dan tidak ada teman untuk berdiskusi."

Kemudian sepanjang perjalanan ke rumah bu Warsih kamu menceritakan semua kejadian, pendapat dan hal yang kamu cemaskan kepada Sari. Kali ini Sari menanggapi semua perkataanmu dengan serius. Sari berpikir tidak mungkin temannya itu mendadak aneh bila tidak mengalami atau mengetahui kejadian yang biasa, pasti ada hal ganjil yang dialaminya. Sari tidak begitu mengenal Kamu, dikampus pertemannya hanya sebatas mengerjakan tugas bersama, makan siang dikantin dan sesekali pergi nonton ke bioskop. Tidak ada yang pernah bercerita masalah pribadi kecuali masalah tugas kuliah, dan satu sama lain tidak pernah mengunjungi rumah masing-masing. Bukan tipe pertemanan yang begitu intim seperti dalam cerita film, semuanya berjalan normal dan biasa saja. tapi Sari tidak butuh mengenal seseorang begitu dalam hanya untuk tahu bahwa orang tersebut sedang dalam masalah.

"Terus apa yang harus kita lakukan agar hatimu merasa lebih tenang ?"

"Aku tidak tahu." Jawab Kamu.

"Aku rasa kamu perlu beristirahat dirumah beberapa hari, atau seminggu mungkin ?"

"Aku tidak enak dengan bidan Yuyun kalau harus diam dirumah dan tidak melakukan apapun."

"Maksudku rumahmu, Pulang dulu kerumahmu."

Kamu kaget, melihat Sari namun tidak mengatakan apapun. Tidak mungkin bagi Kamu pulang ke rumah lalu bersikap tidak terjadi apa-apa. Bagaimanapun pertengkaran dengan ibumu membuat kamu tidak terpikir untuk pulang dengan cepat. Mungkin ibu Kamu sudah memaafkan dan merasa khawatir karena kemarin menelpon beberapa kali, tapi rasa canggung dan gengsi Kamu terlalu tinggi, jangankan untuk pulang bahkan untuk menelpon dan mengucapkan maaf pun tak pernah terlintas dikepala Kamu.

"Kenapa ?" Sari membuyarkan lamunan Kamu.

"Biar nanti saja kupikirkan lagi."

Begitu mau sampai dirumah bu Warsih, dari teras rumah kamu mendengar omelan khas bu Warsih seperti yang sebelum-sebelumnya pernah kamu dengar. Namun sedikit berbeda karena bukan Cuma nadanya saja yang tinggi tapi sekarang penuh makian kata-kata kasar yang terdengar. Kamu dan Sari langsung berhenti, mundur beberapa langkah hanya memberi ruang privasi untuk bu Warsih menyelesaikan masalah pribadinya.

Kamu mendengar, tampaknya bu Warsih sedang bertengkar dengan suaminya. Kamu merasa tidak nyaman sebenarnya berdiam diri menunggu orang yang sedang bertengkar, apalagi dari dalam rumah terdengar tangisan bayi dan juga tangisan anak kecil.

"Salah siapa kalau kita miskin! Kau kira aku bahagia setelah menikah denganmu ! aku sudah mengerti penghasilanmu tidak besar. Tapi setidaknya tunjukan rasa pedulimu padaku dan bayi ini."

SARANGKALAWhere stories live. Discover now