Chapter 9

1.4K 100 5
                                    

Letak kamar mandi bu warsih ada dibelakang rumahnya. Sebuah kamar mandi sederhana yang menempel dengan sumur. Sisinya terutup dengan bilik bambu yang sudah diselimuti lumut, tidak memiliki atap, air buangannya mengalir ke sebuah lubang galian yang juga terutup dengan bambu. Aroma tidak sedap tercium dari lubang pembuangan itu.

Kamu membantu bu warsih untuk mengambil air dari sumur. Kemudian dituangkan ke sebuah ember berwarna merah. Bu warsih tidak memiliki bak mandi, air tampungan dari sumur hanya disimpan pada ember-ember kecil.

Begitu kamu sampai didepan pintu mau keluar dari kamar mandi, langkahmu terhenti karena tiba-tiba bu warsih yang berada didepanmu menatapmu dengan tajam, kini tidak ada lagi senyum diwajahnya.

"Bu.."

Bu warsih tidak menjawab, hanya berjalan kesampingmu lalu masuk ke kamar mandi. Dia menutup pintunya, kepalanya sudah turun kebawah sehingga kamu tidak bisa lagi melihatnya dari luar.

Kamu berjalan beberapa langkah menjauhi kamar mandi, bukan hanya ingin memberikan bu Warsih privasi tapi juga untuk menghindari bau tidak sedap yang cukup menyengat dari lubang pembuangan.

Kamu berdiri disamping rumah. Keadaan gelap, cahaya hanya ada disebarang jalan didepan rumah. Pemandangan yang sama yang kamu lihat saat kamu tadi terbaring didalam rumah. Sunyi, bahkan angin malampun berhembus begitu lembutnya, terasa dinginnya ditengkuk kamu tapi tidak terlihat menggoyangkan dahan-dahan pohon. Bahkan tangkai bunga yang kecilpun tidak terlihat bergerak sama sekali, anginnya benar-benar bergerak dengan pelan.

Kamu melihat kehalaman depan. Sebuah keranjang bambu tampak mencolok diantara tanaman dan bunga-bunga. Tidak ada cahaya menyala disana. Kamu melihat lampu cempor yang berada disampingnya tergeletak, mungkin minyak tanah yang berada didalamnya sudah tumpak ke tanah.

Tiba-tiba sebuah benda kecil menimpuk keningmu, kamu tidak tahu dari mana arah datangnya karena keadaan disekitar tidak terlalu jelas, cahaya lampu yang berasa dari teras rumah bu warsih hanya cahaya remang-remang. Saat benda yang menimpuk keningmu jatuh tepat dibawah kakimu, kamu baru tahu bahwa itu adalah bawang merah.

Benda kecil kembali menimpuk keningmu, kali ini kamu bisa melihat dengan jelas benda kecil itu datang. Dari arah depan, tapi kamu tidak tahu bagaimana benda itu bisa mendarat dikening kamu lagi, jika dilempar seseorang seharusnya kamu bisa melihatnya tapi kamu tidak bisa melihat siapapun didepannya.

Benda kecil yang kedua kembali mendarat didekat kaki kamu, itu bawah putih. Bulu kuduk kamu mulai beridiri, apalagi setelah benda ketiga lagi-lagi menimpuk keningmu. Satu buah cabe merah, juga ikut jatuh didepanmu, kamu dengan reflek melangkah mundur. Kamu ingat benda-benda itu bukannya harusnya berada didalam keranjang bambu bersama ari-ari yang telah hilang.

Kamu mengambil ponsel dari dalam saku, menyalakan mode senternya, lalu menyorot setiap sudut-sudut gelap dihalaman rumah bu warsih. Kamu tahu seharusnya tidak melakukan hal itu, bagaimana kalau tiba-tiba senter ponselnya menyorot sesuatu yang mengerikan. Tapi kamu juga sadar, ketakutan oleh sesuatu yang belum kamu ketahui lebih mengerikan dan terasa sedikit bodoh.

Kamu tidak melihat apapun disetiap sudut gelap yang kamu sorot dengan cahaya ponsel. Merasa sedikit lega, tapi tidak menghilangkan rasa takutmu karena rasa penasaranmu belum terjawab. Sampai akhirnya sebuah benda kembali menghantam kepalamu dari arah belakang. Cukup keras sehingga membuat kamu mengeluarkan kata makian.

Sebuah piring kaleng kali ini tergelatak dibawah kaki kamu. Kamu mau berteriak mungkin ini ulah seseorang, sampai akhirnya kamu sadar merasa familiar dengan piring kaleng itu.

"Bismilah..bismilah.."

Tangan kamu gemetar, nafasmu tidak beraturan seperti orang yang baru saja menyelesaikan lari maraton. Kamu ingin melafalkan surat-surat dalam al-quran, tapi entah kenapa bibirmu malah mengucapkan bismilah berkali-kali. Rasa takut telah mengacaukan pikiran sehingga kamu tidak bisa mengendalikan tubuhnya

SARANGKALAWhere stories live. Discover now