Chapter 5

1.8K 102 3
                                    

"Bagaimana bisa semalam kamu tersesat ? sampai diantar pulang pula."

"Kalau aku menceritakannya padamu mungkin tidak akan percaya"

"Kamu mau bilang bertemu hantu lagi ?" Sari mengerutkan dahi.

"Sudah kuduga, pasti aku akan dianggap mengarang cerita, jadi percuma saja aku menceritakannya."

"Tapi aku penasaran, ceritakan..ceritakan." Kata Indah.

Namun belum sempat kamu bercerita, bidan Yuyun mengetuk pintu, waktu saur telah tiba. Kamu, Sari dan Indah bangun dari ranjang dan pergi kedapur membantu menyiapkan makanan.

"Bukannya besok ga puasa ?, Kalau ngantuk tidur saja lagi, biar besok ibu siapkan makanan untuk sarapan." Kata bidan Yuyun

"Tidak apa-apa bu, tanggung sudah bangun, mau ikut saur saja." Jawab Kamu.

Sayur kacang merah masih mengepulkan asap didalam mangkuk. Tempe goreng tepung juga masih panas ketika dipegang. Sambil menunggu makanan bisa disantap dan untuk menghilangkan kantuk, segelas teh manis hangat menjadi minuman pembuka.

"Bu, apa ibu kenal dengan mang Ahmad ?" Kamu memulai pembicaraan, Kamu hanya sedang parno setelah melihat makhluk aneh semalam. Kamu merasa curiga dengan orang baru yang ditemui, Kamu hanya khawatir takut dirinya sedang berhalusinasi.

"Oh..ulu-ulu desa. Kenal di mana ?"

Kamu menghela nafas panjang, perasaannya sedikit tenang.

"Semalam ketemu dijalan. Dia yang memberitahu jalan pintas, sampai saya nyasar."

"Tapi kenapa kamu bisa nyasar ? jalan di desakan tidak seperti dikota. Jalan disini muter-muter disitu saja. Apalagi Cuma jalan setapak." Kata bidan Yuyun.

"Katanya ketemu hantu bu, mungkin dibuat linglung sama hantu sampai dia lupa jalan pulang." Indah yang menjawab pertanyaan bidan Yuyun bukannya Kamu.

"Hantu lagi ? Kayanya kamu lagi kangen rumah yah ? apa tidak betah disini ?" Bidan Yuyun tersenyum.

"Bukan. Bukan begitu bu, mungkin semalam saya hanya sedang merasa ketakutan berlebihan saja karena saya pulang sendirian."

"Ibu mengerti. Mungkin Kamu hanya belum terbiasa dengan suasana desa. Ibu juga dulu begitu pas pertama kali datang ke desa ini. Coba telpon ibumu, mungkin bisa mengobati rasa rindumu terhadap rumah dan membuat kamu lebih tenang."

Kamu hanya mengangguk, panggilan telpon dari ibunya tak pernah Kamu angkat. Sejak pertengkaran terakhir Kamu masih merasa marah dan kesal dengan ibunya.

Kamu mengambil piring. Menyiduk nasi, kemudian menyiramnya dengan sayur kacang. Kamu menggigit tempe goreng, begitu renyah dan rasa rempahnya terasa dilidah, rasanya persis seperti buatan ibunya dirumah.

...........................................................

Pagi-pagi seperti biasa kamu ikut bidan Yuyun kerumah bu Warsih. Walaupun kamu merasa tidak enak badan karena ini hari pertama Kamu datang bulan, tapi Kamu tetap pergi karena tidak mau tinggal dirumah sendirian.

Kamu tiba dirumah bu Warsih sedikit lebih siang. Ketika sampai Kamu bertemu dengan kondisi rumah seperti biasanya, anak-anak bu Warsih masih tertidur diruang tengah. Sedangkan bu Warsih sedang menyusui bayinya, Cuma minus suaminnya yang tidak ada karena sudah berangkat kerja.

Begitu selesai menyusui bu Warsih langsung membangunkan anak-anaknya dengan sedikit berteriak. Wajahnya terlihat kesal, bidan Yuyun mencoba menenangkan. Kamu langsung pergi kedapur untuk melakukan tugas biasa. Tapi rupanya air sudah siap didalam panci, sudah mendidih tinggal dipindahkannya kedalam ember.

SARANGKALAWhere stories live. Discover now