Chapter 14

1.5K 94 3
                                    

Pagi hari sekitar jam 7, warga desa berkumpul di teras masjid. Setelah mendapat laporan dari suami Wati, pak RT langsung mengumpulkan para warga lelaki. musyawarah dilakukan untuk melakukan pencarian bayi bu Warsih. Kamu dan Sari ikut datang untuk memberi keterangan sebagai saksi pertama hilangnya si bayi.

Kamu dan Sari tidak terlalu susah menjelaskan kronologi hilangnya si bayi karena banyak warga yang langsung percaya. Tidak ada warga kampung yang mempertanyakan keanehan ataupun kejanggalan, kejadian mistis seperti sudah menjadi bagian hidup dari warga kampung sini.

Namun satu lagi masalah selain hilangnya si bayi. setelah semalam kampung diguyur hujan yang lebat dan angin kencang, gardu listrik yang berada dipintu masuk desa rusak karena tertimpa pohon tumbang. Jembatan gantung yang menghubungkan desa dengan desa lainpun putus karena diterjang banjir bandang disungai besar. Semua itu dilaporkan seorang warga yang rumahnya terletak dipintu masuk desa.

"Bagaimana ini pak RT ?" Tanya salah satu warga.

"Saya rasa sekarang yang harus didahulukan adalah mencari bayi bu warsih dulu. Mengenai gardu listrik yang rusak nanti kita lapor pak lurah saja. sementara ini untuk jembatan yang putus, saya tadi sudah minta beberapa bapak-bapak untuk membuat rakit bambu untuk menyebrang bila ada warga yang mau keluar desa."

"Tapi untuk mencari bayi bu warsih, tampaknya kita butuh bantuan dukun pak " usul salah satu warga.

sayangnya didesa tidak ada warganya yang berprofesi dukun ataupun warga yang memiliki kemampuan berhubungan dengan dunia ghoib. Kata Wati kepada kamu, dulu banyak sesepuh desa yang mengusai ilmu-ilmu kebatinan, namun seiring waktu orang-orang dengan kemampuan supranatural telah meninggal dan anak cucunya tidak ada yang mau meneruskan.

"berat neng kalau punya ilmu seperti itu, makanya tidak ada penerusnya." Kata Wati menambahkan.

"Sementara ini kita cari dengan kemampuan dan pengetahuan yang kita punya saja." Kata pak RT.

Para warga lelaki dan juga beberapa perempuan membantu pencarian, mereka keliling kampung untuk mencari bayi bu warsih. setelah kampung disisir dan tak mendapatkan hasil, pencarian berpindah ke kebun dan hutan yang berada dibelakang desa. Konon katanya kata Wati kepada kamu bahwa semasa dia kecil sering kejadian anak-anak yang hilang dan biasanya keesokan harinya anak-anak ditemukan dihutan dibelakang kampung.

Pencarian dilakukan sekitar jam 8 pagi, dan sampai menjelang tengah hari belum menemukan hasil apapun. Para warga yang sudah kelelahan menunda pencarian dan kembali kerumah masing-masing setelah berkumpul dulu diteras masjid untuk mendengarkan pak RT mengenai rencana selanjutnya.

Kamu, sari dan Indah beserta anak-anak bu warsih sedang duduk diteras rumah bersama beberapa tetangga. Kamu menunggu kabar dari pak RT untuk rencana selanjutnya. Kabarnya siang setelah pencarian berakhir pak RT langsung pergi ke kabupaten untuk menemui bu bidan yuyun dan pak lurah yang masih berada dirumah sakit. Namun sudah soreng hari dan menjelang berbuka puasa pak RT belum juga pulang.

Indah yang dari awal tampak sangat gelisah, mungkin karena dia tidak bisa mengabarkan kondisi yang dialaminya kepada keluarganya mengingat ponselnya kehabisan baterai. Mau meminta pulangpun tampaknya tidak enak karena harus meninggalkan kamu dan Sari, walaupun penakut tapi Indah masih memiliki solidaritas yang tinggi.

Beberapa warga datang membawa makanan untuk berbuka puasa, yang terakhir datang adalah wati yang membawa jagung manis rebus dan semangkuk besar kolak kolang kaling. Sementara yang lain menikmati hidangan berbuka puasa didalam rumah, kamu masih duduk diteras sambil menikmati segelas teh manis hangat.

"Tidak usah khawatir neng, semuanya pasti baik-baik saja." Suara wati dari belakang terdengar.

"Saya masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi dikampung ini. Semua kejadian aneh datang begitu saja dan belum bisa saya cerna"

SARANGKALAWhere stories live. Discover now