Chapter 12

1.3K 83 9
                                    

"Tidak sopan rasanya masuk ke kamar tanpa seijin pemiliknya. Memangnya kamu belum menemukan lampu disana ?" teriak kamu.

"Belum. Ya sudah kita tunggu saja. mungkin mati lampunya tidak akan lama."

Tidak ada lagi obrolan. Si cikal dan keempat adiknya bersandar ke tembok dan saling berpelukan. Kamu duduk didepan mereka dengan lampu ponsel yang masih menyala. Kamu tidak tahu apa yang terjadi didapur, tapi tidak terdengarnya suara tangisan bayi berarti Sari dan Indah baik-baik saja disana.

Mungkin sudah sekitar tiga puluh menit lamanya, lampu tak juga menyala. Baterai ponsel kamu sudah hampir habis. Anak-anak kecil yang kamu jaga tampak sudah sangat ngantuk, beberapa kali menguap dan memejamkan mata namun kembali terjaga setelah mendengar petir yang terdengar diluar begitu sering.

"Kamu berani disini dulu sendirian ? kaka mau ngambil bantal dulu kedalam buat adik-adik kamu. Kasian mereka sudah ngantuk."

Si cikal mengangguk, lalu kamu berjalan meninggalkannya yang sebenarnya tidak terlalu jauh jaraknya dari kamar ke ruang tengah namun karena ponsel Cuma satu jadi si cikal harus ditinggal dalam keadaan gelap.

Begitu kamu mau masuk ke kamar, dari kamar sebelah yang merupakan kamar bidan yuyun terdengar suara.

Brak ! brak! Brak! Brak!

Suara tersebut membuat kamu menghentikan langkah untuk memastikan apa yang kamu dengar benar-benar nyata. Namun suara itu kini berhenti, tidak begitu lama terdengar lagi. Kamu menghiraukan kemudian masuk kedalam kamar kamu sendiri dan mengambil empat bantal.

Namun begitu kamu keluar kamar, suara dari kamar bidan yuyun terdengar lagi. Membuat kamu penasaran dan juga merasakan takut dalam waktu yang bersamaan. Kamu memegang handle pintu kamar bu bidan, namun sebelum diputar kamu tiba-tiba melepaskannya lagi. Bukan alasan karena tidak sopan tapi bagaimana kalau saat dibuka kamu melihat hal yang mengerikan. Akhirnya kamu pergi keruang tengah dan membuang jauh-jauh rasa penasaranmu.

Si cikal dan keempat adiknya kini sudah terbaring diatas kasur busa tipis diruang tengah. Baterai ponsel kamu tinggal 15 persen lagi, tapi lampu belum juga menyala. Ketika melihat anak-anak sudah tertidur kamu memberanikan diri untuk meningglkan mereka untuk pergi ke dapur menyecek keadaan Sari dan indah.

Namun saat sampai didapur keadaan gelap gulita. Rupanya baterai ponsel Sari dan indah sudah habis lebih dulu. Keadan terdesak ketika baterai ponselmu juga hampir habis dengan cepat, kamu harus mencari penerangan atau tidur dalam keadaan gelap sampai esok hari jika lampu tidak menyala juga.

"Aku tadi ke kamar kita untuk mengambil bantal, aku mendengar suara dari kamar bu bidan." Kata kamu.

"Serius dong, jangan cerita horror dalam keadaan sekarang." Kata Indah.

"Serius. Suaranya seperti ada benda yang dipukul-pukul gitu, brak..brak. kadang bunyi itu berhenti tapi kadang terdengar lagi."

"Mau kita cek ?" Kata Sari.

"Sudah tidak usah. Jangan mencari perkara." Indah menarik ujung baju Sari.

"Bukan mencari perkara, sekalian kita mencari lilin atau lampu. Mumpung senter hp kamu masih menyala, kalau sudah padam, matilah kita gelap gelapan sampai pagi. Dan keliatannya si bayi juga sudah mulai nyenyak tidur nya. Siapa yang akan masuk kekamar bu bidan ? dan siapa yang akan menggendong bayi ke ruang tengah dan juga jaga anak-anak yang lain ?"

Indah tidak mau dua-duanya. Tapi tidak ada juga yang berani masuk ke kamar sendirian. Indah tidak mau ditinggal bersama si bayi dan anak-anak lainnya ditengah, keculi ponsel kamu dia yang pegang karena Indah tidak mau ditinggal dalam keadaan gelap tanpa Sari dan Kamu.

SARANGKALAWhere stories live. Discover now