Chapter 15

3.1K 128 46
                                    

Setelah semalam tidak juga mendapat kabar, akhirnya pagi-pagi sekitar jam delapan, pak RT datang ke rumah bu bidan yuyun.

"Saya sudah melaporkan kejadian hilangnya bayi pada polisi dan siang ini mereka akan tiba disini. Dan bu bidan juga akan pulang dulu, jangan khawatir neng." Kata Pak RT khusus kalimat terakhir ditujukan kepada kamu.

Beberapa warga yang ikut menginap dirumah bidan yuyun bertanya kepada pak RT mengenai rencana selanjutnya sebelum polisi datang, apakah ada perintah untuk melakukan pencarian lagi ? mereka hanya memastikan, kalau tidak ada, mereka masing-masing akan pergi ke ladang dan sawah untuk melanjutkan pekerjaan.

"Silahkan ibu-ibu dan para suaminya jika ada pekerjaan diladang dilanjutkan saja. tapi jika sewaktu-waktu saya membutuhkan tenaga bapak dan ibu dengan tiba-tiba mohon untuk dibantu." Kata pak RT.

Namun belum juga para tetangga yang berkumpul dirumah bu bidan yuyun ini membubarkan diri, tiba-tiba datang seorang warga lelaki lain yang terlihat berlari dari kejauhan menuju rumah bidan yuyun.

"Pak RT, Pak RT, saya..saya mau melaporkan pak." Kata warga lelaki itu ketika sampai diteras rumah dengan kondisi nafas yang masih ngos ngosan.

"Ada apa ?"

"Bayi pak RT, bayi bu warsih... saya mendengarnya."

Sontak semua warga yang berkumpul kaget mendengar ucapan lelaki itu menyebut bayi bu warsih, termasuk kamu dan sari yang sedang duduk didalam rumah tiba-tiba bangun dan ikut keluar.

"Apa maksudnya ? ambil nafas dulu, ceritakan dengan jelas. Neng boleh minta segelas air untuk bapak ini." Kata pak RT

Lelaki yang datang itu bernama Agus, yang kemudian dicecar berbagai pertanyaan dari warga sebelum akhirnya pak RT meminta semua tenang dan meminta agus untuk bercerita lebih jelas.

Agus bekerja dipeternakan sapi perah, berbeda dengan warga lainnya yang bekerja mengurusi hewan ternak agus hanya bertugas untuk berjaga. dia bersama keempat warga lainnya tiap hari bergiliran berjaga siang dan malam.

"Pada awalnya saya tidak tahu bahwa bayi bu warsih hilang pak, sudah tiga hari saya tidak pulang. Dan saat tadi subuh pulang ke rumah saya dapet kabar hilangnya bayi bu warsih itu dari istri saya." Kata Agus.

Lalu agus bercerita setelah meneguk segelas air putih. Malam itu dia berjaga bersama seorang temannya, setelah dua hari yang lalu dia berjaga disiang hari, minggu ini dia giliran untuk jaga dimalam hari.

Agus sedang duduk dipos kecilnya yang bagi dia merupakan rumah keduanya. Pos itu terletak disamping gerbang masuk peternakan. Ukurannnya tidak terlalu besar namun cukup untuk menampung satu buah lemari tempat agus dan teman-temannya menyimpan baju ganti, satu buah sofa dan satu buah tv beserta mejanya. Hujan turun begitu derasnya saat agus bertugas, dia sedang asyik menyaksikan pertandingan bola, walaupun satu kampung sedang mati lampu tapi tidak dipeternakan karena bosnya menyedikan mesin generator untuk keadaan darurat, mengingat lampu-lampu dipeternakan harus tetap menyala demi keamanan.

Kawan berjaganya malam itu sedang menderita diare hingga membuatnya harus bolak balik ke kamar mandi begitu sering. Saat agus sedang ditinggal sendirian didalam pos dalam samar-samar suara hujan dia mendengar suara tangisan bayi. suara tangisan itu bukan berasal dari luar gerbang, tapi dari dalam peternakan. Agus yang merasa heran lalu mengecilkan suara televisi, kemudian berlalu keluar pos dan memastikan apa yang didengarnya nyata bukan cuma salah dengar saja.

Suara tangisan bayi itu masih terdengar samar karena bercampur dengan suara hujan, namun agus yakin itu memang suara tangisan, maka saat kawannya baru datang dari kamar mandi dia menanyakan apakah kawannya juga mendengar suara bayi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 10, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SARANGKALAWhere stories live. Discover now