chapter 10

1.4K 94 4
                                    

Tanpa membangunkan yang lain karena mungkin pikir bu Warsih hanya untuk mengecek ke khawatiran anak didiknya saja.

Bu bidan tidak memperhatikan benda-benda yang tadi terlempar ke kepala kamu berserakan dan terinjak saat dia berjalan. Kamu memperhatikan, tapi tidak ada waktu untuk membahas itu sekarang.

"Bu"

Masih tidak ada jawaban.

"Kamu yakin bu warsih sudah lama dikamar mandi ?" Bu bidan yang masih dalam keadaan setengah mengantuk, berjalan keluar rumah dan tentu saja kamu dibelakangnya

Kamu mengangguk menjawab bu bidan.

Bu bidan mendekati kamar mandi, didepan pintu dia tampak ragu-ragu untuk membukanya. Sekali lagi dia mencoba memanggil namun masih belum mendapat jawaban. Kini bu bidan memiliki ke khawatiran yang sama dengan kamu.

"Buka saja bu." Usul kamu.

Bu bidan membuka pintu dengan perlahan sambil memanggil nama bu warsih.

"Astafirulohaladzim." Kata bu bidan yuyun dengan sedikit berteriak.

"Ada apa bu ?" kamu semakin cemas.

"Kamu mundur ! mundur, kamu jangan kesini !, panggil ibu-ibu didalam." Kata bidan yuyun dengan sedikit berteriak.

Kamu sempat terpaku saat melihat wajah bu bidan menjadi merah dengan matanya yang sedikit berkaca-kaca. Sampai akhirnya bu bidan membentak kamu lagi untuk melaksanakan perintahnya. Kamu tidak melihat apa yang terjadi didalam kamar mandi, tapi kamu yakin telah terjadi hal yang buruk. Jantungmu berdetak lebih cepat, kaki mu terasa lemas, kepalamu terus membayangkan hal-hal yang mengerikan.

Keadaan dirumah bu warsih menjadi ramai, setelah semua orang terbangun. Salah satu tetangga bu warsih terlihat menangis sambil berlari untuk meminta bantuan. Kamu, sari, indah dan kelima anak bu warsih tidak tahu apa yang sedang terjadi karena mereka ada didalam kamar. Bidan yuyun menyuruh kamu bersama yang lainnya juga si bayi untuk tetap tinggal didalam kamar.

Untunglah anak-anak bu warsih mungkin belum sadar, mereka masih dalam keadaan ngantuk jadi terlihat tidak peduli dengan keramain yang terjadi diluar. Sementara kamu, sari dan indah tentu aja ada yang sedang tidak beres dengan bu warsih, namun ketiga sahabat ini memutuskan untuk tidak saling berbincang. Masing-masing mereka duduk bersandar pada bilik bambu. Indah yang terlihat paling gelisah. Sempat beberapa kali ingin keluar kamar untuk menjawab rasa penasarannyam tapi Sari selalu berhasil membujuknya. Sementara kamu seperti sudah kehilangan tenaga untuk terlibat dalam konflik kecil itu.

Kamu mengambil bantal, mencoba membaringakn tubuh disamping anak-anak bu warsih. kamu mencoba menghilangkan bayangan-bayangan dikepalamu tentang hal mengerikan yang menimpa bu warsih, tapi sekuat apapun kamu mencoba mengalihkan pikiranmu selalu muncul sorot mata bu warsih dan senyum ganjil dibibirnya. Ekpresi wajah bu warsih yang membuat kamu kaget sebelum dia meminta diantar ke kamar mandi.

Bu warsih dibawa dengan motor, bidan yuyun ikut menemaninya. Rumah bu warsih menjadi ramai oleh kedatangan warga desa. Kamu dan kedua temanmu sudah diizinkan untuk keluar begitu juga dengan anak bu warsih. namun kamu tidak ada tenaga untuk keluar kamar dan berbincang dengan orang lain, kamu masih membaringkan tubuh untuk menghilangkan kegelisahan, sambil berharap rasa kantuk segera datang dan ketika bangun esok pagi kepalamu sudah bisa tenang.

Tapi sayang hingga suara adzan datang kamu masih belum bisa memejamkan mata. Beberapa warga sempat beberapa kali mengajak kamu untuk makan saur dirumahnya, tapi kamu menolak begitu juga dengan Sari dan Indah. Hingga akhirnya tetangga yang lain datang membawa makanan, kemudian disajikan. Kamu hanya menyantap setengah centong nasi saja. tidak ada nafsu makan sama sekali, kamu makan hanya untuk menghargai orang yang sudah repot repot membawanya saja.

SARANGKALAWhere stories live. Discover now