(Akana Ryunosuke) - Talk

765 59 3
                                    

Aku melihat lagi pada bukuku.

Dan dia masih disana, si ketua kelas itu dengan kikuk menatapku dan mondar mandir dari sudut kelas ke sudut kelas yang lainnya. Apakah ia mencari sesuatu? Penghapusnya jatuh apa bagaimana? Oh, apa jangan-jangan dia lupa di mana letak pintu keluar? Apa baiknya aku langsung tunjukan saja pada dia?

Dengar-dengar dari orang, ketua kelas memang menyukaiku. Sayangnya ia memang sangat sulit berbicara denganku, pernah suatu ketika ia kesulitan memanggilku Akana, karena ia selalu terpeleset menyebutkan Akina, Akano, Akato... macam-macam. Makanya aku menyukruhnya memanggil Ryonosuke saja. Kalau kepanjangan, cukup Ryo.

Tahu apa yang ia lakukan setelah itu? Ia berlari malu-malu dengan pipi tersipu. Kejadian itu saat aku kelas sepuluh, berarti dua tahun lalu kan? Sangat jelas, kalau dia menyukaiku.

Tungu, tunggu... aku bukan kepedean. Tapi begitulah orang-orang mengatakannya padaku, seperti ya kira-kira, “Hai Akana, ketua kelas suka padamu!” informasi itu datang bukan hanya dari satu dua orang, dan kalimat itu datamg berulang-ulang. Jadi mari sepakat bahwa dia memang menyukaiku.

Dan aku merasa sedikit aneh. Bagaimana gitu, memang semenjak aku meutuskan ikut agency dan debut, ia makin bagaimana ya mengatakannya? Ia seperti menjauhiku tapi malah lebih sering menatapku diam-diam.

Ah, benar. Kayaknhya aku memang kepedean.

Dia berjalan kearahku. Sebentar, ketua kelas mau apa?

Sebentar... dia benar-benar berjalan menujuku!

Apa yang harus kukatakan????

Oke, ketua kelas yang biasanya langsung lari ketika melihatku, kini di hadapanku. Terbata ingin mengatakan sesuatu. Aku harus se-cool mungkin kan?

“Ryo-san,” belum berbicara cukup, ketua kelas sudah menarik napas lagi.

Aku sudah memperkirakan gerakanku, menoleh perlahan dan classy, lalu dengan anggun berkata, “Ya, ada yang bisa dibantu?”

“A-ano, aku ingin meneraktir anak-anak minuman besok dalam rangka merayakan essay-ku yang su-sudah ma-masuk ke na-nasional..”

Aku tersenyum semanis mungkin, mungkin aku jahat karena menyerangnya dengan demam diabetes dadakan, “Wah selamat kalau begitu.”

“Ja-jadi, kau mau minuman apa?”

Aku menunjuk diriku sendiri, “Aku?”

Ia menggangguk patah-patah.

“Mauku?”

“Ya.”

Aku tersenyum, “aku mau kamu.”

***

Note:

Oke gausah teriak. Aku balik lagi hehehe.

Date with You (Haisute-Fanfiction)Where stories live. Discover now