Begin

28 9 0
                                    

 Disebuah kursi yang terletak disudut ruangan, aku duduk sembari menatap binar-binar lampu yang menerangi seluruh kota. Sungguh indah, bagai lautan bintang yang menerangi gelapnya langit malam. Mataku sesekali memandang tangan kiriku yang masih menggenggam leher gitar. Saat mataku kembali menatap binar-binar lampu itu, terbesit sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang selama ini aku sendiri sedang mencari tahu apa jawabannya. Pertanyaan tentang bagaimana aku bisa berada disebuah titik ini? Titik yang sebelumnya tidak pernah terencana akan aku goreskan dilembaran kertas hidupku.

"Fin, cepatlah menuju kamar Yuta, kita akan segera makan malam" ucap Bima yang mengagetkan lamunan ku. Lagi-lagi pertanyaan itu gagal untuk terjawabkan. Aku pun meletakan gitar yang semula dipangkuanku dan segeralah aku menuju kamar Yuta. Saat itu kamar Yuta tepat terletak didepan kamar hotelku.

Aku berlahan membuka pintu kamar Yuta yang sengaja tidak dikunci, karna ia tahu akan ada beberapa orang yang keluar masuk kamarnya. Saat pintu terbuka, aku dapat memandang seluruh isi kamar Yuta, nampak Bima, Yuta, Wiga, Ray dan Biyan sudah terduduk di sebuah sofa yang terletak disamping tempat tidur. Jo, aku tidak melihatnya malam itu, harusnya dia juga sudah ada diruangan ini juga.

"makanan akan segera datang, duduklah!" ucap Yuta yang mendekati ku dan kemudian menarik tanganku. Tubuhku pun terdorong mendekat kearah kursi sofa. Melihatku yang masih terdiam, Yuta kemudian menekan pundakku dan membuat aku terduduk.

"makan yang banyak, besok kita masih harus bekerja keras lagi" ucap Yuta sembari memberiku sebuah kotak berisi makanan cepat saji.

Aku hanya membalasnya dengan sedikit senyum dan lalu menyantap makanan tersebut. Yuta, Wiga, Bima, Ray dan Biyan menyantap makanan mereka dengan sedikit bubuhan cerita didalamnya. Bima banyak bercerita tentang pengalamannya dipanggung konser sore tadi. Begitu juga dengan Wiga dan Biyan yang tidak ingin kalah mengeluarkan ceritanya. Yuta dan Ray hanya menyimak dan memberi respon tawa karna mendengar cerita yang kadang kocak dan tidak masuk akal. Aku masih sibuk menikmati makananku, aku lebih banyak diam dan tenang saat mereka bercerita, bahkan aku tidak ikut bergabung dalam celotehan dan tawa mereka. Ini bukanlah aku, aku yang bisanya lebih semangat bercerita dibandingkan mereka, aku juga yang biasanya mengeluarkan beberapa lelucon sebagai teman makan malam mereka.

"tok tok tok" bunyi pintu kamar hotel Yuta yang diketuk oleh seseorang dari luar. Bima pun segera beranjak dari kursinya dan membukakan pintu tersebut. Mereka sudah bisa menebak bahwa itu suara ketukan yang berasal dari tangan Jo.

Jo masuk kedalam ruang kamar Yuta dengan wajah yang sangat bahagia sembari membawa sebuah tas belanja ditangannya.

"bahagia banget kamu Jo, darimana si?" tanya Wiga.

"dari ke hoodiefish sama kak Sena" jawab Jo singkat. "oh iya, aku beli ini buat Rafin, karna 2 hari lagi dia ulang tahun jadi aku kasih kado dia sekarang" lanjutnya.

Aku yang mendengar pernyataan itu pun terkejut. "ha? Buat aku?" tanya ku.

"iya, spesial for you" jawab Jo yang masih dengan senyum bahagia diwajahnya.

Aku merasa senang karna dengan sekejab Jo datang membuat mood ku menjadi membaik, tidak seperti 30 menit yang lalu, dimana bos meneleponku dan tiba-tiba mengajakku bertemu besok pagi.

"waaaah, ini serius?" tanyaku yang masih tidak percaya.

Jo menganggukan kepalanya sembari menyantap kentang goreng yang ada dihadapannya.

"denger-denger, besok bos bakal nyusul kita ya ke eropa?" tanya Bima.

"iya, bos kesini, beliau satu pesawat sama Reva" jawab Jo.

"Reva?" tanyaku kaget.

"iya, kamu kan sahabatnya, masak kamu gak tau kalo besok dia kesini?" tanya Jo kepada ku.

PERSONAWhere stories live. Discover now