Conclusion ?

10 1 0
                                    

Aku tersenyum melihat Jeni duduk disamping. Kita sedang terduduk disebuah bangku taman. Aku sangat bahagia karna bisa melihat Jeni tersenyum. Kemudian kita saling menatap dan Jeni berkata.

"kak, aku kangen sama kak Rafin"

Aku tersenyum mendengar apa yang dikatakan Jeni, ingin rasanya aku menyampaikan sesuatu kepada Jeni, namun mulutku kaku seolah membeku.

"kak, Ayo kita pergi dari tempat ini" ucapnya lagi.

Aku masih saja tersenyum sembari menatap Jeni.

"ayo kak, kita pergi dari sini. Apa kakak mau terus ada disini" ucap Jeni yang terus merengek menarik lengan baju.

Jeni kemudian berdiri dan mulai mengambil langkah untuk pergi, namun aku tidak bisa menggapainya, aku tidak bisa melangkah bersama Jeni, tubuhku kaku, tak bisa bergerak dari kursi taman ini. Apa yang terjadi dengan diriku? Aku ingin pergi bersama Jeni, tapi kenapa tubuhku tidak bisa bergerak.

"Jeni, Jen, tunggu kakak" ucapku dalam hati terus memanggil Jeni. Jeni terus melangkah pergi meninggalkanku, ia tidak memperdulikan aku yang tidak bisa bergerak sama sekali. Sungguh aku ingin pergi bersama Jeni, tapi aku tidak mampu.

Sekejap aku membuka mataku dan ternyata itu semua hanyalah mimpi

"Fin, kamu gak papa?" tanya Bima yang berdiri disamping tempat tidurku. "kamu habis mimpi ya?" tanya Bima lagi.

Aku menganggukan kepalaku pelan untuk menjawab pertanyaan Bima.

"Fin, kamu kedatangan tamu spesial loh" ucap Bima.

"siapa?" tanyaku lirih.

"bentar, orangnya lagi kekamar mandi" ucap Bima dengan senyum yang sangat lebar.

"Jo, dimana?" tanyaku. "anak-anak yang lain mana? Kok cuman kamu sendirian disini" tanyaku.

"Jo lagi keluar sebentar, kalo anak-anak yang lain masih diperjalanan mau kesini" jawab Bima.

Saat itu, Jo dan Reva sedang tes kesehatan bersama dokter yang menanganiku pagi tadi, sedangkan Jeni baru saja masuk kamar mandi.

Saat suara pintu kamar mandi terbuka, aku semakin penasaran dengan siapa yang dimaksud Bima. Aku terus memandang kearah sudut yang menghadap pintu kamar mandi.

"Jeni" ucapku.

Jeni tersenyum melihatku, senyumnya sama seperti saat didalam mimpiku.

"kak Rafin udah bangun, tahu gak si kak, aku udah disini dari tadi pagi, tapi kak Rafin malah tidur" ucap Jeni yang nampak ceria, ia mendekat kearahku dan kemudian terduduk dikursi yang ada disamping tempat tidurku.

"waaah, Jeni ternyata manja ya sama kamu, tadi pas kamu tidur dia diem aja loh disini" ucap Bima yang terkejut melihat tingkah Jeni saat didepanku.

"kamu udah gak marah lagi sama kakak" ucapku menggoda Jeni.

"siapa yang marah sama kak Rafin, kak Rafin aja yang peka. Pantesan aja kak Rafin masih jomblo aja dari dulu, sama perasaan cewek aja gak peka" celetuk Jeni.

"jadi kakak kamu belum pernah pacaran?" tanya Bima yang berencana ikut mengejeku.

"gak usah ikut-ikutan kamu Bim" ucapku.

"kak, sebenernya aku kemarin bukan lagi marah sama kak Rafin, tapi aku lagi kangen banget sama kak Rafin, kenapa sih, kak Rafin gak peka sama perasaan aku. Aku tuh pengen ketemu kakak, tapi gak kayak gini keadaannya" ucap Jeni yang mulai menetaskan air matanya.

PERSONAWhere stories live. Discover now