The Liar

17 0 0
                                    

"Fin, Rafin" mataku masih terpejam, namun aku bisa mendengar ada suara seseorang yang mengetuk pintu kamarku sembari memanggil-manggil namaku. Aku mencari dimana posisi ponselku untuk melihat jam.

"ah masih jam 6" ucapku dalam hati.

"fin buka pintunya" ucap seseorang dari luar. Aku tahu itu suara Bima. Tak biasanya ia membangunkanku dipagi hari. Rasanya badanku masih berat untuk beranjak dari tempat tidur. Setelah beberapa saat, suara Bima sudah tidak terdengar lagi.

"aneh" fikirku.

Aku pun beranjak dari tempat tidurku dan bersiap-siap untuk melakukan aktivitas pagi ini. Aku memasukan handphone, dompet, beberapa headset, tissu, kacamata, topi dan maskerku kedalam tas, itulah barang-barang wajib yang harus aku bawa setiap hari. Setelah semua barang siap, aku mandi dan mengganti pakaianku. Jeans hitam, kaos polos putih sudah melekat ditubuhku, tak lupa aku mengenakan jam tangan hitam keluaran terbaru dari Rolex, itu memang jam tangan mahal, namun aku mendapatkannya secara gratis karena aku dan Bima didapuk menjadi brandambasador dari produk tersebut. Aku mengambil tas dan jaket bomper hitamku yang sudah aku siapkan diatas meja. Kini aku siap menjalani aktivitasku hari ini. Mencoba semangat menjalani hari walaupun sebenarnya aku jenuh dan sangat ingin pulang kerumah, bertemu dengan keluargaku.

Keluar dari kamar, aku segera melaju ke ruang makan untuk menyantap sarapan. Ternyata Wiga, Yuta, Jo, Bima, Ray, Biyan dan kak Sena sudah berada disana. Aku tersenyum melihat mereka yang sudah siap di meja makan.

"good morning everybody" ucapku menyapa mereka. Namun mereka tidak ada yang menjawab salamku. Wajah mereka sangat datar melihat kedatanganku, apalagi Jo ekspresi wajahnya sangat dingin. Ada apa dengan mereka. Aku mengubah bentuk mulutku yang semula tersenyum menjadi terdiam.

"ada apa?" tanyaku memulai pembicaraan.

"belum buka berita hari ini?" tanya Wiga.

Aku hanya menggelengkan kepalaku dan mencoba tidak peduli dengan pertanyaan Wiga. Mereka harusnya sudah tahu tentang kebiasaanku yang jarang sekali membuka berita online. Aku mengambil sadwich yang sudah tersedia diatas meja dan memakannya.

"kamu udah buka handphone?" tanya Yuta.

Lagi-lagi aku hanya menggelengkan kepalaku.

"oh iya Bim, kamu tadi yang ketok-ketok kamar ku ya?" tanyaku kepada Bima yang berada disampingku.

"iya, aku kira kamu udah bangun" jawab Bima.

"kamu tu gak tahu apa pura-pura gak tahu si?" ucap Jo dengan nada tinggi.

Aku terheran kenapa Jo bisa bicara seperti itu kepadaku, padahal semalam nampak masih baik-baik saja.

"ada apa sih?" tanyaku.

Bima membuka ponselnya dan kemudian memperlihatkannya kepadaku.

Detak jantungku rasanya seperti terhenti setelah melihat beberapa foto dari ponsel milik Bima. Foto yang sudah terposting di media freshpaper sejak 2 jam yang lalu. Aku berlahan meletakan sadwich yang semula ada ditanganku. Aku sungguh kaget melihat foto-foto yang tersebar di internet itu.

"kak Sena. Apa aku dijebak?" tanya ku kepada kak Sena.

"nanti pak Hitman bakal jelasin semuanya dikantor" jawab kak Sena.

"kalo emang ini semua disengaja, kalian harusnya ngomong dulu dong ke aku. Gak kayak gini caranya" ucapku yang sangat kecewa melihat berita yang beredar.

"ini bukan salah kak Sena, kenapa kamu marah-marah sama dia. Ini salahmu juga Fin, udah tahu itu tempat umum, tapi masih aja mesra-mesraan sama Reva" bentak Jo.

PERSONAWhere stories live. Discover now