🍒 Part. 14

8K 115 12
                                    

BEGIN

Should We Started or Finished?


🍁

Memangnya apa yang bisa Jungkook harapkan dari seorang gadis labil seperti Saehee. Salah paham sedikit, pasti ujung-ujungnya merajuk. Disalahkan benar pun nanti pasti akan menyalahkan orang lain juga akhirnya.

Berakhir di kedai Tteokbokki di tengah malam mungkin agak sedikit terlihat biasa. Apalagi di dalamnya tidak begitu banyak pengungjung dari ruangan kedai yang lumayan luas itu. Hanya ada dua pasang anak muda yang sedang bermain poker di pojok ruangan dan dua orang pria tua yang sedang bercerita panjang, serta Jungkook dan Saehee juga tentunya.

"Ini tergolong ramai."

Baiklah, Jungkook hanya mengiyakan apapun yang Saehee katakan sedari tadi. Gadis itu sedang merajuk, lebih tepatnya bukan hanya sekedar merajuk, ia juga kesal atas penyataan Nenek tentang alasan Jungkook meneyeretnya untuk masalah pencairan dana warisan. Lebih lagi penilaian Nenek terhadap dirinya juga cukup menyakitkan.

"Nenek bilang payudaraku tidak tumbuh dengan baik, Nenek bilang aku ini gadis labil, Nenek bilang aku hanya alat untuk melancarkan penurunan harta warisannya untukmu." ucap Saehee mengerutkan dahi kesal.

Seorang pelayan terlihat mengantarkan pesanan Tteokbokki yang sepasang manusia ini pesan beberapa menit lalu. Tak lupa dengan dua botol menengah beer.

Suasana menjadi diam sejenak ketika asap makanan hangat mengudara di depan wajah keduanya. Alunan musik ringan nan santai juga turut hadir, dingin udara malam kala itu juga sangat terasa.

Jungkook memandang ke luar kedai, ia melihat butiran-butiran embun yang menempel di kaca pintu. Tiba-tiba saja romanya merinding melihat fenomena lumrah tersebut, entah mengapa. Jungkook kembali mengingat ucapan-ucapan Nenek tadi. Jika dipikir-pikir memang perkataan Nenek cukup menyakitkan hati. Tetapi mengapa ia merasa Nenek tengah memberinya separuh dukungan?

"Buktikan padaku jika dia benar-benar calon istrimu."

Jungkook jadi berpikir, apakah secara tidak langsung Nenek sebenarnya sudah memberikan restu. Hanya saja Nenek butuh hal yang lebih meyakinkan. Masalahnya seperti apa hal meyakinkan tersebut?

"Sae, menurutku Nenek tidak sepenuhnya menentang kita." ucap Jungkook kembali mengawali.

Sedangkan Saehee saat ini hanya bersibuk menyalin Tteokbokki ke dalam mangkuk miliknya.

"Sae, kau dengar aku tidak?"

"Iya Ahjussi, sebentar."

Melihat kegiatan Saehee, Jungkook juga melakukan hal yang sama. Menyalin Tteobbokki ke dalam mangkuk miliknya kemudian juga menuangkan beer ke dalam gelas.

"Nenek bilang, aku harus membuktikan dengan bukti yang kuat jika kau benar-benar calon istriku." ujar Jungkook setelah menyuap suapan pertama Ttekbbokkinya.

Saehee juga melakukan hal yang sama, "Lalu? Aku harus apa?"

"Mari kita lanjutkan ini," ajak Jungkook antusias, "Mari kita lanjutkan kemudian setelah berhasil, kita akan bagi hasil. Jika aku sudah mendapatkan apa yang aku mau."

Setelah menyuap makanan, Saehee malah menghentakkan sumpitnya di luar mangkuk yang menimbulkan bunyi cukup nyaring. Ekspresinya mulai terlihat kesal, walau hanya sembari mengunyah. "Bagi hasil? Kita lanjutkan lalu bagi hasil?" Saehee pun berpikir, apakah perannya hanya sebatas alat untuk mendapatkan harta? "Aku tidak mau lagi melakukannya."

Jungkook seketika menyerngit, "Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Nenek tidak benar-benar menentang kita, kok."

"Memang tidak menentang, tapi apa kau tidak kasihan pada Nenekmu nanti? Saat beliau tahu kita hanya berbohong? Lebih baik kau bawa saja pacarmu untuk dinikahi. Kau sudah jelas mencintainya begitupun juga dia." terang Saehee.

Y A D O N GWhere stories live. Discover now