🍒 Part.15

5.7K 110 2
                                    

HE

He Said Some Statement Which Make Me Wondering

🍁

Pagi ini berlalu begitu cepat setelah Saehee mendengar pengutaraan Jungkook bahwa pria itu akan mengantarnya pulang siang ini. Jujur, dirinya senang, bukankan sedari awal Saehee memang keberatan menjalani rencana Jungkook, walau dalam beberapa keadaan ia tetap menyetujuinya.

Beberapa hal sejujurnya membuat lamunan kelewat berat bagi Saehee ketika barusaja melihat Jungkook keluar dari kamar dengan setelan kemeja maroon serta celana dasar hitam. Rambutnya disisir ke belakang dan raut wajah tegasnya tampak segar. Pria itu menghampiri Nenek di ruang makan, memeluk pun mencium pipi wanita tua tersebut kemudian sedikit tertawa entah karena apa.

Saehee masih menatap Jungkook yang sedang bercengkerama dengan Nenek, melihat sisi santun Jungkook sebagai seorang cucu rasanya membuat dada Saehee menimbulkan gelenyar aneh yang Saehee sendiri tidak tahu itu rasa semacam apa.

Sekitar dua jam lagi ia akan berangkat pulang ke Seoul. Hatinya tergelak, apa yang semalam ia mimpikan sehingga hal tak beralur ini bisa terjadi padanya. Bermula dari bertemu Jungkook di tempat pelacuran, kemudian pria itu mendadak masuk ke dalam hidup Saehee dengan gamblangnya sampai ia sendiri terjerat ke dalam perasaan aneh entah semacam apa. Apa pria itu tidak berpikir dulu sebelum bertindak? Sebenarnya apa yang Jungkook pikirkan?

Saehee tiba-tiba terkesiap ketika tak sengaja melihat Nenek berjalan ke arahnya menggunakan bantuan tongkat setinggti pinggang, gadis yang kini mengenakan rok dengan pola A selutut itu berdiri sejenak dari dudukannya di sofa kemudian menunduk sopan.

"Selamat pagi, Nek." sapa Saehee.

Nenek menghentikan langkahnya dan menatap Saehee secara keseluruhan dari rambut hingga kaki. Nenek mendadak tersenyum simpul kemudian beralih duduk di hadapan Saehee.

"Sudah jam 10, kau tidak sarapan?" tanya Nenek memperbaiki lilitan syal rajutan di lehernya.

Saehee pun turut tersenyum sopan, walau di hati ia sangat tidak betah melakukannya, "Aku sudah memakan sarapanku di kamar, Nek. Bagaimana dengan Nenek?"

"Aku tak akan melewatkan sarapanku dengan cucu kesayanganku. Sudah sekian lama anak itu tak berkunjung ke rumah tua ini." Nenek mengurut pangkal lengannya yang ya, mungkin terasa sedikit nyeri di pagi hari.

Tapi ini sudah tidak pagi lagi

Melihat air muka Nenek yang sedikit lebih tenang dan teduh, Saehee sempat berpikir mengenai bagaimana caranya ia berpamitan pada Nenek bahwa ia akan pulang ke Seoul siang ini.

Kewajiban manusia tak serta merta mengenai bagaimana bertingkah sopan saja kepada yang tua, Saehee tahu betul ketika gayanya yang semula tampak tak menyenangkan Nenek juga termasuk ke dalam aturan kesopanan. Ini terkait pakaian minim yang Saehee kenakan semalam sewaktu pertama tiba.

Memangnya salah siapa tidak memberitahu lebih dulu?

Begitulah Saehee, tidak mau sepenuhnya disalahkan. Meskipun tidak ada yang memberitahunya mengenai standar berpakaian yang harus diterapkan ketika bertemu dengan Nenek, setidaknya ia tak merasa tidak enak sendiri malam itu. Saat itu Saehee merasa bahwa Hyera juga tak terlalu baik dalam berpakaian. Busana serba ketat yang menjadi andalan tubuh moleknya apakah terlihat baik? Jadi apakah yang mendasari Nenek bersikap keras padanya?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 10, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Y A D O N GWhere stories live. Discover now