Thirty three

4.5K 405 11
                                    


Coolio mulai menyadari bahwa kedua anaknya sedang dalam hubungan yang tidak baik-baik saja. Terlihat bagaimana Aaric akan menyerahkan kunci mobilnya pada Aaron setiap Coolio menyuruh mereka berangkat bersama atau Aaron yang selalu mengalihkan obrolan setiap Coolio bertanya padanya bagaimana Aaric disekolah. Seperti saat ini, didalam mobil yang dikendarai Coolio dengan Aaron yang duduk manis dengan ponselnya

Setelah berfikir bahwa kedua anaknya semakin dewasa Coolio memutuskan untuk memberi mereka ponsel dengan merk yang sama dengan warna yang berbeda. Apalagi Aaron sudah mulai sering mengeluh dan meminta ini-itu padanya, jadilah Coolio memberikan nya namun tidak lupa juga untuk Aaric. Dia tidak akan membuat Aaric kekurangan sedikitpun daripada Aaron

Coolio akan mencoba bertanya lagi pada Aaron bagaimana harinya lalu berganti dengan Aaric, dia akan lihat bagaimana respon Aaron yang duduk disebelahnya terus tersenyum seperti orang bodoh dengan ponselnya. Ini sudah hampir dua bulan mereka mendiamkan satu sama lain, ada hal yang dilewatkan Coolio

"Kau terlalu bahagia dengan benda itu" kata Coolio "Apa yang kau lakukan?"

"Oh ayolah dad kau menyadap ponselnya, setelah sampai kau akan tahu apa yang kulihat" jawab Aaron malas

Coolio memilih menyadap ponsel mereka untuk berjaga-jaga semua aktifitas kedua anaknya, dan mereka tidak akan melakukan penolakan dengan hal itu

"Bagaimana harimu? Kelas? Kegiatan?"

Sebenarnya ini adalah pertanyaan basic setiap mereka pulang. Coolio akan bertanya pada Aaron layaknya seorang ayah. Namun Aaron mulai merasa ayahnya mulai menambahkan Aaric dalam setiap obrolan mereka dimobil

"Good, aku dapat nilai A"

"Wow, dikelas apa?"

"Olahraga" jawab Aaron

"Aku sangat menginginkan kau menjawab komputer"

"Kau tahu aku benci itu"

"Ya tapi aku memaksa kau harus mempelajarinya"

"Aku sedang berusaha dad" Aaron memutar matanya malas

"Lalu, bagaimana Aaric?"

Coolio tahu disebelahnya Aaron sedang diam. Sebagai seseorang yang sudah lama dalam dunia gelap dia sangat tahu taktik-taktik para lawan nya saat berbicara dengan nya, dia merasakan itu pada Aaron yang diam. Anak itu sedang merangkum kalimatnya

"Seperti biasa" jawab Aaron "Dia bersama Ates, masuk-keluar kelas, kekantin lalu aku sempat melihat mereka bergurau di halaman sekolah" lanjutnya

"Kau melihatnya? Dan kau tidak bergabung?"

"Ohh—em—ak—aku latihan basket, kau tahu kan? Aku kapten nya"

Coolio tidak akan meledak kan anaknya hari ini. Dia akan mencari tahu lebih banyak

"Kuharap tidak berlebihan Aaron. Kau dan Aaric tidak bisa dipisah. Aku tidak ingin Olivia datang kemimpi ku lalu menangis karena melihat kedua anaknya" Cooli tetap fokus menyetir tanpa sadar Aaron mulai menegang disebelahnya

"Aaric mungkin pembangkang tapi aku belum pernah dikecewakan olehnya sampai sekarang" saat lampu merah menyala dia menoleh kesebelah dimana Aaron juga sedang menatapnya "Aku ingin kau seperti Aaric. Jangan kecewakan aku"

Lalu lampu berubah hijau

Tapi jantung Aaron masih di lampu merah. Dia hampir berhenti hanya karena menatap mata Coolio

.
.
.

       Hari ini suasana hati Aaric sangat bagus. Ketika pulang kerumah dia dikejutkan dengan sebuah kotak besar diruang tengah. Semua pelayan menjawab tidak tahu saat dia bertanya tapi saat melihat Gregory dihalaman belakang rumah sedang duduk dengan cerutunya dia langsung mengerti. Aaric pun menghampir Gregory yang menatapnya tidak mengerti

Stayed with fatherWhere stories live. Discover now