Bab VIII

261 31 1
                                    

Pikiranku kacau, kalau aku tak salah tebak setelah ini mereka pasti akan menyeludupkan senjata ilegal, hah, benar-benar menyusahkan.

Tapi ya, aku senang mendengar gosip mulut kemulut, bahkan para anggota timku yang awalnya mengatakan gadisku tidak cocok denganku kini malah berkebalikan memuja walau nama gadisku tidak disanding dengan namaku melainkan pemiliki perusahaan Adijaya tapi hai itu tetap aku bukan, dua wanita jalang di perusahaan X benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik.

"Woi Lan! Menung aja lo, kesampet baru!" seru Gerant yang dengan tak tau adabnya menerobos masuk kedalam ruanganku.

Aku memandang tajam dirinya, dia mengaku anak didik gadisku tapi dia tak pernah menerapkan ajaran yang diberikan oleh gadisku, bukankah dia juga ada mengajarkan soal sopan santun kepada anak-anak yang dididiknya seperti pria yang satu ini? Kenapa pria ini tak menerapkannya.

"Hoi! Kan mulai lagi, Mr. Adijaya bagaimana? Anda suka dengan gosip belakangan ini?" tanya Gerant yang tanpa dipersilakan langsung duduk di kursi di depanku.

Aku tidak menjawab, hanya dia memandang datar dan dingin dirinya, bisakah dia sehari saja memberi berita yang berguna dari pada pertanyaan yang sudah jelas jawabannya?

"Oke, oke gue tau, gue ngerti, perbaiki ekspresi wajah lo ngerti, seram tau," ucap Gerant.

Aku memandang malas dirinya dari pada melihat wajahnya lebih baik aku mengerjakan dokumen yang belum kuselesaikan, jika ku tunda ini akan lebih menumpuk, setidaknya aku sudah sedikit mengalihkan beban yang diterima gadisku untuk Huriya.

"Hei, Lan gue udah nambah gosip tapi tetap aja jalang kemarin yang nyebarin gosip, jangan marah ya, gue nyebarin kalau lo itu juga merupakan mafia," ucapan Gerant membuatku terdiam.

Aku memandangi pria itu membuatnya menatap sedikit takut padaku, oh ayolah aku tak akan memarahinya namun pria tak tau adab ini memberiku sebuah ide.

"Kau telah membuat mereka buka mulut?" tanyaku memandang serius dirinya.

"Ya? Eh maksudku sudah, mereka mengatakan beberapa hari lagi akan menyeludupkan senjata-senjata ilegal kepasar gelap dan lagi sebagian dari senjata itu untuk DE, kau tau mereka memiliki pabrik senjata, menurutku untuk ukuran perusahan X, itu bukanlah masalah," ucap Gerant memberitahu.

"Info bagus Gerant, sudah lama Black Dragon tidak beraksi," ucapku sambil tersenyum miring.

"B-black Dragon?! Maksud lo kelompok mafia yang terkenal 12 tahun yang lalu dan sekarang tidak ada yang tahu keberadaannya itu?! Apa maksud ucapn lo tadi?" tanya Gerant benar-benar bingung.

"Seperti yang Anda bilang tadi, saya benar-benar seorang mafia," ucapku dengan acuh.

Gerant bertepuk tangan, ia memandang tak percaya sekaligus takjub padaku, apa ada yang salah? Lagipula itu benar adanya, aku pemimpin geng mafia yang terkenal 12 tahun yang lalu itu.

"Lo hebat, lo gak becandakan?! 12 tahun yang lalu lo itu anak kelas 3 SD berumur 9 tahun, gila lo ya mimpin geng mafia!" serunya memandang tak percaya padaku.

"Kalau Anda sudah tau saat umur 5 tahun sifat saya bagaimana bukan? Jadi mengapa Anda heran?" tanyaku sambil kembali memfokuskan diri kedokumen.

"Perusahan sendiri, jangan bilang tanpa diketahui orang lo punya perusahaan sendirikan?" tanya Gerant, Ah, pria ini terlalu banyak bertanya.

Action Of A Panther [✔️]Where stories live. Discover now